Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 15 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih



Rangga langsung bergerak, melesat mengejar Salsha. Kerumunan orang yang berkumpul di situ mengikuti adegan itu tanpa bisa bicara, saking bingungnya. Salsha lari pontang-panting. Karena dipintu masuk ada begitu banyak orang yang sedang berdiri sambil mengobrol, membaca atau berbicara di ponsel, cewek itu berlari ke atas lewat eskalator. Di sana, sekali lagi diputarinya rak-rak buku. Kali ini sambil membungkukkan tubuh untuk menghindari adanya saksi mata. Tiba-tiba di sudut ruangan dilihatnya sebuah gang sempit yang hampir-hampir tidak terlihat karena tertutup gorden panjang. Buru-buru Salsha berlari masuk ke sana. Tidak peduli dengan tulisan ''Hanya untuk karyawan'' di dinding atasnya. Tanpa suara dia lalu meringkuk di balik gorden. Beberapa saat kemudian perlahan disibaknya gorden itu untuk mengintip keluar.

Rangga sedang berjalan mondar-mandir sambil melihat ke segala arah. Cowoj itu lalu bertanya pada orang-orang yang ada di ruangan itu, tapi semuanya menggelengkan kepala. Akhirnya setelah lima belas menit memutari ruangan, Rangga pergi dengan wajah kesal.

Salsha menarik napas lega sambil mengusap-usap dada. Akhirnya selamat juga. Setelah meyakinkan diri bahwa Rangga sudah benar-benar tidak ada, pelan-pelan dia keluar. Celingukan ke segala arah dulu untuk memastikan keadaan aman, lalu cepat-cepat berlari turun
saking nafsunya ingin secepatnya sampai di rumah, tempat yang menurutnya sudah pasti aman, Salsha melesat melewati pintu utama dan menabrak tukang buah yang kebetulan sedang melintas dengan gerobaknya.

''E....e....e....,'' tukang buah itu langsung panik. Soalnya buah-buahannya yang sudah disusun membenruk piramida-piramida kecil, bergetar dan siap menggelinding ramai-ramai.
''Sori, Mas! Sori banget!'' teriak Salsha tanpa menghentikan larinya. ''Beneran nggak sengaja!''

Memasuki sebuah department store yang di teras belakangnya terdapat sebuah halte, Salsha melambatkan larinya. Dia capek banget. Untung sudah berhasil lolos.
Tetapi....mendadak saja Rangga muncul di depannya!

Salsha terpekik. Secepat kilat dia balik badan. Tapi sial, ternyata Bima sudah menunggu, berdiri cuma tiga meter di belakangnya. Cowok itu sudah mengira Salsha pasti akan berusaha meloloskan diri lagi. Dan dengan jarak yang cuma sebegitu dekat, meskipun Salsha sudah setengah mati mengerem kaki, tapi karena start-nya benar-benar powerful, tanpa ampun Bima tertabrak telak. Dengan gampang cowok itu langsung meringkus sang buronan!

''Kenapa sih? Ada apa?'' tanya orang-orang yang datang berkerumun. Otak Bima berputar cepat. Sesaat kemudian dijawabnya pertanyaan itu sambil tersenyum.
''Nggak ada apa-apa. Cuma masalah keluarga. Cewek ini sudah dicalonkan orangtuanya untuk jadi istri temen saya ini....'' ditepuk-tepuknya bahu Rangga, yang sesaat sempat ternganga. ''Nggak sekarang sih nikahnya. Nanti, kalau kuliah sudah selesai. Orangtua mereka bilang, penjajakan dulu. Yah....temen saya sekarang ini ceritanya mau penjajakan, tapi cewek ini sudah ketakutan duluan. Dia pikir temen saya pasti mau memanfaatkan kesempatan karena sudah mendapatkan restu orangtua. Makanya dia sampai kabur-kabur begini.''

''Ooooh.'' seketika orang-orang yang berkerumun itu tertawa geli.

Seorang bapak dengan sok tahunya lalu memberikan nasihat, ''Jangan begitu, Nak. Bapak liat calon suami kamu itu orangnya baik kok.''
''Ibu juga dulu dijodohkan,'' seorang ibu ikut nimbrung. ''Pertama-tama memang jengkel, marah. Tapi lama-lama akhirnya jadi cinta kok. Lebih baik dicoba dulu.

Akhirnya semua orang yang berkerumun itu ikut mendukung. ''Iya, betul. Mendingan dicoba dulu.''
''Iya. Jangan langsung punya pikiran yang macem-macem. Nanti kalo dia ternyata memang laki-laki yang baik, kamu nyesel lho.''
''Orangtua cari calon menantu itu kan nggak asal comot.''

Bima dan Rangga mati-matian menahan tawa melihat Salsha mendapatkan setumpuk khotbah. Akhirnya seorang ibu dengan penuh sikap keibuan, menggamit tangan kanan Salsha dan menariknya ke arah Rangga.
''Ayo, minta maaf. Sama calon suami nggak boleh sembrono.''

Rangga memalingkan muka ke arah tembok, memaksa tawa yang ditahannya agar secepatnya hilang.
''Terima kasih, Bu,'' ucapnya dengan nada sangat santun. Diterimanya tangan Salsha yang disodorkan kepadanya. Ibu itu seketika kesemsem.
''Liat? Dia baik, kan?'' katanya ke Salsha yang cemberut berat.

Kemudian agar semakin mendapatkan simpati dari para penonton, Rangga bicara dengan nada yang sangat lembut, ''Ayo pulang. Aku sebenarnya cuma ingin ngajak kamu ngobrol kok. Nggak ada maksud lain. Apalagi maksud yang bukan-bukan. Aku kan tau dosa.''

Bima ketawa keras dalam hati mendengar kalimat itu. Tapi orang-orang di sekitarnya, yang tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, kontan menganggap Rangga cowok baik yang sudah jarang lagi ditemukan di abad ini.

Rangga kemudian merangkul Salsha dengan mesra dan penuh sayang. Para penonton yang berkerumun itu, yang jumlahnya jadi dua kali lebih banyak, bertepuk tangan dengan sangat meriah menyaksikan adegan yang di mata mereka bagaikan ending telenovela. Sangat romantis, menyentuh, indah, dan mengharukan. Dengan Bima berjalan di belakang., ketiganya berpasang-pasang mata.

Jeep LC Hardtop Canvas Bima terpaksa ditinggal, karena dia harus jadi sopir Jeep Wrangler Rangga. Rangga duduk di belakang, menjaga tawanan. Salsha langsung dibawa ke rumah Rangga....untuk diinterogasi!
''Kita mulai dengan nama lo!'' kata Rangga. Cowok itu duduk persis di depan Salsha, yang meringkuk ketakutan di kursi. Sementara Bima dengan santai berleha-leha di sofa panjang di ruang tamu rumah Rangga. Mereka tak perlu takut sang tawanan mencoba kabur lagi. Karena pintu sudah dikunci.
''Boleh minta minum, nggak? Gue aus banget nih,'' pinta Salsha lirih.
''Minta minum? Jelas boleh dong!'' jawab Rangga. ''Mau apa? HIT? Tiga roda? Baygon?''

Bima ketawa. Dia bangun sambil meraih botol dan sebuah gelas kosong dari meja di depannya. Dituangkannya air dingin dalam botol sampai gelas terisi tiga perempatnya. ''Jangan, Ga. Kasian.'' Diulurkannya gelas itu ke Salsha. ''Ini, sayang. Minum deh. Capek ya. Tadi lari-larian?''

Takut-takut Salsha menerima gelas yang disodorkan Bima.
''Boleh, nggak?'' tanyanya pada Rangga, yang sepertinya tidak ikhlas biarpun cuma air putih.
''Jangan banyak tanya! Boleh nggak boleh nggak! Ntar gue ambil lagi tuh gelas!'' bentak Rangga. ''Cepet minum!


continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar