Di areal parkir di depan gedung rektorat, Rangga duduk terdiam di belakang setir Jeep Wrangler cokelatnya sejak beberapa saat lalu. Ia masih tidak percaya, rahasia yang selama ini disimpannya rapat-rapat, terbongkar tiba-tiba. Harus dia cari tahu siapa cewek yang sudah datang ke kampus dan bikin gara-gara itu! Karena setelah dia ke rumah Ratih kemarin, cewek yang belum lama dipelasnya itu juga sama kagetnya.
Ratih mengaku telah bisa menerima cerita cinta mereka yang berakhir dua bulan lalu itu, dan menjadikannya masa lalu. Ia tak ingin lagi berusaha mengingat, apalagi bertemu. Dan saat Rangga menyebutkan ciri-ciri cewek sialan itu, juga semua omongannya, Ratih geleng kepala. Mengatakan tidak mengenal cewek itu sama sekali. Bingung, kan?"
Kepala Rangga langsung terangkat saat Kijang hijau tua yang ditunggunya muncul di gerbang kampus. Buru-buru ditekannya klakson, memberi isyarat agar Langen parkir di sebelahnya.
"Wah, kayaknya dia tau kalo kejadian waktu itu gara-gara kita, La!" desis Fani.
"Gimana bisa?"
"Itu buktinya. Dia sengaja nungguin kita di sini. Gimana nih?"
Langen menatap Rangga yang kelihatan semakin tidak sabar. Tangan cowok itu melambai, minta mereka supaya cepat. Dengan cemas Langen menuruti perintah itu.
"Ada apa?" tanyanya dengan sikap yang dipaksa terlihat wajar.
"Soal cewek yang dateng ke sini waktu itu."
Kedua cewek itu kontan tercekat, tapi Langen buru-buru menutupi kekagetannya.
"Iya, kan? Ketauan juga lo akhirnya!" tukas Langen. "Dari pertama gue udah nggak percaya. Lo pasti cuma pura-pura alim. Biar Febi nggak curiga. Iya, kan?"
"Gue nggak perlu komentar lo. Gue nunggu di sini karena ada yang mau gue tanya. Dia bilang apa aja waktu itu? Sebelum nemuin gue."
"Nggak ada. Dia cuma nanyain kelas lo. Ya gue tunjukin."
"Cuma itu? Febi nanya apa aja ke dia?"
"Febi nggak ngomong apa-apa."
"Yang bener?"
"Bener!"
Rangga terdiam, kelihatan lega. Dia tidak tahu, kedua cewek di depannya juga merasa lega, karena tidak terbongkar merekalah biang keroknya.
"Lo bisa nolongin gue nggak, La? Tolong cari tau siapa tuh cewek."
"Kan dia disuruh Ratih. Lo tanyain si Ratih dong. Eh, tapi Ratih itu siapa sih?"
Rangga menyeringai. "Nggak akan gue kasih tau!"
"Nggak masalah." Langen mengibaskan tangan. "Lagian siapa juga yang pengen tau? Febi emang polos. Tapi gue nggak. Model kayak elo sih, gue bisa baca!"
Fani tertawa. Tapi buru-buru diam begitu Rangga menatapnya tajam.
"Ratih nggak kenal tuh cewek!"
"Hah! Nggak kenal?" Langen berlagak kaget banget. "Wah! Aneh banget tuh! Oke deh. Lo tenang aja. Ntar gue selidikin siapa cewek kurang ajar itu!"
"Kapan gue dapet kabar?"
"Ya nggak bisa dipastiin. Orang nyarinya ke mana aja, kami belom tau. Pokoknya begitu udah kami temuin tuh cewek, secepatnya kami kasih tau elo."
"Oke kalo gitu. Gue tunggu. Thanks banget, La."
"You're welcome," Langen menjawab manis.
Rangga pergi tanpa curiga. Dan begitu dia hilang di koridor utama kampus, Langen dan Fani kontan cekakakan sampai perut. Dan agar niat mereka untuk menolon itu kelihatan serius, mereka berdua lalu menyatroni SMA Rangga dulu yang juga SMA-nya Rei dan BimaSMA Santo Martin.
Langen dan Fani duduk di bangku semen di dekat gerbang dan mulai memerhatikan siswi-siswi SMA itu satu per satu. Mencari satu orang saja yang agak mirip-mirip Salsha.
Ajaibnya... Ada lho! Kontan keduanya melongo begitu cewek itu melintas di hadapan mereka. Memang tidak mirip-mirip amat sih. Tapi tidak masalah. Yang penting ada target buat dijadikan kambing hitam!
Keduanya langsung melompat bangun dan diam-diam mengikuti dari belakang. Dan dari beberapa orang yang menyapa cewek itu, mereka jadi tahu nama cewek itu Vinka. Tanpa buang waktu, Langen langsung lapor ke Rangga bahwa dia sudah menemukan oknum teroris itu.
"Namanya Vinka, Ga. Anak Santo Martin juga. Tapi nggak tau kelas berapa."
"Nggak apa-apa. Itu juga udah cukup. Thanks."
Dan tanpa selidiki lagi malah tanpa buang waktu lagi Rangga langsung menemui Ratih, memintanya untuk bicara dengan si Vinka itu apa maksud semua tindakannya. Bersamaan dengan itu, Langen mengontak Salsha. Minta tolong supaya, Saskia, sepupu Salsha yang sekolah di Santo Martin, untuk memonitor.
Dan menurut laporan Saskia via Salsha, besoknya Ratih dan Vinka ribut besaaaar!
Ratih mendatangi Vinka di kelasnya dan langsung mengamuk. Dia membentak-bentak Vinka saat kelasnya sedang ramai. Memaksa cewek itu mengaku, apa maksudnya mencari Rangga sampai ke kampus segala!
continue~
Link Bab 3 part 3: http://chlasmaul.blogspot.com/2014/03/bab-3-part-3-novel-cewek-by-esti-kinasih.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar