Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 19 part 5 novel cewek!!! by esti kinasih


Cowok yang barusan berteriak memperkisruh keadaan itu, kontan meringis geli. Kerumunan itu kemudian bubar. Meninggalkan Rangga, Rei, dan Langen. Sekali lagi kedua sahabat itu saling tatap.
''Itu tadi bener-bener refleks,'' ucap Rangga pelan. Kemudian ditatapnya Langen. ''Sori banget, La,'' sambungnya, lalu balik badan dan berjalan masuk kelas.

Rei menatap cewek disebelahnya. Langen masih pucat. Dia menunduk dalam-dalam dan memeluk tasnya kuat-kuat. Melihat seperti itu, Rei merasa bersalah dan jadi bimbang. Antara meneruskan rencananya atau menghentikannya sampai di sini, llau menyusun lagi rencana baru yang tidak terlalu riskan seperti ini.

Rei membungkukkan tubuhnya, berusaha melihat wajah tertunduk Langen.
''Kamu nggak apa-apa?'' satu tangannya terulur.
Seketika Langen bergerak mundur. ''Nggak. Gue nggak apa-apa!''

Penolakan Langen itu seketika menghilangkan kebimbangan Rei, sekaligus membangkitkan kemarahannya. Uluran tangannya ditolak, sementara pelukan Rangga....!?

Rei menegakkan kembali tubuhnya. Kedua rahangnya kembali mengatup keras. Dadanya bergolak menahan cemburu, dan diputuskannya untuk meneruskan rencana semula. Ini selesai, Rangga menyusul!

Dosen untuk mata kuliah berikut muncul di ujung tangga.
''Dosennya dateng, La.'' Rei meraih satu tangan Langen.
''Eh....tapi....'' Langen meronta. Rei pura-pura tidak mendengar, dan ditariknya Langen masuk kelas.

Rangga sudah menyediakan tempat di deretan paling belakang. Langen akan duduk diapit dirinya dan Rei. Tapi setelah kejadian tadi, dia tidak lagi yakin Rei akan tetap mengikuti skenario yang telah disusun.

Rei menjawab pertanyaan yang diajukan Rangga lewat sorot mata, dengan anggukan samar. Anggukan yang jelas-jelas terpaksa karena kedua matanya masih memancarkan kemarahan, membuat Rangga menarik napas lalu mengembuskannya kuat-kuat.

Sang dosen hari ini ada keperluan di tempat lain. Sesuatu yang telah diketahui Rei dan Rangga, karena itu rencana mereka dilaksanakan hari ini. Setumpuk slide kata sang dosen, slide itu diringkasnya sendiri dari sebuah buku berbahasa Jerman ditinggalkan untuk dicatat. Harus dicatat! Dosen satu ini memang antipasi terhadap mahasiswa tukang fotokopi. Menurutnya, mencatat akan meninggalkan memori di kepala. Meskipun mungkin hanya sedikit. Tapi itu masih lebih baik daripada fotokopi, yang lebih sering cuma meninggalkan judul materi.

Setelah ber-blablabla selama lima menit, menceritakan secara singkat isi tumpukan slide-nya, dosen itu pun pergi.

Seluruh isi kelas langsung mengalihkan perhatian mereka ke makhluk asing cantik yang terdampar di deretan kursi paling belakang.
''Apa!?'' sambut Rei seketika. ''Catet tuh! Jangan nengak-nengok ke belakang!''

Kemarahan di mata Rei rupanya juga terbaca teman-temannya yang lain. Mereka jadi batal ingin menggoda Langen. Gantinya, mereka menatap Rangga dengan jengkel.
''Gara-gara elo sih!''
Rangga mengangkat kedua alisnyam menahan senyum.
Tiba-tiba Rei berdiri. ''Tunggu di sini sebentar, La.''
''Mau ke mana?'' tanya Langen langsung.
''Sebentar aja,'' jawab Rei. Ditatapnya Rangga. Lagi-lagi dengan sorot yang memancarkan peringatan ''Tolong jagain, Ga.''

Menurut skenario, Rangga harus pura-pura keberatan. Tapi kali ini Rangga benar-benar keberatan. Dia tidak ingin Rei semakin salah paham. Beruntung para figuran di sekitar mereka telah lebih dulu berebut menawarkan jasa, sehingga Rangga tidak perlu mengatakan keberatannya terang-terangan.
''Sini, gue aja yang ngejagain!''
''Jangan! Jangan! Dia wanitavora. Pemangsa wanita! Gue aja!''
''Gueeee! Gueeee!''
''Yang paling aman sama gue! Soalnya gue nggak buaya kayak elo-elo! Gue gentleman sejati! Sangat menghormati kaum wanita! Gue..... Adaow! Siapa yang ngeplak kepala gue!?''
''Gue! Abis elo berisik banget sih!''
Antusisme radikal itu membuat Langen jadi ketakutan. Sifat bengal dan nekatnya kontan menguap sampai benar-benar hilang.
''Kamu mau ke mana?'' dicengkeramnya pergelangan tangan Rei kuat-kuat.
''Cuma sebentar.''
''Ikut!''
''Aku mau ke toilet!''

Langen tercengang. Tapi dia tidak punya pilihan. Di sekelilinnya telah berkumpul begitu banyak sukarelawan yang mengajukan diri. Siap melindungi dan menjaganya selama Rei pergi ke toilet. Salah satu cowok malah sudah duduk di sebelahnya. Rangga entah dia enyahkan ke mana.
''Ya udah. Ayo kalo mau ikut,'' ucap Rei lembut, seperti sedang menenangkan anak kecil yang ketakutan.

Dia ulurkan tangan kirinya dan dipeluknya Langen lekat di sisinya. Kali ini tanpa mengawasi sekeliling. Lagi pula dipeluk Rei jelas jauh lebih aman ketimbang dibekap sekawanan siamang. Seisi ruangan kemudian mengiringi kepergian dua sejoli itu dengan riuh.
''Cihui!''
''Asyooooi!''
''Aduh mak, asyiknye. Pegi dua-duaan!''
''Wah! Itu tidak boleh itu!''
''Kata nenek berbahaya lho, Nak!''
''Itu kan kata nenek lo! Kata neneknya mereka, nggak apa-apa. Asal pulangnya jangan malem-malem!''

Seisi kelas kontan terbahak-bahak mendengar komentar terakhir yang nggak nyambung itu. Akhirnya Langen jadi naik darah. Dia tidak bisa lagi menahan emosi.

Cukup sudah! Harga dirinya benar-benar tercoreng! Martabatnya sebagai wanita juga seperti diinjak gepeng!
Langen melepaskan diri dari pelukan Rei. Lalu sambil bertolak pinggang, dipelototinya seisi kelas.
''Awas kalian ya! Bakalan gue kirimin pesaway kamikaze! Gue runtuhin nih gedung sampe elo-elo semua nggak bakal bisa teridentifikasi!''

Cowok-cowok itu kontan bengong sambil ternganga lebar-lebar. Tapi sambil menahan tawa juga.
''Aduuuuh, kejamnya!''
''Cakep, tapi kok sadis banget!''
''Teganya! Teganya! Teganya!''
Kelas malah jadi geger. Semuanya makin tertawa terpingkal-pingkal. Termasuk Rangga. Slide yang diletakkannya di proyektor sampai terbalik.
Tiba-tiba....
''AAAA!!!''
Teriakan panik itu membuat kelas kontan jadi sunyi senyap. Semua kepala menoleh ke asal suara. Seroang cowok sedang menutupi mulutnya rapat-rapat dengan kedua telapak tangan. Sementara sepasang matanya terbelalak lebar-lebar menatap Langen, benar-benar ketakutan. Kemudian seperti mendadak tersadar, buru-buru cowok itu membereskan diktat-diktatnya, sampai buku-bukunya bolak-balik berjatuhan. Dan dengan ransel yang masih menganga lebar, dia berlari ke depan kelas dan meloncat-loncat di sana.
''AWAS! ADA TERORIS! ADA TERORIS! AYO KITA CEPAT-CEPAT MELARIKAN DIRI KITA MASING-MASING!''



continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar