download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 18 part 3 novel cewek!!! by esti kinasih
Gugup, tegang, cemas, Fani membuka bungkusan di pangkuannya pelan-pelan. Bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk. Seekor ular berbisa tiba-tiba melongokkan kepala lalu menggigit tangannya, sebilah pisau tajam tiba-tiba melejit keluar lalu menancap di dadanya, atau apa pun yang membuat hidupnya tamat saat ini juga. Tapi ketika bungkusan itu terbuka, dia justru jadi tertegun.
Boneka kucing?
''Boneka kucing?'' tanyanya bego.
Bima tersenyum lembut lalu bicara dengan nada yang juga lembut. ''Iya. Aku tau kamu sangat sangat suka kucing.''
''Eee...iya sih. Tapi kucing yang hidup.'' Pelan jemari Fani menyentuh boneka di pangkuannya. Halus dan lembut. Benar-benar seperti bulu kucing yang hidup.
Ketegangan Fani langsung hilang. Dibelainya boneka kucing berwarna oranye itu dengan kerinduan akan sesuatu yang pernah dimilikinya dulu. Cewek itu memang pencinta berat kucing, tapi selama ini tidak kesampaian untuk memelihara. Setelah Garfield satu-satunya kucing yang pernah dimilikinya mati karena sakit, mamanya melarang memelihara kucing lagi. Gara-garanya si Garfield membuat semua sofa di ruang tamu jadi berumbai-rumbai dan kain gorden pada mbrodol.
Bima berusaha keras menahan tawa ketika kemudian Fani memeluk boneka kucingnya erat-erat. Sepasang matanya yang berbinar jadi memunculkan keharunan.
''Aku anter pulang, ya? Udah lama kita nggak pernah lagi pulang sama-sama.''
Pertanyaan Bima tak terjawab karena Fani sedang asyik menempelkan kedua pipinya bergantian di bulu-bulu lembut boneka barunya. Perlahan Bima menginjak pedal gas dari Baleno itu kemudian meninggalkan tempat parkir tanpa Fani menyadarinya.
''Garfield warna bulunya juga begini. Tapi badannya nggak segede gini. Ini sih anak macan!''
Kalimat itu membuat Bima tak bisa lagi menahan tawa. Tapi tawanya itu menyebabkan ekspresi Fani langsung berubah.
''Tapi tetep lebih bagus kucing hidup!'' sambungnya dingin.
''Kucing hidup itu bisa nyakar, Sayang,'' ucap Bima lembut. ''Dan bawa penyakit, kan? Bahaya buat cewek.'' diteruskannya topik pembicaraan tentang kucing agar cewek disebelahnya itu tidak menyadari bahwa mereka telah jauh meninggalkan tempat parkir.
Akhirnya mobil berhenti tepat di depan rumah Fani. Cewek itu turun masih sambil memeluk erat-erat boneka kucing pemberian Bima.
''Terima kasih ya?'' ucapnya kikuk. Dan wajahnya seketika memerah.
''You're welcome, honey,'' Bima menjawab, lagi-lagi dengan nada yang begitu lembut. ''Sampe ketemu di kampus besok ya? Bye.''
Begitu mobil Bima berllau dari hadapannya, Fani langsung berlari masuk halaman sambil menjerit nyaring.
''Ijaaah! Gue dibeliin bonekaaa!!!''
Bima yang masih sempat mendengar jeritan itu kontan tertawa. I got you! Desisnya puas.
Ijah berlari kelua dengan sodet di tangan.
''Apaan, Non?''
''Gue dibeliin boneka kucing. Nih!'' Fani memamerkan boneka barunya. Ijah terbelalak.
''Idih, capek amaaat? Siapa yang beliin, Non? Mas Genderuwo ya? Ih, baik ya dia?'' dibuntutinya majikannya ke dalam. ''Pasti mahal deh. Gede banget gitu. Bagus, lagi!''
''Heh! Jangan pegang-pegang. Tangan lo berminyak, tau!'' sentak Fani begiru Ijah mengulurkan tangan.
''Ntar Ijah pinjem ya, Non?''
''Pinjem?'' Fani melirik dengan pandang dingin. ''Enak aja!''
''Pelit! Eh tadi Mbak Langen nelepon sampe tiga kali, Non. Kayaknya dia kuatir banget.''
Seketika Fani memekik.
''Aduh, iya! Lupa gue tuh anak masih di kampus!''
Ditepuknya kening keras-keras. ''Mampus deh! Dia pasti ngamuk!''
Sepertinya prediksi para pengamat olahraga tinju, smackdown, dan lain-lainnya itu, bahwa Bima akan menang mutlak, akan jadi kenyataan. Soalnya, selain Fani benar-benar senang dengan surprise yang diberikan Bima, tuh cewek langsung lupa pada sahabatnya yang sedang menunggu dengan setres di tempat parkir kampus.
Tiba-tiba telepon berdering. Fani langsung berlari menghampiri.
''Lo ke mana aja sih!?'' seru suara di seberang begitu Fani bilang ''halo''.
''Eh, itu, La....'' Fani jadi malu mau ngomong. ''Tadi gue dikasih boneka sama Bima.''
''Apa!?'' Langen kontan memekik. ''Lo pergi sama Bima? Lo gimana sih? Ketemu di mana lo sama tuh orang!?''
''Ya di tempat parkir. Waktu lo pergi nyari Rei, tau-tau dia udah ada dibelakang gue. Nggak tau nongol dari mana. Trus gue diajak pergi. Katanya dia punya surprise buat gue.''
''Trus lo mau, gitu? Lo gimana sih, Fan?''
''Jangan nuduh sembarangan, La! Lo kayak nggak tau dia aja. Gue ditarik ke mobil. Lo tau sedan item yang diparkir deket pohon asok? Itu mobilnya dia! Mendingan lo ke sini aja deh. Ntar gue ceritain semuanya.''
''Trus lo diajak ke mana?''
''Deket. Cuma ke tempat parkir fak kedokteran. Aneh, kan? Gue aja heran. Gue kirain bakalan pergi ke mana, gitu. Yang jauh. Nggak taunya cuma ke situ. Dan kami juga cuma sebentar di sana. Dia cuma mau ngasih surprise itu doang. Biar nggak diliat orang.''
''Apaan surprise-nya?''
''Boneka kucing. Lucu banget deh, La. Persis banget si Garfield. Lo liat ke sini deh!'' Fani tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
''Bima nggak ngomong apa-apa? Nanya-nanya apa, gitu?''
''Nggak. Cuma ngasih boneka itu aja. Trus dia nanya gue suka atau nggak. Udah. Tadinya gue pikir dia bakalam nanya-nanya soal kebut gunung atau soal Salsha. Ternyata nggak sama sekali.''
''Masa gitu doang? Aneh! Ya udah deh.''
Langen menutup telepon dengan jidat yang bukan keriting lagi. Kribo! Soalnya ini benar-benar aneh. Tapi baru lima meter Kijang-nya bergerak, mendadak diinjaknya rem, kemudian disambarnya ponselnya di dasbor.
''Fan! Jauhin itu boneka! Cepet!'' jeritnya sebelum Fani sempat buka mulut.
''Emangya kenapa?''
''Lo inget legenda Kuda Troya?''
''He-eh.''
''Makanya! Jauhin tuh boneka! Gue ke rumah lo sekarang!''
Telepon langsung ditutup. Fani terbengong-bengong. Dan makin bengong lagi begitu setengah jam kemudian Langen tiba dengan heboh. Cewek itu mengerem mobilnya mendadak, membuka pintu, meloncat turun, menutup pintu dengan bantingan, dan berlari terbirit-birit masuk halaman. Cuma dalam hitungan kurang dari sepuluh detik, sahabatnya itu sudah berdiri di hadapannya.
''Mana? Mana? Mana bonekanya? Mana cepet! Gue mau liat!'' panik banget Langen ngomongnya. Sampai loncat-loncat.
''Ngapain sih lo? Santai aja kenapa?''
''Santai! Santai! Ini masalah hidup dan mati, tau!''
Kening Fani kontan berkerut.
''Emangnya apa hubungannya?''
''Udah, mana bonekanya? Cepetaaan!''
''Iya! Iya!'' Fani bangkit dari kursi teras, tempat dia duduk ternganga menyaksikan reaksi Langen.
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar