download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 24 part 1 novel cewek!!! by esti kinasih
Akhirnya..... Today is the day! Hari yang telah disepakati kedua belah pihak untuk sama-sama mengangkat senjata. Untuk menggambarkan bagaimana dahsyatnya ''pertempuran'' ini, kita ambil satu hari dari sejarah.
7 Desember 1941. Pearl Harbour, pangkalan perang Amerika Serikat, negara yang menganggap dirinya adidaya itu, hancur diobrak-abrik macan kuning Asia..... Jepang! Peristiwa itu kemudian menyulut PD 11 di kawasan Samudra Pasifik, dan baru berakhir setelah dijatuhkannya dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Kalimat terakhir tidak perlu dibahas, karena pada saat itu bom atom adalah senjata yang paling mematikan. Menjatuhkannya di tempat yang tepat dan dengan jumlah yang benar-benar minimalis, akan melumpuhkan lawan, bahkan mereka yang menjadi jawara di medan perang.
Kesimpulan: kuat belum tentu menang!
***
Iwan cs telah berangkat sejak hari masih gelap. Setelah menjemput Febi di hotel tempat dia menginap. Langen dan Fani juga berangkat ke kampus pagi-pagi, tapi sama sekali bukan untuk kuliah. Hari ini buku dan dosen adalah Dunia lain!
Bima dan Rangga sudah menunggu kedua lawan mereka di tempat parkir di depan gedung rektorat. Tanpa Rei.
''Rei udah berangkat duluan. Sekarang nunggu di lokasi,'' Rangga menjawab pertanyaan Langen yang bukan keluar dari bibir, tapi lewat sorot mata.
''Berangkat sekarang?'' tanya Bima.
''Kenapa?'' Langen menatapnya lurus. ''Persiapan lo belum selesai?''
Bima terperangah dengan ''tusukan'' telak itu.
''Emang kurang ajar nih cewek!'' desisnya dengan emosi yang kontan menggelegak.
''Kawan kita yang tergila-gila sama dia....,'' bisik Rangga, ''nggak ada!''
Benar-benar bisikan setan yang terkutuk! Bima sempat tertegun beberapa saat, sebelum kemudian ditepuk-tepuknya bahu Rangga.
''Terima kasih atas pemberitahuannya.'' Dia menyeringai lebar.
''Sama-sama.'' Rangga mengangguk. Dan seketika Bima masih menatapnya dengan sorot penuh arti, Rangga mengangguk sekali lagi. ''Gue nggak ngeliat apa-apa, juga nggak denger apa-apa!''
''Itu yang gue maksud!'' kembali bahunya ditepuk-tepuk. Kemudian Bima mengalihkan tatapannya kepada dua cewek yang akan menjadi rivalnya nanti. Yang masih berdiri di hadapannya dengan sikap gagah juga angkuh. Sepertinya telah siap menghadapi apa pun. Dia ingin tahu, apakah keduanya masih akan tetap seperti itu, setelah kejutan yang sebentar lagi akan dia berikan!
''Kita berangkat sekarang. Lo berdua ikutin di belakang!'' ucap Bima lalu balik badan. Dia berjalan ke Jeep LC Hardtop Canvas-nya diikuti Rangga. Langen dan Fani menyusul balik badan, lalu berjalan menuju Kijang Langen.
''Elo, La!'' Fani berdecak sambil menutup pintu di sebelahnya. ''Udah tau singa, pake dipancing, lagi!''
''Gue nggak bisa nahan emosi. Tiap ngeliat cowok laknat lo itu, rasanya pengen banget gue cakarin mukanya. Trus gue jambakin rambutnya sampe botak. Trus gue cincang badannya sampe kecil-kecil!''
Fani berdecak lagi.
''Mendingan lo cari pembunuh bayaran atau dukun santet yang canggih. Soalnya yang barusan lo sebutin tadi itu bener-bener ngimpi. Nggak bakal jadi kenyataan!''
Menyadari kata-kata Fani itu sangat benar, Langen jadi menghela napas. Ditunggunya sampai Jeep Bima melintas di depannya, lalu dibuntutinya.
***
Melalui kaca spion, Bima mengawasi Kijang di belakang Jeep-nya. Sepasang bibirnya lalu tersenyum tipis dan dingin.
''Surprise!'' desisnya. Jeep-nya mendadak melompat lalu melesat. Langen dan Fani terperangah.
''Apa sih maksud dia!?''
Langen buru-buru memindahkan tongkat persneling. Terpaksa diikutinya setiap gerakan Jeep Bima, berusaha keras mempertahankannya agar tidak hilang dari pandangan mata. Artinya, mau tidak mau dia harus mengikuti setiap gerakan gila dan nekat yang dilakukan Jeep Canvas di depannya. Dengan klakson yang sebentar-sebentar berteriak, memaksa kendaraan-kendaraan di sekitarnya untuk memberi jalan, Jeep itu meliuk tajam di antara padatnya lalu lintas Jakarta, dengan kecepatan jauh di atas yang seharusnya!
''Apa sih maksud dia!?'' seru Langen, mulai panik. Di sebelahnya, Fani duduk dengan tubuh membeku. Sepasang matanya menatap lurus-lurus ke depan. Kesepuluh jarinya mencengkeram tepi jok kuat-kuat.
Sementara itu, meskipun harus berkonsentrasi pada jalan di depan juga pada setiap manuver yang dia lakukan, Bima tetap mengawasi Kijang di belakangnya. Dan begitu ternyata Langen berhasil mengimbanginya dan tetap berada tepat di belakangnya, decak kagum kemudian terlontar tanpa sadar.
''Gila emang si Langen!'' desisnya sambil geleng-geleng kepala.
''Kalo nggak gila, nggak bakalan dia berhasil ngerusak cewek gue!'' gerutu Rangga.
''Jadi....,'' Bima menoleh sekilas, ''Elo apa gue yang tanggung jawab nanti? Soalnya dia mantan cewek kawan kita nih.''
''Gue kalo lo nggak berani!''
''oke kalo begitu!'' Bima bersiul keras. ''Elo decision maker. Gue cuma eksekutor!''
''Nanti aja kalo udah keluar Jakarta.''
''Sip!''
Menjelang perbatasan kota Jakarta, Langen dan Fani mengira aksi gila Bima itu akan berakhir. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya.
Begitu melewati perbatasan, jarum spidometer langsung bergerak naik dengan ekstrem. Langen terperangah tapi tidak bisa berbuat lain. Terpaksa dia tetap mengikuti setiap manuver sinting yang dilakukan Bima.
Cewek itu mulai gugup. Cengekramannya ke setir mulai tidak stabil. Apalagi yang memakai jalan juga bukan hanya mereka berempat. Ada banyak mobil-motor yang berseliweran. Belum lagi kendaraan-kendaraan umum. Yang paling memperparah kegugupan Langen adalah orang-orang yang berseliweran di kiri-kanan jalan, yang terkadang menyeberang dengan lagak seperti jalan itu milik neneknya.
Ketegangan Fani ikut meninggi. Berkali-kali dia memperingatkan Langen agar tidak terlalu rapat dengan kendaraan lain. Matanya berkali-kali menatap spidometer dengan gelisah. Jarum itu terus bergerak naik, naik, dan naik. Dan jarum itu kemudian mulai bergetar!
Wajah Langen benar-benar pucat sekarang. Tanpa sadar digigitnya bibir sampai putih. Kesepuluh jarinya mencengkeram setir kuat-kuat. Kedua rahangnya mengatup keras. Sepasang matanya menatap lurus-lurus ke satu titik.
Tapi berbeda dengan Jeep Canvas di depannya, yang meliuk luwes dan benar-benar terkendali, Kijang Langen lebih sering bergerak kaku dan patah-patah. Membuat banyak pengendara lain jadi ikut gugup.
Beberapa dari mereka, saking kagetnya mendengar teriakan klakson Jeep Bima yang memekakkan telinga, langsung menepi lalu berhenti di pinggir jalan. Mereka mengira ada rombongan polisi, pejabat, atau.....pokoknya orang pentinglah, yang akan lewat untuk urusan yang sepertinya benar-benar gawat. Dan ketika yang lewat ternyata Jeep dan Kijang pribadi yang digas gila-gilaan, kontan mereka berteriak-teriak marah. Sumpah serapah seketika berhamburan.
Suara klakson Jeep Bima juga membuat orang-orang yang sudah sempat menyeberang sampai di tengah jalan, seketika balik badan dan lari kocar - kacir ke pinggir lagi, lalu langsung menyumpah-nyumpah sambil mengacungkan tinju.
Rangga, yang terus mengawasi lewat spion, akhirnya memutuskan untuk mengakhiri. Ditepuknya bahu Bima.
''Cukup, Bim!''
Tapi Bima menolak mentah-mentah. Kemampuan Langen yang ternyata masih terus mengimbanginya, membuat cowok itu tertantang untuk mengetahui batas akhir kemampuan lawan. Dengan kata lain, dia ingin melihat Langen menyerah!
''Bim.....cukup!'' ulang Rangga lebih keras.
''Udah, lo duduk tenang aja. Gue yang tanggung jawab!''
''Apa maksud lo?'' Rangga tidak mengerti.
''Gue pengen tau, sampe di mana dia sanggup!''
Langen yang tidak tau bahwa Bima sedang menyiapkan kejutan lain untuknya, terus mengekor Jeep di depannya. Sampai kemudian mereka menggabungkan diri dengan iringan mobil yang berkonvoi di belakang sebuah bus antarkota.
Sepasang mata Bima menatap lurus-lurus ke depan. Langen langsung bersiap-siap saat Jeep di depannya bergerak ke kanan. Dan begitu Jeep itu menyalip deretan mobil di depannya, cewek itu langsung mengikuti. Masuk di belakangnya. Sampai kemudian mereka meluncur bersisian di sebelah bus.
Tapi ternyata Bima stuck di posisi itu. Tidak bergerak maju tapi juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur. Dia meluncur rapat di sebelah bus besar itu. Akibatnya, dua pertiga badan Jeep-nya melewati garis pembatas.
Posisi Langen lebih parah. Untuk menghindari badan Kijang-nya bergesekan dengan bus di sebelahnya, terpaksa dia gunakan jalur kanan, tidak berani mengikuti jejak nekat Bima. Soalnya, kalau sampai tersenggol bus sedikit saja, Kijang-nya akan langsung terpental dan nyawanya juga nyawa Fani bisa langsung terbang dari badan.
''Apa sih maunya dia?'' Langen menjulurkan kepala tinggi-tinggi. Berusaha melihat ruang di depan Jeep Bima. Kosong!
'Fani berdecak marah. ''Klaksonin, La!''
''Elo dong! Nggak liat tangan gue kepake dua-duanya!'' tanpa sadar Langen membentak sahabatnya.
''Sori-sori!'' ucap Fani buru-buru. Diulurkannya tangan lalu ditekannya klakson kuat-kuat. Tidak ada reaksi dari Jeep di depan. Ditekannya sekali lagi, lalu sekali lagi, dan sekali lagi. Tetap Jeep itu tidak memberikan reaksi.
Bukan hanya dua cewek itu yang jadi bingung dan ketakutan. Sopir bus sudah dari tadi jadi gugup. Dia sampai membuka jendela lalu memukuli pintu keras-keras, meneriaki Jeep di sebelahnya untuk maju.
Jalan di depan mereka kemudian menanjak lalu menurun tajam. Itu sama berbahayanya dengan tikungan, karena sama-sama tidak bisa melihat ada-tidaknya kendaraan dari arah berlawanan.
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar