Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 10 part 4 novel cewek!!! by esti kinasih



Rei menggeram. Benar-benar merasa terhina. Kata-kata Langen saja dengan mengatakan cowok itu makhluk cetek. Gedong atau gede tapi dongo. Kuat tapi bego!

''Sekarang coba tolong jelasin, gimana cara otak kamu itu bisa bikin kamu hiking sampe puncak!''

Langen memunculkan senyum manisnya lagi.
"Itu bagian dari strategi. Karena itu aku nggak bisa bilang!"
"Pasti ada orang lain, kan? Dan pasti cowok!"
"Itulah sebagian kerja otak!"
"LANGEN!" sekali lagi Rei berteriak keras. Kesepuluh jarinya yang mengepal sempat terangkat, tapi lalu berhenti di udara. "Siapa!? Bilang siapa?"

Ekspresi muka Langen berubah kaku. Ditatapnya tajam-tajam.
"Bilang dulu....aku atau kamu yang kalah!?"

Mereka saling tatap. Sama-sama dengan manik mata memancarkan bara meletup, dan sama-sama bertahan tidak akan lebih dulu berkedip.

Tiba-tiba dengan gerakan cepat dan tak terduga, Rei menyambar kedua tangan Langen, memutarnya ke belakang punggung cewek itu, lalu menguncinya dengan satu tangan tepat di pergelangan. Tangan kanan cowok itu yang bebas lalu menekan bahu Langen kiri-kanan. Didorongnya cewek itu sampai punggung Langen menyentuh badan Jeep.
"Siapa, La!?" desis Rei tajam.
"Jadi gini caranya? Mau pake kekerasan? Silakan? Aku nggak akan menjerit atau ngelawan, tapi juga nggak akan ngomong apa pun!''
''Tolong.....jangan.....paksa.....gue! Tolong.....''
''Kamu ngancem nih? Kupingku bakalan hilang satu, mataku jadi buta, atau nanti aku jalan pake kruk? Aku kasih tau kamu ya! Apa pun yang nanti menimpaku.....akan dibales ke kamu....sama persis! Liat aja!''
''Jadi kamu tetep nggak mau ngomong!?''
''Aku.....nggak akan ngomong apa pun!!!'' tandas Langen. Harga mati!

Rei terpaksa mengeluarkan senjata pamungkas yang dia perkirakan pasti ampuh.
"Kalo begitu.....kita putus!!!"
Sejak pertengkaran mereka memanas, Langen telah mempersiapkn hatinya untuk kemungkinan yang paling sakit ini. Karena itu dia sama sekali tidak terkejut. Ditatapnya wajah Rei dengan tenang.
"Kalo begitu....dadah....! Dan thanks for everything...."
Rei terkesima. Benar-benar tidak menyangka. Cekalannya terlepas dan dia bergerak mundur tanpa sadar. Nanar ditatapnya Langen. Sesaat cowok itu sampai tak mampu bicara.
"Aku nggak percaya kamu bisa begini....," desisnya beberapa detik kemudian.
"Oh, kamu harus percaya sekarang! Apa harus ada kebut gunung ulang?"
Rei menggelengkan kepala dengan kedua mata menyipit menatap Langen.
"Kamu bales dendam!"

Langen cuma tersenyum tipis. Beberapa saat Rei hanya bisa seperti itu: menatap Langen dengan ketidakpercayaan. Kemudian dia bicara dengan suara melunak.
"Aku nggak mau ngajak kamu, Bima juga nggak mau ngajak Fani, karena kami nggak mau kalian kenapa-kenapa nanti. Nggak ada maksud lain, La."
"Bukan! Itu alasan diplomatis, tapi udah basi! Yang bener, karena kalian mau kami tetep begitu. Jadi cewek rumahan. Karena dengan begitu kalian kan jadi kayak cowok hebat! Strong, gitu. Cowok super! Kayak Hercules, Superman, Batman, Rambo, Arnold, James Bond, dan lain-lainnya yang bullshit itu! Sementara kami, cewek-cewek, makin keliatan kayak Nia Daniati.... Ralat! Maksud aku..... Kayak gelas-gelas kaca! Dipajang yang manis di dalam lemari, dibersihin sekali-sekali, dan baru diliat kalo lagi kepengen!"
"Bukan begitu, Langen. Tolong ngerti," tanpa sadar Rei memohon.
"Nggak usah dibahas!" tolak Langen tegas. "Nggak ada gunanya. Karena kita....udah selesai!"

Rei mati langkah. Tapi masih tersisa satu cara untuk membongkar sebagian kebohongan Langen. Cuma sebagian memang. Tapi itu masih lebih bagus daripada kalah total begini.

KALAH TOTAL!!!
Rei berteriak dalam hati. Tapi gema itu tidak bisa keluar. Menyentak kuat di dalam, menekan, melumat, menggilas habis semua kebanggaan diri!
Dia.... Rei! Satu dari tiga motor Maranon. Kenal gunung sejak umur dua belas tahun! Empat hari tersesat di Salak.....sendirian.....dan survive!

Jatuh di satu jurang di Semeru dan juga still alive!
Leader pendakian Semeru-Agung-Rinjani! Juga leader untuk proyek gilanya Andreas yang ditunda sementara. Maraton sebelas gunung. Pangrango to Raung!

Tapi lihat sekarang.....Rei bahkan tidak bisa mengatasi gadisnya sendiri! Meninggalkan Langen puluhan kali di setiap malam Minggu, ternyata telah mengubah gadis itu menjadi ''bola salju''. Menggelinding dari puncak kemarahan dan meratakan apa pun yang dilalui tanpa peduli. Akhirnya, menggilas Rei tanpa ampun dengan satu pertanyaan yang mematikan, dan mengakhiri hubungan mereka dengan satu cara yang tidak pernah dia bayangkan!
"Kamu atau aku yang kalah!?"
Aku yang kalah! Aku, Rei! Tapi ego Rei melarang keras untuk mengucapkan itu. "Terima kasih untuk hari-hari kemarin." dipaksanya untuk tersenyum.
"Sama-sama....." Langen membalas senyum itu. Diliriknya jam di pergelangan tangan. "Udah malem. Aku boleh numpang? Paling nggak sampai ketemu taksi di....."
''Nggak usah kuatir,'' Rei memotong ucapan itu. ''Meskipun kita udah bubar, aku tetep nggak ninggalin kamu begitu aja di jalan. Aku anter pulang. Seperti biasa, sampai di teras rumah. Baru nanti aku pamit ke nyokap kamu, atau bokap, atau siapa aja yang lagi ada di rumah.''
''Makasih.'' Langen tersenyum manis.
''Sama-sama.'' Rei membalas senyum itu.

Mereka memang TOP banget deh. Berlagak no problem, padahal dalam hati masing-masing segala macam perasaan menggelegak dan sikap meledak!
''Hmm, tapi gimana kalo bubarnya kita ini, kita rayakan? Kamu tunggu di sana.'' sambil berjalan ke Jeep-nya, Rei menunjuk dua bangku semen yang mengapit sebuah meja. Langen berjalan ke sana, tapi tidak ingin duduk. Entah kenapa, perasaannya tidak enak. Tak lama Rei kembali. Cowok itu meletakkan sebuah botol tepat di tengah meja.
''Apa itu?'' tanya Langen.
''Bir,'' jawab Rei kalem.
''Bir!?'' Langen tersentak kaget.
''Iya. Kenapa?'' Rei pura-pura bego. ''Kurang keras? Kamu mau apa? Putaw?''
''Apa sih maksud kamu?''
''Merayakan perpisahan kita, kan?''
''Kenapa harus bir? Rei pura-pura berpikir. ''Nggak ada maksud apa-apa. Aku cuma kagum aja. Kamu ternyata nggak sama kayak cewek-cewek lain yang pernah aku kenal.....'' diacungkannya kedua ibu jarinya. ''Kamu hebat! Bener-bener hebat!''
''Syukur deh. Tau juga kamu akhirnya!'' kata Langen sambil mengangkat dagu.
Rei tersenyum lebar. ''Jadi kamu mau kan minum berdua aku?''
''Aku bukan cewek kamu lagi. Harusnya kamu nggak ngajak aku begini.''
''Justru itu, aku jadi nggak perlu merasa bersalah. Karena kamu bukan cewekku lagi, jadi nggak perlu lagi kujaga.''

Langen ternganga. Sialan! Desisnya dalam hati. ''Terus gimana sama Stella? Josephine, Nuke? Dan yang laen? Mereka bukan cewek kamu, tapi aku rasa kamu nggak akan ngebiarin mereka lecet biarpun cuma sedikit!''

Rei tersenyum lunak.
''Kamu harus tau, La. Ada cewek yang harus dijaga, meskipun bukan pacar. Karena emang begitulah seharusnya. Tapi ada juga cewek yang nggak perlu dijaga. Bukan karena dia kuat atau hebat. Sama sekali bukan itu. Jangan salah! Dia nggak perlu dijaga....,'' Rei tersenyum lagi,'' karena emang itu yang dia mau!''

Langen kontan nelangsa! Gue bukannya nggak mau dijaga, gue justru mau ditinggal! Jeritnya dalam hati.

Dasar bego!!!
Yah, tapi sudahlah. Percuma saja dari tadi tarik urat sampai teriak-teriak, kalau pada akhirnya dia harus ngomong begitu.
''Langen,'' panggil Rei lembut. ''Jangan ditolak, ya? Please? Mungkin ini terakhir kalinya kita bisa begini. Duduk sama-sama. Cuma berdua.''

Langen menatap botol yang tegak di tengah meja. Gawat! Desisnya dalam hati. Kalo sampe fly, ntar gue bisa ''nyanyi'' tanpa sadar. Dan semuanya bakalan kebongkar!
Mendadak matanya menangkap satu sosok di kejauhan. Berdiri di bawah kegelapan bayang sebatang pohon yang tegak di pinggir jalan. Sosok gelap itu lalu melompat-lompat sambil mengibaskan tangan kiri-kanan.
Langen menajamkan matanya dan seketika terpana.
Fani!?

continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar