Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 10 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih


Buru-buru Langen menelepon Fani.
''Fan, kayaknya ketauan deh!''
''Ah, masa!?'' pekik Fani seketika. ''Yang bener, La? Lo tau dari mana?''
''Gue barusan nelepon Rei. Tau nggak! Dia ngomongnya ketus banget. Ntar malem nggak bisa dateng. Ada urusan gitu!''
''Yah kali aja dia emang lagi ada urusan.''
''Tapi kan biasanya ngasih tau. Ini nggak. Lagian juga ngomongnya kasar banget.''
''Yah, tapi belom tentu juga dia tau, La. Elo, ah, nakut-nakutin gue aja.''
''Tapi kayaknya iya, Fan!''
''Lo liat aja dulu deh. Kali aja dia emang lagi ada urusan, atau lagi ada masalah terus lo kena imbasnya.''
''Gitu ya? Yaaa, iya deh.'' Langen menutup telepon lalu duduk tercenung. Firasatnya tetap mengatakan, Rei memang tau sesuatu!

***

Tapi mendadak saja Rei ingin semuanya jelas. Malam ini juga!

Langen yang sedang ngobrol dengan Febi di telepon, kaget saat tiba-tiba saja Rei muncul. Langsung di ambang pintu. Cowok itu sengaja memarkir Jeep-nya agak jauh. Dan samar, dia tersenyum puas saat kejutan pertamanya itu membuahkan kekagetan yang tidak wajar. Langen buru-buru memutuskan obrolannya dengan Febi.
''Katanya nggak dateeeng?'' sambutnya manis tapi dalam hati merasa cemas.
''Aku ganggu, ya?'' tanya Rei tajam.
''Ah, nggak. Bentar ya, aku ganti baju dulu.'' Langen menghilang ke kamar.

Cewek itu sekarang yakin, Rei memang tau sesuatu. Paling tidak mencurigai sesuatu. Rei sendiri juga sudah tahu persis tipikal ceweknya itu. Model cewek yang tidak bisa diancam. Tidak mempan dirayu. Menghadapi Langen itu perlu taktik. Tapi saat ini Rei sedang persetan dengan segala macam taktik. Cukup sudah selama ini dia korbankan egonya atas nama cinta!

''Dan sekarang, Langen sayang....,'' desis Rei dalam hati,''....sekarang saatnya lo tau siapa gue!''

Sayangnya ada yang belum diketahui Rei. Kalau pada umumnya para cewek mengidolakan Justin Timberlake, Leonardo Dicaprio, Brad Pitt, atau cowok-cowok lain yang tetap dalam kategori ''tajir dan ngetop'', Langen lain. Dari kecil sampai sekarang, cewek itu tetap menjadi fans berat..... Ibu Kartini!!!

Dahsyat kan tuh cewek?
Karena itu, demi memperjuangkan harkat dan martabat wanita, Langen mempersetankan apa pun yang katanya ''harus dikorbankan atas nama cinta''!
Hidup Perempuan!
Itu yang Rei belum tahu. Dengan siapa dia akan berhadapan!

Langen keluar dari kamar sudah dalam keadaan ready to war! Dilihatnya Rei sedang duduk dengan tatapan lurus dan kaku ke luar jendela.

Kata buku strategi perang yang pernah dibacanya, taktik untuk melemahkan kekuatan lawan adalah dengan cara membuatnya jadi emosi. Emosi yang terbakar akan menguras energi. Tapi juga harus lebih hati-hati, harus lebih diwaspadai, karena biasanya lawan akan jadi brutal. Brutal tak terarah, yang lalu akan membuatnya jadi kalah!

Kalau urusan bikin Rei emosi sih.....kecil!
Langen meringis. Berjingkat-jingkat mendekati cowoknya yang sedang melamun itu.
''DORRR!!!'' jeritnya kencang. Berhasil. Rei melejit dari sofa!
''LANGEN!'' bentak Rei marah.

Ini bukti nyata bahwa cowok ini memang sedang menahan perasaan. Soalnya, sejak mereka jadian, mungkin Langen sudah membuat kaget seperti tadi ratusan kali. Dan ini pertama kalinya cewek itu mendapatkan sambutan yang berbeda. Biasanya Rei akan langsung membalasnya dengan memberikan satu pelukan, bahkan ciuman. Manis, kan?
"Lagian kamu ngelamunnya serius banget sih. Ngelamunin siapa, hayooo?"
"Udah? Kita berangkat sekarang!" Rei tidak menjawab pertanyan itu. Dia langsung berjalan keluar. Langen membuntuti di belakangnya sambil meringis.

Cukup jauh juga Rei memarkir Jeep-nya. Hampir dua ratus meter dari rumah Langen. Ini keanehan yang kedua!
''Mau ke mana nih kita?'' tanya Langen sambil menutup pintu di sebelahnya. Rei memutar kunci lalu menginjak pedal gas. Tidak menjawab pertanyaan itu. Langen ketawa centil. "Kenapa diem sih? Aaa, aku tau. Pasti suprise! Iya, kan?" dia tertawa lagi. "I love it! Kamu tau aja kalo aku seneng surprise. Terus, kenapa sih mobil kamu diparkirnya jauh banget gini? Nggak biasanya. Pasti belom dicuci deh. Jadinya dekil! Malu diliat ortuku, ya?"

Rei mengertakkan gerahamnya kuat-kuat. Mati-matian menahan sabar.

Berlagak tidak ngeh kalau orang di sebelahnya sedang benar-benar emosi, Langen memutar-mutar tuning radio.
''Aha!'' serunya riang. ''Asyiiik! Destiny's Child!'' Dibesarkannya volume. Dan Lose My Breath mengalun keras. Tapi cuma beberapa detik, karena tak lama kemudian tangan Rei terulur dan ketiga cewek Destiny's Child itu pun tewas. ''Yaaah, kok dimatiin?''
''Aku lagi nggak kepengen dengerin musik!''
''Sepi mana enak, lagi?'' tangan Langen terulur ke radio.
''Aku bilang jangan ya jangan!'' bentak Rei. Langen langsung pura-pura cemberut berat.
''Huh, sepi!'' gerutunya. Dan detik berikutnya, dia sendiri yang bernyanyi!

Cewek itu melengkingkan nada-nada tinggi Whitney Houston di Will Always Love You. Bedanya, kalau Whitney enak didengar. Merdu. Sementara ini... Ck! Jangankan orang yang perasaannya lagi dongkol, lagi normal saja tensi darah bisa naik!
"LANGEN!" bentuk Rei menggelegar. Cowok itu sampai menggebrak dasbor saking kepalanya sekarang sudah benar-benar mendidih. "BISA NGGAK KAMU DIEM?"
"Ya nggak bisalah. Orang dikasih mulut," jawab Langen santai. "Lagian kamu kenapa sih marah-marah melulu dari tadi? Ntar cepet mati, tau nggak?"
"Dan kamu seneng kan kalo aku cepet mati!?"
"Ya nggak dong. Kamu kok ngomongnya kejem gitu sih. Kalo kamu mati, aku ntar malah bisa bunuh diri lho."

Rei menoleh dan sesaat menatap wajah yang terlihat begitu sedih itu. Dia tidak yakin apakah ekspresi itu murni dan sungguh-sungguh. Tiba-tiba diinjaknya pedal gas kuat-kuat. Jeep-nya melompat mendadak. Langen buru-buru berpegangan, pura-pura ketakutan.
"Kita mau ke mana sih!?" serunya.
"Tunggu aja! Nanti kamu akan tau!" geram Rei tanpa menoleh.
"Tapi jangan cepet-cepet gini dong!"

Tapi itu ternyata malah membuat pedal gas diinjak semakin kuat lagi. Langen meringkuk di jok, berpegangan pada sandarannya kuat-kuat. Sebenarnya sih dia nggak ngeri-ngeri amat. Tapi masih menurut buku stategi perang yang pernah dia baca itu, untuk mengelabui lawan, kita mesti berpura-pura sepertinya kita itu bukan lawan yang seimbang. Bukan lawan yang tanggung. Bukan lawan yang patut diperhitungkan. Bahasa simpelnya....kecil! Bukan apa-apa!



continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar