Sabtu, 08 Maret 2014

Bab 3 part 3 novel cewek!!! by esti kinasih

Sementara Vinka yang tidak mengerti ''ada apakah gerangan?'' jelas saja tidak terima dimaki-maki di depan banyak mata begitu. Dia langsung balas marah-marah juga. Perkembangan berikutnya benar-benar di luar dugaan. Ratih dan Vinka muncul di kampus Universitas Sagarmartha!
"Siapa yang namanya Rangga!?" tanya Vinka galak.
"Gue," jawan Rangga bingung.
"Elo!?" seketika kedua mata Vinka menyorot Rangga dengan tajam dan penuh kemarahan. Dia lalu melangkah mendekat dan pasang badan di depan Rangga persis. Meskipun badannya imut, mirip Salsha, tapi berhubung telah menjadi korban fitnah dengan sangat semena-mena, dia jadi tidak takut. "Apa maksud lo!? Kapan gue pernah dateng ke sini nyariin elo!? Siapa lo aja gue nggak tau! Jangan sembarangan dong lo! Dia marah-marah sama gue!" tangannya menunjuk muka Ratih, dekat dan lurus-lurus. "Nuduh gue macem-macem. Gue udah punya cowok tau! Ngapain juga gue ngerebut pacar orang!?"

Langen menarik Fani keluar dari kerumunan. Keduanya semakin memasang tampang se-innocent mungkin. Saat suasana kisruh begitu, Febi menunjukkan satu poin lebihnya sebagai cewek yang dibesarkan di lingkungan aristokrat tulen. Dengan suara anggun, tenang, dan berwibawa, dipotongnya omelan Vinka yang sudah seperti petasan renceng saking emosinya.
"Kita ngomong di tempat lain. Bisa ditahan emosinya sebentar, kan?"

Febi, Rangga, sang ''Sephia'' Ratih, dan si ''kambing hitam malang'' Vinka, lalu pergi entah ke mana.
"Rangga..... Rangga..... Ada-ada aja!" Bima tertawa geli. Di sebelahnya, Rei menyeringai lebar. Tertawa tanpa suara.
"Ada apa sih? Siapa tuh cewek?" tanya Langen dengan ekspresi muka setenang permukaan danau pada saat angin malas bertiup.
"Nggak tau." kedua cowok di depannya geleng kepala bersamaan.

Lama juga. Setengah jam lebih baru Rangga kembali dan langsung menghampiri Langen.
"Bukan dia, lagi!" desisnya dongkol.
"Yaaa, sori deh, Gaa....," Langen berlagak menyesal telah salah tunjuk. "Abisnya gue lupa-lupa inget tampangnya. Namanya juga baru ngeliat sekali."
"Kenapa nggak lo cari sendiri?" tanya Rei tajam. Tidak terima ceweknya disalahkan.
"Ck!" Rangga berdecak. Ingin marah tapi tidak tahu harus ke siapa. "Lo pada pulang duluan deh. Gue masih ada urusan!"
"Oke!" Bima mengangguk, menahan tawa. "Udahlah, nggak usah disesalin. Dari dulu gue udah bilang, mendingan kayak gue. Punya belang kasih liat aja. Daripada kebongkar begini."

"Dasar babon!" bisik Fani di kuping Langen.
"Yuk, balik! Balik!" ajak Rei sambil meraih tangan Langen. Berempat, kemudian mereka tinggalkan tempat itu. Juga Rangga yang mukanya lecek berat.

***

Langen baru pulang dari rumah Salsha bersama Fani, menyampaikan perkembangan heboh itu, waktu ibunya bilang bahwa seharian Febi bolak-balik menelepon. Langen dan Fani saling pandang sesaat, lalu buru-buru berlari ke meja telepon.
"Kenapa dia nggak telepon ke HP sih?" ucap Langen sambil memutar nomor.
"Berarti dia shock berat, La. Sampe jadi bego!" jawab Fani sambil menarik kursi rapat-rapat ke sebelah Langen.
"Halo? Juminem? Ndoro Gusti kamu ada nggak? Ini dari yang Mulia Ndoro Gusti Langen!"
"Elo, La!" Fani terkikik, tapi buru-buru menutup mulut. Takut terdengar orang di seberang.

"Halo? Ada apa, Feb? Kata nyokap gue, lo bolak-balik nelepon....? Iya, gue abis nganterin Fani. Lo kan tau dia paling nggak bisa kalo ngeliat ada kaus yang lucu. Pasti pengen punya..... Oh, iyalah. Kaus di toko. Bukan di jemuran orang. Kalo itu sih gue cuma ogah nemenin. Bukan apa-apa. Tanggung soalnya kalo cuma kaus. Mending sekalian sama jins atau seprai, gitu. Apalagi kalo bisa dapet baju pesta. Lumayan banget tuh!''

Sampai di situ, omongan Langen terputus tawa berderai Fani. Sementara Febi cuma tersenyum tipis. Sudah tidak kaget lagi dengan mulut Langen yang memang sering ngaco.

"Itu, La....waktu ke rumah gue itu, lo sebenernya mau ngomong apa?"
"Oh, yang waktu itu? Nggak. Gue cuma mau ngasih tau lo aja, cowok-cowok itu ternyata pada bohong. Selama ini kan mereka selalu bilang kalo kegiatan-kegiatan itu cuma untuk intern. Kalo nggak begitu, ya mereka ngasih alasan macem-macem deh. Kesannya orang awam gunung kayak kita-kita gini bakalan cuma ngerepotin, nyusahin aja. Makanya gue punya rencana mau bikin mata mereka melek. Kalo cuma naek gunung aja sih..... Kita juga bisa!"
"Terus?"
"Terus apanya?"
"Ya rencana lo itu."

Sepasang mata Langen melebar. Si ningrat ini terbakar jealous juga akhirnya! diancungkannya jempol ke Fani sambil mengedipkan mata. Lalu diubahnya suaranya seperti orang yang sudah pasrah.

"Yaaah, gimana ya? Setelah gue pikir-pikir, omongan lo itu ada benernya juga, Feb. Buat apa protes? Orang mereka dari dulu emang udah begitu. Ya udahlah. Terima aja."
"Hmmm, begitu?" suara Febi terdengar agak sedih, tapi Langen berlagak tidak paham.
"Iya, Feb. Begitu aja. Ngapain lagi pusing-pusing? Emang kenapa sih?"
"Nggak! Nggak apa-apa!" jawab Febi buru-buru. "Tapi..... Waktu lo datang ke rumah gue itu....lo udah punya rencana mateng atau baru gagasan?"
"Ya jelas planning mateng dong."
"Besok pulang kuliah lo langsung ke rumah gue ya? Gue pengen tau."
"Buat apa? Kan nggak jadi?"
"Nggak apa-apa. Gue cuma pengen tau aja. Ya?"
"Iya deh. Terserah elo."
Telepon di seberang ditutup. Langen langsung tertawa keras-keras.
"Berhasil, Fan! Jealous juga dia akhirnya. Emangnya enak, dibohongin di belakang? Besok kita disuruh ke rumahnya. Dia mau nanyain soal rencana gue itu!"


continue~

Link Bab 3 part 4: http://chlasmaul.blogspot.com/2014/03/bab-3-part-4-novel-cewek-by-esti-kinasih.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar