Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 12 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih



Pengamen itu berhenti bernyanyi lagi. Didekatinya Rei, lalu dengan nada prihatin dia ngomong, ''Mas, lagi patah hati, ya? Mau saya kasih resep manjur? Dijamin pasti sakit hatinya hilang. Temen saya sudah ada yang mempraktekkan. Dan hasilnya....,'' pengamen itu mengacungkan satu jempolnya, ''jooosss! Mau?''
Rei mengangkat kepala. Menatap tapi tanpa minat.
''Apa?''
''Terjun aja dari Monas!''
Rei ternganga. Dan pengamen itu langsung ngeloyor pergi setelah memberikan satu saran yang sangat sesat itu. Tapi sambil berjalan pergi dia bernyanyi lagi.
''Pejamkan kedua matamu, saat kepergiankuuu....''
''AAAAA!!!'' Rei berteriak gila-gilaan. Tangannya meraih satu dari sebarisan botol sofdrink yang ditata di tengah meja, lalu melemparnya kuat-kuat. Botol itu jatuh membentur aspal dengan suara keras dan langsung menjadi kepingan berserakan. Cuma beberapa senti dari pengamen itu, yang refleks melompat menjauh lalu mempercepat langkah. Tapi masih tetap dia teruskan nyanyiannya.
''Kenanglah diriku, yang juga mencintaimu Kenanglah cinta kita, yang tak mungkin bersama. Selaaamanyaaa!''

Rei menutup kedua telinganya rapat-rapat. Memejamkan kedua matanya, juga rapat-rapat. Dia baru membuka mata setelah keadaan di sekitarnya telah kembali sunyi. Diletakkannya selembar sepuluh ribuan di samping gelas, lalu pergi.

Jeep-nya berhenti lagi satu kilometer dari situ. Di depan wartel yang buka 24 jam. Ini memang masih terlalu pagi untuk menelepon orang. Tapi dia benar-benar butuh pertolongan.

***

''Halo?'' suara di seberang terdengar jelas sedang ngantuk berat.
''Mereka bener-bener mabok!''
''Apa? Ini siapa? Oh, elo, Rei. Ada apa?''
''Mereka bener-bener mabok, Bim!'' ulang Rei. Lebih keras.
''Mereka siapa?'' tanya Bima tanpa minat.
''Cewek tiga itu!''
''Oh, gitu. Bisa diomongin ntar siang aja? Gue baru tidur tadi jam empat. Sekarang baru....,'' Bima menoleh ke dinding. ''ya ampun. Baru sejam.''
''Nggak bisa. Ini gawat! Bener-bener gawat!''
''Oke deh. Oke. Oke,'' Bima mengalah. Terpaksa ditahannya kantuknya karena suara Rei yang sangat mendesak itu. ''Tau dari mana lo?''
''Semalem gue nantangin Langen minum.''
''Apa!l'' sepasang mata Bima jadi agak melebar. ''Trus?''
''Tiga gelas!''
Bima terperangah. Kedua matanya jadi benar-benar lebar sekarang.
"Tiga gelas? Trus dia....''
''Trus kami putus! Bubar! Selesai! Pisah! Finish!''
Bima terperangah lagi. Sekarang giliran kantuknya yang benar-benar hilang.
''Di mana lo sekarang?''
''Di....'' Rei menatap keluar, ke arah papan nama wartel. Di situ tertera nama jalan. ''....Jalan Latumenten.''
''Di mana tuh?''
''Mana gue tau!'' bentak Rei, mendadak jadi emosi. ''Lo kira gue kontraktor yang bangun ini jalan?''

Bima menarik napas. ''Lo ke sini, cepet! Gue tunggu!'' ditutupnya telepon tanpa menunggu jawaban. Menghadapi orang yang sedang stres memang sebaiknya tidak usah banyak bicara.

Dan Bima sungguh kaget begitu melihat kondisi Rei. Benar-benar berantakan! Kusut, letih, pucat, dan kelihatan sangat putus asa. Dipanggilnya salah seorang pembantunya, memintanya untuk membuat secangkir kopi dan segera menyiapkan makanan untuk tamu yang datang pagi-pagi buta itu.
''Ini bener-bener gawat!'' desis Rei.
Bima menatapnya lurus. Karena belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia jadi terkejut melihat keadaan Rei sampai seperti itu. Seakut apa sih, akibat ditinggal cewek? Biarpun katanya cinta sejati, toh mereka masih punya banyak pilihan lain.....
''Lo bisa sujud di bawah kakinya. Tapi usahain jangan sampe ada ngeliat.''
''Bukan itu! Dia ilang. Dari semalem nggak pulang!''

Bima mengerutkan kening. ''Lo mau cerita?'' tanyanya pelan. ''Biar gue ngerti masalahnya.''

Mau tidak mau Rei memang harus menceritakan peristiwa itu. Bertelekan paha, Bima menangkupkan kedua tangannya di depan bibir, sibuk berpikir setelah mendengar cerita itu. Parah memang kalau kejadiannya sampai seperti itu. Tapi Langen memang bukan tipe cewek yang bisa ditundukkan tanpa kekerasan.

''Di rumahnya nggal ada. Di rumah Fani juga nggak ada. Ke rumah Febi udah jelas nggak mungkin. Nggak mabok aja Langen nggak peduli tata krama, apalagi mabok!'' Bima menggumam sendiri. ''Udah lo ckj lagi pagi ini?'' Dipandangnya Rei. Gelengan kepala itu benar-benar membuat trenyuh. Ditepuk-tepuknya bahu sobatnya itu. ''Okelah. Biar gue yang nyari. Lo tunggu di sini. Mandi trus sarapan. Seperti biasa, lo bisa pake baju gue. Trus usahain tidur sebentar. Oke?''

Rei cuma bisa mengangguk. Bima menatapnya dengan rasa bersalah.
''Gue minta maaf. Mungkin emang sebaiknya nggak lo ikutin saran gue.''
''Nggak. Lo bener. Dengan begini gue jadi semakin tau, siapa itu Langen!''
Di mulut Rei ngomong begitu. Tapi dalam hati....perih terajam tak terperikan! Cuma dia tidak ingin mengaku saja.

continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar