Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 18 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih


Begitu sampai di tempat parkir, Langen tertegun tak percaya. Di depan Kijang-nya bukan lagi Jeep Rei.
Rei balik badan. Menatapnya dengan kedua alis terangkat tinggi.
''Ini bukan Jeep gue.''
''Tapi....tadi....''

Langsung terdengar gemuruh ''UUU'' yang diikuti dengan celetukan-celetukan.
''Yang diparkir mobilnya siapa, yang dicari siapa!''
''Sengaja, kaliii? Orang itu jelas-jelas bukan Jeep-nya Rei!''
''Yang namanya kata hati emang nggak bisa disangkal. Otomatis semua Jeep jadi keliatan seperti Jeep-nya dia yang sesungguhnya masih kucinta dalam hatiku!''
''ihik! Ihik!''
''HUAAAA!!!''
''Tangisan'' salah satu teman Rei yang melengking gila-gilaan membuat Langen akhirnya naik darah. Dan meskipun yang memberikan komentar teman-temannya yang lain, cowok itu yang kena semprot.
''Tadi jelas-jelas Jeep elo! Gue nggak mungkin salah liat! Lo pasti udah sekongkol! Pasti ada yang mindahin itu Jeep waktu gue pergi!''
''Oke deh. Oke!'' Rei mengangkat kedua tangannya. ''Gue nggak mau dituduh dua kali!'' dia menoleh ke kerumunan temannya. ''Jeep siapa nih?''
''Edgar kayaknya. Anak mesin,'' jawab salah satu. ''Tapi tuh anak sama sekali nggak mirip elo, jack. Jeep-nya apalagi! Kok mantan lo ini bisa salah liat sih?''
''Diem lo!'' bentak Langen.
Cowok itu menyeringai dan mengedipkan satu matanya.

''Lo tunggu sini, La. Sebentar gue cari Edgar!'' ujar Rei. Cowok itu berjalan dengan langkah-langkah cepat menuju koridor utama kampus, meninggalkan Langen sendirian. Langen langsung buang muka begitu teman-teman Rei memandanginya sambil tersenyum-senyum. Tak lama Rei kembali. Segera dipindahkannya Jeep di depan Kijang Langen jauh-jauh.
''Oke, udah gue pindahin. Sekarang lo bisa pulang.''

Tapi Langen tidak mendengar. Soalnya mendadak dia menyadari sesuatu. Seketika cewek itu menatap berkeliling dengan panik.
Fani raib!
Ruangan di depan Kijang-nya sekarang kosong. Tapi Langen malah berlari pergi dengan terburu-buru. Setelah sekali lagi menatap ke semua sudut areal parkir, dia menghilang koridor utama kampus. Seketika kerumunan teman Rei berkomentar gamau melihat itu.
''Kaaaan? Gue bilang juga apa? Cuma alasan aja dia. Tujuan utamanya cari perhatian!''
''Kalo pengen balik, bilang aja.''
''Iyaaa. Kalo masih cinta, bilang ajaaa.''

Komentar-komentar itu diucapkan dengan keras. Sengaja, supaya sampai di telinga Langen. Dan memang sampai. Jelas malah. Langkah-langkah setengah berlari Langen seketika terhenti. Hampir dia balik badan dan kembali ke tempat parkir lalu berteriak bahwa itu sama sekali tidak benar! Tapi kemudian dia ingat, ada masalah yang jauh lebih gawat. Fani lenyap tanpa bekas.
Langen berlari ke sana kemari, tapi tak satu pun orang-orang yang ditanyainya tahu keberadaan Fani. Setelah hampir satu jam berlarian, naik-turun tangga, memeriksa setiap ruangan yang dilewati, akhirnya cewek itu menyerah. Bisa tewas kalau memaksakan diri memeriksa seluruh gedung dan ruangan yang ada di areal kampus.

Langen kembali ke tempat parkir. Mengintip dulu dari balik salah satu dinding untuk memastikan Rei dan teman-temannya sudah pergi, baru berjalan ke mobil. Karena tak tahu lagi ke mana harus mencari, maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan Langen selain menunggu.

Cewek itu duduk gelisah di belakang setir sambil sebentar-sebentar menatap berkeliling. Hal pertama yang disesalinya adalah keterlambatannya menjemput Fani tadi pagi. Jadi saat sahabatnya itu menyadari ponselnya tertinggal di meja kamar, tidak ada waktu untuk kembali. Dan sekarang percuma saja dihubunginya nomor itu, karena yang mengangkat sudah pasti si Ijah.

Langen tidak tahu, kalaupun ponsel itu tidak tertinggal, Fani tetap tidak akan bisa dihubunginya. Soalnya Bima tidak akan membiarkan Langen tahu di mana keberadaan sahabatnya.

***

Di sudut areal parkir Fakultas Kedokteran, yang gedungnya terletak di areal kampus paling belakang, berbatasan langsung dengan halaman belakang sebuah rumah sakit swasta, Fani terjebak dalam Baleno berkaca gelap. Meringkuk ketakutan di sebelah Bima. Tubuhnya melekat di pintu rapat-rapat. Tidak bisa membuka pintu lalu melarikan diri, karena jangkauan pintu di sebelahnya itu cuma lima belas senti. Lebih dari itu, Audi biru yang diparkir di kiri mereka akan mendapatkan tambahan aksesori, berupa garis-garis horisontal atau biasa disebut baret. Atau kalau tidak, lekukan tak beraturan ke arah dalam, atau biasa disebut penyok! Buntutnya bukan cuma tetap tidak bisa melarikan diri, tapi dia juha akan ditagih selembar kuitansi reparasi. Jadi lebih baik ambil risiko yang paling kecil.

Bima sengaja berdiam diri agak lama untuk menciptakan suasana horor. Setelah intensitas ketakutan di dua manik mata yang terus menatapnya lurus-lurus itu sampai di ambang yang telah dia tentukan, cowok itu baru buka suara. Tentu saja dengan sikap seolah-olah dia tidak menyadari ketakutan itu sama sekali.

''Aku punya sesuatu buat kamu,'' katanya. Diulurkannya satu tangannya ke jok belakang, diambilnya sebuah bungkusan, lalu diulurkannya ke Fani. ''Mudah-mudahan kamu suka.''
Fani menatap bungkusan besar berbentuk permen itu dengan jantung berdetak kencang.
''Gue nggak.....''
''Aku!'' ralat Bima seketika
''Yang sopan!''
Seketika Fani jadi cemberut, tapi tidak bisa berbuat lain kecuali terpaksa menunjukkan sikap kooperatif.
''Aku nggak lagi ulang taun!'' ucapnya ketus. Bima tersenyum lebar.
''Siapa bilang ini hadiah ulang tauh? Tadi aku udah bilang, kan? Ini surprise.''
''Tapi gue, eh, aku.....nggak seneng surprise, tau!''
''Dibuka dulu, oke?'' Bima meletakkan bungkusan itu di pangkuan Fani.



continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar