Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 22 part 6 novel cewek!!! by esti kina



Dan kekalahan Fani semakin telak ketika malam itu juga dia dengan ''resmi'' diserahkan ke pihak lawan. Tak lama selesai makan, Bima pamit. Tapi mama Fani ternyata tidak mengijinkan.
''Ada yang mau Tante bicarakan sama kamu.''
''Ya, Tante?'' dengan perasaan heran, Bima duduk kembali.
''Begini lho, Nak Bima. Tante mau minta tolong. Tolong Fani ini dijaga, diawasi.''
Fani terperangah amat sangat. Sama sekali tak menyangka mamanya akan bicara begitu.
''Diawasin!?'' dia menjerit nyaring. ''Emangnya Fani copet, apa!? Rampok!? Jadi mesti diawasin!?''
''Jangan suka ikut campur kalo orangtua lagi ngomong!'' bentak mamanya.
''Ma! Mendingan mama nyewa polisi aja deh. Atau detektif, buat ngawasin Fani. Itu malah lebih aman. Daripada dia. Dia ini psikopat, Ma! Bener-bener berbahaya!''

Sang Mama tidak mengacuhkan jeritan anaknya. Beliau tetap mengarahkan tatapannya pada ''calon menantu sempurna dan telah sangat langka di jagat raya'' idaman hatinya itu. Yang sedang menahan-nahan senyum di depannya.
''Tolong ya, Nak Bima.....''
''Iya, Tante. Nanti saya awasi dia. Mm.....gimana kalau sekalian saya ajak dia aktif di organisasi saya, Tante? Nggak apa-apa?''
''Organisasi apa?''
Fani langsung menyambar, ''Organisasi Bajak Laut Se-ASEAN, Ma! Dia kan ketuanya, eh, gembongnya!''
Sekali lagi mama Fani tidak memedulikan sinyal tanda bahaya yang dijeritkan anaknya.
''Mapala, Tante.''

Bima kemudian bercerita panjang-lebar tentang organisasinya. Komplet dengan semua kegiatan yang telah mereka lakukan, prestasi-prestasi yang telah mereka capai, dan visi-visi mereka ke depan. Dan makin terpukaulah mama Fani. Poin Bima di matanya semakin melejit tinggi-tinggi. Ternyata Ak Bima ini bukan hanya bertanggungjawab terhadap perempuan yang dipilihnya untuk dipacari, tapi juga terhadap kelestarian planet bumi!

''Oh, iya. Bagus sekali itu. Tante setuju! Daripada keluyuran nggak jelas. Lebih baik Fani belajar berorganisasi. Sekalian itu tadi, Tante minta tolong Fani ini dijaga, diawasi, dia memang agak susah diatur. Jadi kalau dia bandel, marahin saja. Jewer kupingnya kalau perlu!''

Bima jelas saja segera mengiyakan titah calon mertuanya itu dengan khidmat, dan berjanji akan melaksanakan perintah itu dengan penuh tanggung jawab. Perkara hasilnya nanti Fani malah jadi depresi, itu soal belakang. Yang penting kartu pas telah di tangan!

***

Begitu Bima pulang, Fani langsung mengemasi barang-barangnya dalam dua koper besar.
''Mau ke mana kamu? Malam-malam begini?'' tanya mamanya heran.
''Ke rumah Langen! Fani mau diadopsi sama mamanya Langen. Sekarang mama nggak punya anak lagi. Syukurin!” Dia balik badan dengan sombong. Diiringi senyum geli sang mama, Fani meninggalkan rumah malam itu juga.
''Kenapa, lo?'' tanya Langen. Kaget ketika mendapati Fani berdiri di teras rumahnya dengan dua koper besar di kiri-kanan.
''Minggat! Ada perkembangan baru, La! Parah banget! Bener-bener abis gue sekarang!''
''Apaan?''
''Besok aja ceritanya. Sekarang gue mau mandi trus tidur!''

***

''HAH!? GILA! GILA! GILA!!!'' Langen menjerit melengking. Ditatapnya Fani dengan mata yang benar-benar melotot. ''Elo gila, Fan! Sarap!''
''Gue bener-bener nggak nyangka dia bakalan nekat, La!''
''Elo harusnya nyangka, dong! Bima itu kan selalu nekat!''
''Yah, jadi sekarang gimana dong? Lo malah teriak-teriak. Bukannya bantuin gue!''
Langen tersadar.
''Sori,'' ucapnya pelan. Dia lalu menoleh ke Febi yang tidak juga bersuara dari tadi. ''Gimana sekarang, Feb?'' tidak ada jawaban. ''Febi? Woiiii!''
Febi tergeragap. ''Eh, sori. Sori. Tapi Bima mau tanggung jawab kan, Fan?''
''Aduh!'' seketika Fani memukul kepalanya sendiri dengan bantal.
''Mereka cuma berbikini berdua, Feb!'' tegas Langen. Dia lalu menoleh dan menatap Fani. ''Iya kan, Fan? Lo cuma berbikini berdua, kan? Nggak ngapa-ngapain lagi, kan?''
''Mana gue tau! Gue kan lagi pingsan!''
''Tapi setelah lo sadar, ada rasa-rasa gimana, gitu?''
''Gue sih nggak ngerasin apa-apa. Tapi si lutung itu ngomongnya begitu, tauuu?'' Fani menjerit saking jengkelnya.
''Mereka cuma berbikini berdua!'' tanda Langen. Dia menarik kesimpulan sendiri. Menolak adanya kemungkinan lain.
''Tapi tetep aja....,'' Febi menatapnya tajam, ''Fani udah kehilangan kehormatan!''
''Ah, norak lo! Lo pasti nggak pernah ke kolam renang atau ke pantai!''
''Jadi gimana niiih!?'' Fani menjerit melengking. ''Malah pada ribut, lagi! Bukannya bantuin gue!''

Langen berdecak. Dia lalu berjalan mondar-mandir dengan kening terlipat. Berpikir keras mencari jalan keluar. Tak lama dia berhenti lalu menatap kedua temannya bergantian.
''Cuma ada satu cara supaya ini semua selesai..... Perang terbuka!''

continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar