Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 12 part 1 novel cewek!!! by esti kinasih


Kecemasan Rei sungguh-sungguh telah berubah menjadi kepanikan!

Beberapa saat yang lalu, kemarahan membuatnya membiarkan Langen pergi. Tapi saat tubuh gadis itu hilang di tikungan, kemarahan itu seketika berubah menjadi kecemasan. Seketika dia berlari mengejar, tapi Langen sudah menghilang. Jalan itu kosong. Buru-buru dia kembali ke taman. Menghampiri Jeep-nya dan melompat ke belakang setir. Ditelusurinya lagi jalan itu. Tapi sekali lagi....kosong!

Rei panik. Satu pikiran buruk berkelebat. Jangan-jangan Langen pingsan. Ambruk entah dimana. Cowok itu sampai menginjak rem tanpa sadar. Dan sedetik kemudian seluruh spotlight Jeep-nya menyala bersamaan. Kemudian ditelusurinya semua jalan. Cahaya spotlight-nya menyapu setiap jengkal tanah, rumput, aspal jalanan, bata trotoar, bahkan sebagian halaman rumah-rumah yang dilewatinya. Lagi-lagi nihil. Langen tidak ada di mana pun. Cewek itu lenyap!

Untuk yang keempat kalinya Rei melewati kembali jalan itu. Jalan tempat dilihatnya Langen untuk yang terakhir kali. Dan perhatiannya tertarik ke sebuah rumah. Pintu pagar tingginya terbuka lebar-lebar dan ada banyak mobil terparkir di halamannya yang luas. Tidak mungkin Langen hilang begitu saja. Satu-satunya kemungkinan, cewek itu masuk ke rumah ini.

Satpam itu tidak ada. Dia meninggalkan posnya untuk mengatur mobil. Rei menajamkan mata saat mobil-mobil itu keluar satu per satu, sampai mobil terakhir keluar dan rumah itu kembali lengang. Secepat kilat dia melompat turun dan berlari ke arah gerbang yang hampir menutup.

''Maaf, Pak. Apa tadi ada cewek ke sini? Ma....'' Kalimatnya terpenggal, batal akan mengatakan ''mabuk''. Maksud saya, rambutnya ikal panjang.''
Satpam itu mengerut kening sejenak, lalu geleng kepala.
''Nggak ada. Si Lisa, ya? Papanya juga nungguin tadi. Bilang mau jemput tapi ditunggu nggak dateng-dateng. Kamu gantiin Lisa jemput Papa, ya? Belum jauh kok. Susul aja. Papanya cuma numpang mobil Pak Haryono sampai perempatan. Terus nyambung taksi.''

Kening Rei mengerut mendapatkan jawaban aneh itu. Tapi dia tidak peduli, karena telah dia dapatkan informasi yang dia cari.

Langen tidak di sini!
Setelah mengucapkan terima kasih, cowok itu kembali ke mobil dengan langkah gamang. Semua spotlight Jeep-nya lalu padam bersamaan. Kemudian mendadak dia tersentak.

Goblok! Desisnya. Tidak ada penjelasan lain untuk raib-nya Langen ini kecuali, dia mendapatkan taksi dan langsung pulang. Ke rumahnya sendiri, atau ke rumah Fani kalau dia takut dimarahi.

Bergegas Rei menginjak pedal gas. Ngebut, mencari wartel. Tapi ternyata dua nomor yang dihubungi, sama-sama mengatakan ''Langen nggak ada'l!

Dicobanya menghubungi ponsel Fani, tidak aktif. Sementara menghubungi ponsel Langen tidak ada gunanya karena cewek itu meninggalkannya di rumah.

Sepuluh menit kemudian, dia hubungi lagi nomor rumah Langen dan Fani. Masih juga dijawab ''Langen tidak ada.'' sepuluh menit berikutnya, kembali dia hubungi. Lagi-lagi masih juga jawaban yang sama. Detik-detik berikutnya terasa amat menyiksa. Mati-matian Rei menahan diri untuk tidak mengangkat gagang telepon di depannya lalu menekan tuts-tuts angkanya. Soalnya orang-orang yang mengangkat di seberang sana pasti mulai bertanya-tanya ada apa. Dan Rei tidak ingin mengatakannya.

Setengah jam kemudian baru dia hubungi lagi. Tapi masih juga, Langen tidak ada. Setengah jam berikutnya, tepat di pergantian hari, kembali dia hubungi dan lagi-lagi masih juga mendapatkan jawaban yang sama!

Dengan konsentrasi yang benar-benar sudah pecah total, panik, cemas, marah pada diri sendiri, menyesal, merasa sangat bersalah, Rei menelusuri jalan demi jalan. Dan berakhir menjelang dini hari di warung kopi pinggir jalan.

Segelas kopi lalu dihadirkan untuk tubuhnya yang letih dan kedinginan. Seorang pengamen, yang shift-nya mungkin memang dari malam sampai pagi atau mungkin sedang mengejar setoran, berjalan mendekat dan langsung beraksi. Dipetiknya gitar dan sedetik kemudian mengalunkan nada-nada getir yang begitu menyayat.

''Kau tlah pergi, tinggalkan maaf yang tak terucap. Dan takkan kembaliiii.....''

Rei menggeram. Ditatapnya pengamen itu dengan garang. Tapi karena terlalu menghayati lagu yang sedang dinyanyikan, tatapan Rei itu luput. Pengamen itu tetap bernyanyi.
''DIAM!!!'' bentak Rei keras. ''Nyanyi lagu yang lain! Bikin orang emosi aja!''

Baru pengamen itu berhenti bernyanyi. Ditatapnya Rei dengan kening terlipat. Tak lama dipetiknya lagi gitarnya dan mengalunkan nada-nada yang lebih menyayat dari nyanyian pertamanya tadi.
''Tlah tiba waktuku, tuk berpisah denganmu. Menangislah untukku. Sampai akhir kau di sampingku, di hatikuuu....''
''DIAM! DIAM! DIAM! DIAM!'' Rei berteriak kalap. ''PERGI SANA! PERGI CEPET!!!''


continue~




Tidak ada komentar:

Posting Komentar