Mang Asep meneliti deretan warung dengan saksama. dan orang-orang yang dicarinya dia temukan di warung terujung. Rei cs sedang membahas sesuatu yang sepertinya benar-benar genting. setelah membenahi letak peci dan lilitan sarung di pinggang, Mang Asep masuk dengan napas terengah-engah. belagak ada problem berat.
"Kunaoon (kenapa)" tanya si pemilik warung.
"Aduuuh," keluh Mang Asep, membanting tubuhnya ke bangku di dekat Langen cs. "Payah, Kang Enjum. di warung saya teh ayeuna aya awewe-awewe (sekarang ada cewek-cewek) lagi pada mabok!"
"Hah!? Masa atuh!?" Kang Enjum sontak kuaget-get-get. soalnya belum pernah ada ceritanya di daerah situ ada yang mabuk-mabukan. apalagi cewek!
"Awewe lagi mabooook!!!?"
Mang Asep buru-buru mengedipkan mata sambil melirik ke arah Rei cs. Kang Enjum langsung paham, berita itu tidak serius.
"Makanya saya teh bingung. warung saya jadi sepi. Eta awewe-awewena geulis-geulis, Kang. cantik-cantik. tapi ya itu, lagi pada mabok sambil eta.... maen judi!" Mang Asep geleng-geleng kepala sambil terengah-engah. lalu dengan suara dikeraskan, dia menyebutkan ciri-ciri cewek-cewek yang sedang mabok diwarungnya itu. dan terkejutlah Rei cs yang duduk tidak jauh dari Mang Asep. ketiga cowok itu sesaat saling pandang lalu bergegas berdiri dan berjalan mendekati Mang Asep.
"Maaf, Mang. ada cewek-cewek lagi mabok?" tanya Rei.
Mang Asep menoleh, pura-pura sangat kaget.
"Iya," jawabnya dengan sangat pelaaan. sepertinya sangat takut kalau-kalau ada lagi orang lain yang mendengar. "Eta, di warung saya."
"Ciri-cirinya gimana?"
"Yah itu tadi...." Mang Asep menyebutkan ulang ciri-ciri Langen cs. seketika Rei cs membeku di tempat. tak bisa percaya. judi sambil mabok!?
"Mamang bisa tolong antar kami ke sana?" tanya Bima.
"Ng...." Mang Asep tidak langsung menjawab. ditatapnya ketiga cowok di depannya dengan ekspresi seakan-akan dia curiga. "Tapiny Aden-aden mau apa, ya?"
"Mereka masih sodara."
"Sodara!?" Mang Asep pura-pura kaget lagi. "Eta awewe-awewe sodarana Aden-aden? wah, hayuh kalo begitu! tolong ya. diajak pulang saja, atuh. nanti warung saya sepi terus." Mang Asep bangkit berdiri lalu berpamitan pada Kang Enjum. dibelakangnya Rei cs membuntuti.
Teh Neneng buru-buru menyingkirkan gelas-gelas bandrek dari meja saat keempat orang itu muncul di kejauhan.
"Siap-siap! siap! siap!" bisiknya tegang.
Langen cs melirik ke pintu yang terbuka lewat ekor mata dan langsung memulai aksi mereka. Febi menatap kartu-kartunya dengan sangat serius. Langen bersenandung sambil menggoyang-goyangkan badan kiri-kanan. sementara Fani berlagak sibuk menghitung uang pecahan seribu rupiahnya yang berlembar-lembar.
Beberapa saat kemudian Rei cs tiba dan ketiga cowok itu seketika berdiri membeku di ambang pintu. benar-benar tidak bisa percaya pada apa yang terpampang di depa mata mereka.
Ya Tuhan! ini benar-benar gila!
Mata-mata merah hasil memelototi asap kompor itu bahkan terlihat sangat jelas. bau alkohol begitu tajam menyengat. di tangan masing-masing cewek tergenggam empat lembar kartu. di tengah meja, berserakan berlembar-lembar uang.
Langen menoleh lalu membentak keras.
"Apa liat-liat!? sori ya! ini cuma buat cewek-cewek! cowok nggak boleh ikutan! eh, tapi nggak apa-apa deng. boleh. boleh. ada syaratnya tapiii...." dia meraih ranselnya, mengaduk-aduk isinya sebentar, lalu mengeluarkan sebuah lipstik. "Naaah, kalo mau pake ini, boleh ikutan! tapi harus yang menoor banget!" diacung-acungkan lipstik di tangannya. tidak ada reaksi dari Rei cs.
"Kunaoon (kenapa)" tanya si pemilik warung.
"Aduuuh," keluh Mang Asep, membanting tubuhnya ke bangku di dekat Langen cs. "Payah, Kang Enjum. di warung saya teh ayeuna aya awewe-awewe (sekarang ada cewek-cewek) lagi pada mabok!"
"Hah!? Masa atuh!?" Kang Enjum sontak kuaget-get-get. soalnya belum pernah ada ceritanya di daerah situ ada yang mabuk-mabukan. apalagi cewek!
"Awewe lagi mabooook!!!?"
Mang Asep buru-buru mengedipkan mata sambil melirik ke arah Rei cs. Kang Enjum langsung paham, berita itu tidak serius.
"Makanya saya teh bingung. warung saya jadi sepi. Eta awewe-awewena geulis-geulis, Kang. cantik-cantik. tapi ya itu, lagi pada mabok sambil eta.... maen judi!" Mang Asep geleng-geleng kepala sambil terengah-engah. lalu dengan suara dikeraskan, dia menyebutkan ciri-ciri cewek-cewek yang sedang mabok diwarungnya itu. dan terkejutlah Rei cs yang duduk tidak jauh dari Mang Asep. ketiga cowok itu sesaat saling pandang lalu bergegas berdiri dan berjalan mendekati Mang Asep.
"Maaf, Mang. ada cewek-cewek lagi mabok?" tanya Rei.
Mang Asep menoleh, pura-pura sangat kaget.
"Iya," jawabnya dengan sangat pelaaan. sepertinya sangat takut kalau-kalau ada lagi orang lain yang mendengar. "Eta, di warung saya."
"Ciri-cirinya gimana?"
"Yah itu tadi...." Mang Asep menyebutkan ulang ciri-ciri Langen cs. seketika Rei cs membeku di tempat. tak bisa percaya. judi sambil mabok!?
"Mamang bisa tolong antar kami ke sana?" tanya Bima.
"Ng...." Mang Asep tidak langsung menjawab. ditatapnya ketiga cowok di depannya dengan ekspresi seakan-akan dia curiga. "Tapiny Aden-aden mau apa, ya?"
"Mereka masih sodara."
"Sodara!?" Mang Asep pura-pura kaget lagi. "Eta awewe-awewe sodarana Aden-aden? wah, hayuh kalo begitu! tolong ya. diajak pulang saja, atuh. nanti warung saya sepi terus." Mang Asep bangkit berdiri lalu berpamitan pada Kang Enjum. dibelakangnya Rei cs membuntuti.
Teh Neneng buru-buru menyingkirkan gelas-gelas bandrek dari meja saat keempat orang itu muncul di kejauhan.
"Siap-siap! siap! siap!" bisiknya tegang.
Langen cs melirik ke pintu yang terbuka lewat ekor mata dan langsung memulai aksi mereka. Febi menatap kartu-kartunya dengan sangat serius. Langen bersenandung sambil menggoyang-goyangkan badan kiri-kanan. sementara Fani berlagak sibuk menghitung uang pecahan seribu rupiahnya yang berlembar-lembar.
Beberapa saat kemudian Rei cs tiba dan ketiga cowok itu seketika berdiri membeku di ambang pintu. benar-benar tidak bisa percaya pada apa yang terpampang di depa mata mereka.
Ya Tuhan! ini benar-benar gila!
Mata-mata merah hasil memelototi asap kompor itu bahkan terlihat sangat jelas. bau alkohol begitu tajam menyengat. di tangan masing-masing cewek tergenggam empat lembar kartu. di tengah meja, berserakan berlembar-lembar uang.
Langen menoleh lalu membentak keras.
"Apa liat-liat!? sori ya! ini cuma buat cewek-cewek! cowok nggak boleh ikutan! eh, tapi nggak apa-apa deng. boleh. boleh. ada syaratnya tapiii...." dia meraih ranselnya, mengaduk-aduk isinya sebentar, lalu mengeluarkan sebuah lipstik. "Naaah, kalo mau pake ini, boleh ikutan! tapi harus yang menoor banget!" diacung-acungkan lipstik di tangannya. tidak ada reaksi dari Rei cs.
"Berani nggak!?" tantang Fani. "Aah, nggak berani! Masukin lagi, La! nggak pada berani mereka!"
"Payah!" Langen mengantongi lipstiknya. "Baru begini aja nggak berani!"
Jari-jari Rei dan Bima mulai mengepal.
"Badan doang gede, nyalinya seupil!" ejek Fani nyaring. "Apalagi kalo kita tantangin ini, La!" Fani mengeluarkan buku agendanya dari dala. ransel. sampul depan agenda itu bergambar kartun cewek berbikini. "Kalian berani nggak pake baju kayak gini!?" serunya ke Rei cs yang berdiri diambang pintu, sambil menunjuk-nunjuk gambar itu.
"Kalo nggak berani, bareng kami deh!" sambung Langen. "Kalo nggak punya, ntar kami pinjemin!" dia dan Fani saling pandang lalu tertawa cekikikan.
"Kita pinjemin yang gambarnya Snoopy, La. yang seksi banget tuh. kayak punya Pamela Anderson!"
"Pamela telanjang, lagi. gimana sih lo!"
"Jorooook!" jerit Febi, yang sejak tadi terus menunduk, berlagak sibuk dengan kartu-kartunya. dua cewek di dekatnya kontan terkekeh-kekeh geli.
"Satu..... dua..... tiga..... empat..... lima.....Ah, lewat!" tandas Langen. "mereka nggak berani lagi, Fan!"
"Ya udah. kita kasih tantangan yang paling ringan aja kalo begitu."
"Apa ya?" Langen pura-pura berpikir. "untuk cowok-cowok tempe...."
"Tahu!" potong Fani "Tempe mah masih kekerasan. Tahu aja. sekali colek aja udah ancur. kan cocok tuh buat mereka!"
Bima menggeram. kesepuluh jarinya mengepal keras, sementara otot-otot di kedua lengannya tertarik tegang. "kurang ajar!" desisnya dan bergerak maju.
"sabar, Bim!" dengan paksa Rangga menyentak badan besar Bima ke belakang.
“Lo nggak denger!?" bentak Bima. jelas saja cowok itu sangat marah. soalnya selama ini dia kan sudah terkenal macho. jantan. masa sekarang dibilang cowok tempe? Tahu, malah! gimana nggak emosi?
"Sabar!" Rei menepuk bahu Bima lalu berdiri persis di depannya.
"Jangan tahu, ah. itu terlalu menghina. ini aja...." sekali lagi Langen pura-pura berpikir serius. "Oncom!" serunya kemudian. "Nah, betul! itu baru cocok!"
Berdua Fani, kembali cewek itu tertawa-tawa geli. Bima menggeram lagi. dengus napasnya mulai terdengar seperti lokomotif tua yang masih dipaksa menarik gerbong. Rangga langsung mencekal salah satu bahunya.
"Setuju nggak, Feb?" tanya Fani.
"Oh, setuju dong!' jawab Febi langsung. "Dioseng, kan? Tapi yang pedes ya. terus dicampur tahu. Nah..... cocok banget deh buat orang yang nggak punya nyali..... eh, nggak punya gigi! sampe salah!"
"AAAAAAA....... HAHAHA!"
continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar