Sabtu, 08 Maret 2014

Bab 2 part 3 novel cewek!!! by esti kinasih


Dua hari kemudian Salsha muncul di kampus Universitas Sagarmatha. Dia langsung menuju gedung Fakultas Ekonomi dan menghampiri tiga cewek yang sedang duduk di satu bangku panjang, dengan lagak kebingungan.
"Ehm, maaf. Fakultas Perminyakan di mana ya?"
"Di gedung belakang." jawab Langen, pura-pura tidak kenal. Salsha memang sudah memberitahukan rencana kedatanganya lewat telepon tadi malam. Karena itu siang ini Langen dan Fani memaksakan diri bermanis-manis targetnya. "Cari siapa?" tanya Langen.
"Rangga."
Sepasang mata Febi langsung melebar. "Rangga?" tanyanya.
"He-eh," jawab Salsha centil. Membuat kedua mata Febi jadi semakin lebar lagi.
"Rangga Dipa Dilaga?" Febi mulai antusias.
"He-eh. Keren banget ya namanya?" Salsha mengedipkan mata kirinya sambil senyum-senyum bangga. "Kenal juga ya? Tapi tuh cowok dari dulu emang ngetop. Wah, pokoknya udah selebriti deh!"
"Mbak ini....siapanya? Dulu......pacarnya?" suara Febi langsung putus-putus.
"Emangnya kenapa?" Salsha menatap Febi tajam. "Dia punya pacar!?" tanyanya galak. "Awas aja tuh orang kalo sampe berani punya pacar!"

Muka Febi kontan pucat. Sementara Langen dan Fani langsung bengong. Bengong sungguhan karena mereka berdua memang tidak tahu sandiwara Salsha. Soalnya semalam di telepon, Salsha hanya mengatakan akan datang ke kampus, tanpa mau menjelaskan apa yang akan dilakukannya. "Pokoknya surprise deh!", cuma itu kalimat penutupnya.
"Oke deh. Makasih ya, informasinya. Yuk, dadah!" Salsha melenggang pergi. Tapi tak lama dia balik lagi. "Di mana tadi kelasnya? Saya lupa."
"Emang belom dikasih tau!” Jawab Langen agak kesal. Fani meringis. "Digedung belakang. Yang di tempat parkirnya ada pohon cemara. Lantai tiga. Tapi biasanya dia suka nongkrong di ruang senat."
"Oke deh. Makasih ya? Daaaah."
Salsha pergi. Melenggung dengan gaya dibuat-buat.
"Ngapain dia nyariin Rangga ya?" Langen mulai mengipaskan bara.
"Tau tuh. Centil banget, lagi. Siapa sih tuh cewek?" Fani langsung membantu.
Febi terus menatap Salsha dengan ekspresi muka yang susah dibaca. Tiba-tiba dia berdiri.
"Yuk!" ujar Febi tiba-tiba.
"Ke mana?" Langen berlagak bego.
Febi tidak menjawab. Dia tidak tahu, dua orang di belakangnya mengikuti sambil meringis dan saling main mata.

Sementara itu Rangga bingung ketika tiba-tiba saja seorang cewek yang sama sekali tidak dikenalnya mendatanginya. Apalagi cewek itu bertanya dengan suara mendesah dan gaya yang begitu menggoda.
"Rangga, ya?"
"Siapa lo?" tanya Rangga dengan kening berkerut.
"Kenalin," Salsha mengulurkan tangan kanannya, masih sambil menebar senyum genitnya yang disambut agak ragu oleh Rangga, "gue kurirnya Ratih yang baru!"
Rangga tersentak. Mukanya kontan pucat dan genggamannya terlepas.
"Ng......maksud lo?"
"Gue dimintain tolong sama Ratih buat nyariin elo. Kalo udah ketemu, gue disuruh bilang, elo disuruh ke rumahnya. Penting katanya. Elo ke mana aja sih? Sampe dia mengiba-iba ke gue dengan sangat mengenaskan, minta tolong supaya gue nyariin elo. Elo tau nggak? Itu anak sampe sakit, katanya gara-gara lo udah nggak pernah dateng lagi. Jadwal pentasnya sampe banyak yang dibatalin, tau nggak? Elo jangan gitu dong! Habis manis sepah dibuang. Elo dulu bilangnya kan cinta mati sama dia. Dan hanya maut yang akan memisahkan kalian! Gitu kan janji basi lo? Makanya Ratih sampe nyiptain tarian khusus buat elo, waktu eli lulus-lulusan dulu banget itu. Terus dia nyiptain tarian baru lagi, khusus buat elo lagi, waktu instingnya merasa sesuatu telah terjadi. Jangan bilang udah lupa deh! Jadi...." Salsha sengaja memenggal kalimatnya untuk meningkatkan intensitas ketegangan di sekitarnya. "Elo ditunggu. Secepatnya!"

Rangga semakin pucat. Gelisah diliriknya sekeliling.
"Ya udah. Cuma itu doang. Oke, ya? Bye!" Salsha langsung balik badan. Rangga buru-buru mencekal satu tangannya. Tapi cepat dia lepaskan lagi saat tidak sengaja menoleh, mata dingin Febi menyorot tajam. Akhirnya cowok itu bingung mau ngomong apa.

"Apaa?" tanya Salsha pura-pura tak sabar. "Sori nih, gue buru-buru banget. Mendingan lo temuin aja deh tuh..... Si Ratih. Dia nyariin lo udah dari kapan tau. Ntar gue dikira nggak usaha, lagi. Oke? Dateng bener lho ya. Jangan sampe nggak. Kasian dia. Ntar dia sakit lagi." ditepuknya satu bahu Rangga, lalu buru-buru pergi. Tinggal Rangga berdiri kikuk di tengah lima orang yang menatapnya dengan sorot semakin tidak mengerti.
"Siapa, Ga?" tanya Bima.

Rangga langsung memberi isyarat untuk tidak bertanya. Lembut, digamitnya lengan Febi.
"Kita perlu ngomong, Feb," katanya halus. Dan dibawanya Febi pergi dari situ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar