download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 13 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih
Rei melangkah lunglai menuju tempat parkir. Dia harus ke rumah Langen untuk memberitahu keluarganya bahwa gadis itu hilang. Tidak bisa mundur lagi, karena telah lewat 36 jam sejak dilihatnya Langen terakhir kali.
Rasanya benar-benar seperti sedang pergi ke pemakaman. Bukan cuma untuk menyaksikan orang yang dicintai dikuburkan. Tapi sekaligus juga untuk menguburkan diri sendiri. Tidak dalam keadaan jasad utuh, tapi serpihan daging dan tulang!
''Wah, kebeneran kamu dateng, Rei!'' sambut mama Langen. Tapi kemudian dia menatap Rei dengan kening terlipat. ''Kamu kenapa? Kok berantakan begini? Pucat, lagi. Kenapa? Kamu sakit?''
Perhatian tulus dari mama Langen itu malah membuat Rei semakin ditekan rasa bersalah.
''Nggak, Tante. Cuma....kuliah lagi banyak tugas.''
''Oh, begitu. Tapi tetep kesehatan itu harus dijaga.''
''Iya, Tante. Terima kasih.''
''Tante mau minta tolong sama kamu.''
''Minta tolong?'' kening Rei berkerut.
''Iya. Tante mau titip obatnya Langen.''
''O-obat, Tante?''
''Iya. Itu anak radang tenggorokannya lagi kambuh. Biasanya dia suka rewel. Kemarin sore waktu Fani ke sini, ngambil baju sama diktat-diktat kuliahnya, Tante lupa nitip.''
Sontak sepasang mata Rei melebar. Benar-benar kaget!
''Terus juga, tolong bilang sama mamanya Fani, kalo Langen minta dimasaki ini-itu, jangan dituruti. Kalo di sana dia berisik, dimarahi saja. Soalnya anak satu itu nakal sekali. Tolong ya, Rei?'' tidak ada sahutan. ''Rei?'' ulang mamanya Langen. Tetap tidak ada sahutan. Wanita itu menoleh dan jadi heran melihat Rei terpaku diam. Ditepuknya bahu cowok itu yang lalu jadi terlonjak kaget. ''Kenapa kamu? Kok bengong?''
''Oh? Eh, maaf.... Tadi Tante bilang apa....?''
''Nah, kan. Nggak denger, kan? Kenapa kamu?''
''Nggak. Nggak apa-apa, Tante.'' Rei menggelengkan kepala. Benar-benar lega. Tubuhnya sampai sempit limbung saking beban berat itu terangkat tiba-tiba. Mama Langen mengulangi pesannya.
''Terus, nanti suruh Langen nelepon Tante. Anak itu memang nakal! Nginap sudah dua hari, bukannya ngasih tau. Memang sih rumah Fani sudah seperti rumah sendiri. Tapi mbok ya kasih tau, gitu lho.''
''Langen nggak bilang sama Tante?''
''Fani sih udah ngasih tau. Malem Minggu kemarin Malam-malam, jam sebelas dia nelepon ke sini. Cuma Langen-nya itu lho. Kok ya nggak nelepon sama sekali. Baju sama buku-bukunya malah Fani juga yang ngambil ke sini. Ngapain aja tuh anak di sana?''
Malam Minggu Fani nelepon ngasih tau!?
Kesepuluh jari Rei mengepal. Bener-bener kurang ajar tuh cewek! Desisnya marah.
***
Fani langsung sadar Rei sudah mengetahui keberadaan Langen begitu dilihatnya cowok itu sudah ada lagi di luar kelas. Rei berdiri bersandar di sebuah pilar dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Wajah Rei kaku dan sepasang matanya menatap tajam ke satu titik. Dirinya! Dan sedetik setelah dosen keluar dari pintu depan, Rei langsung menerobos masuk lewat pintu belakang.
''KENAPA LO NGGAK BILANG KALO LANGEN ADA DI RUMAH LO!!!?'' cowok itu berteriak. Benar-benar keras saking emosinya. Teman-teman sekelas Fani yang tadinya sudah bersiap akan pergi, sontak batal.
''Kenapa gue mesti ngasih tau elo!?'' bentak Fani.
''Gue hampir gila, tau! Gue muter-muter sampe pagi! Gue cari dia ke mana-mana!''
''Bagus! Emang harus gitu! Baru juga hampir. Gue doain semoga lo gila beneran!''
''FANI!!!'' bentak Rei menggelegar.
''APA!!!?'' Fani balas membentak keras.
Rei menggeram marah. ''Awas lo, Fan! Liat aja lo!'' ancamnya, lalu balik badan dan keluar.
''Eh, tunggu! Tunggu!'' seru Fani. Tapi Rei sudah keburu hilang. Cewek itu bergegas menekan tuts-tuts ponselnya. ''IJAH!!!'' teriaknya begitu telepon di seberang diangkat.
''IYA!'' Ijah jadi ikut teriak gara-gara kaget.
''Langen lagi ngapain?''
''Mandi.''
''Jah, denger, Jah! Tutup semua pintu sama jendela! Kunci! Rei lagi ke situ! Jangan kasih dia masuk! Paham!?''
''Paham! Paham!''
Ijah langsung menjalankan perintah. Ditutupnya semua pintu juga jendela rapat-rapat, lalu dikuncinya. Menguncinya juga sampai terdengar bunyi ''ceklek'', supaya dia yakin benar-benar sudah terkunci. Langen keluar dari kamar mandi dan jadi heran melihat tingkah Ijah.
''Kenapa lo tutupin jendela sama pintu, Jah? Mau pergi? Biar gue yang jaga rumah deh.''
''Bukan! Kata Non Fani, Mas Rei lagi mau ke sini. Jangan dikasih masuk, katanya!''
Langen terbelalak.
''Iya! Iya! Jangan!''
***
Rei bingung mendapati rumah Fani benar-benat tertutup rapat. Dia memanjat pagar, lalu melompat masuk halaman.
''Langen!'' panggilnya sambil mengetuk pintu keras-keras. ''Langen, buka pintu, La! Aku tau kamu di dalam!'' tidak ada sahutan. ''Langen! Buka pintu! Langen!'' tetap tidak ada sahutan. Diperiksanya hendel pintu. Terkunci.
''LANGEEEN!'' Rei berteriak keras-keras. Pintu dipukulnya sampai getarannya terasa di jendela-jendela. Di ruang kerja Papa Fani yang sama sekali tak berjendela, Langen dan Ijah duduk meringkuk diam-diam.
''Kayaknya dia kalap, Mbak,'' bisik Ijah.
''Biarin aja, Jah!''
Suasana berubah hening, Rei berdiri diam di depan pintu. Memasang telinga tajam-tajam. Berusaha menangkap bunyi sekecil apa pun, yang bisa memberinya tanda bahwa memang ada seseorang di dalam sana. Tapi ternyata suasana benar-benar hening. Sunyi senyap. Sesaat kemudian ditariknya napas panjang-panjang sambil memejamkan mata.
''Langen,'' panggilnya kemudian dengan lembut. ''La, tolong keluar. Please? Kita omongin masalah ini baik-baik. Jadi tolong keluar. Sebentaaar aja.''
Tetap tidak ada sahutan. Rei menarik napas panjang-panjang lagi. Kalau tidak ingat akibatnya akan runyam, sudah didobraknya pintu ini. Atau kalau tidak, dia pecahkan jendelanya. Minimal satu. Atau dua, atau semuanya sekalian kalau itu tetap tidak bisa membuat Langen keluar!
Cowok itu lalu menempelkan mukanya di salah satu kaca jendela. Berusaha melihat ke dalam. Ruangan itu kosong. Dan tidak ada tanda-tanda ada orang bersembunyi di kolong kursi atau meja, atau menyempil di samping bufet panjang. Benar-benar tidak ada makhluk hidup di dalam sana!
Rei pindah ke ruang makan. Mengintip lagi ke dalam lewat kaca-kaca jendelanya. Ruangan itu kosong. Juga tidak ada tanda-tanda adanya makhluk hidup. Tapi dia tetap yakin Langen ada. Somewhere in there. Diketuk-ketuknya kaca jendela.
''Langen. Tolong keluar, La. Jangan kayak anak kecil begini. Keluar. Kita selesaikan baik-baik.''
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar