Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 13 part 3 novel cewek!!! by esti kinasih



Tapi dua orang di dalam ruangan tak berjendela itu tetap duduk dalam diam. Langen membutakan hati meskipun panggilan itu sebenarnya sangat menyayat. Sementara Ijah jadi merasa sedih.
''Keluar aja, Mbak,'' bisiknya.
''Nggak!'' tolak Langen serta-merta.
''Mas Rei kayaknya mau minta maaf tuh.''
''Biarin aja! Denger ya, Jah. Lo gue kasih tau. Sekarang udah nggak zamannya lagi cewek ditinggalin cowok! Cewek bunuh diri gara-gara cowok! Cewek patah hati karena cowok! Cewek trauma cause of cowok! Sekarang.....zamannya cowok-cowok jadi gila karena cewek! Setuju?''
''Waaah, setuju buanget, Mbak! Hebat! Itu bener-bener keren!'' sambut Ijah seketika.
''Sip! Jadi biarin aja dia gedor-gedor. Ntar kalo pintunya rusak, atau kaca jendela ada yang pecah, tinggal kita kirimin aja tagihan ke rumahnya. Gampang!''

Malang benar nasib Rei. Sudah diketuknya setiap pintu juga kaca jendela, diteriakkannya nama Langen dengan sangat memilukan, berputar-putar mengelilingi rumah, tapi sang mantan pacar malah memeluk bantal kursi dan mengambil ancang-ancang untuk tidur. Ijah jadi ikut-ikutan. Bukan karena tidak ada kerjaan, tapi tidak mungkin dia meneruskan pekerjaannya kalau Rei masih ada. Dan tak lama Ijah benar-benar ketiduran.

Suara-suara ketukan di kaca itu berakhir. Suara panggilan berulang itu juga akhirnya hilang, diikuti suara langkah kaki di atas rumput yang berjalan menjauh. Suara pagar besi dipanjat, suara mesin mobil dihidupkan, suara ban-ban bergerak. Dan akhirnya lengang.

Satu menit, dua menit. Langen terpekur dalam lengang yang semakin membuatnya merasa kosong. Kalau dia tidak sedih, itu bohong. Kalau tadi dia tertawa-tawa di depan Ijah karena merasa menang, itu juga tidak sepenuhnya benar. Sama sekali tidak begitu. Sama sekali bukan.

Dia sedih! Tidak menyangka akan begini akhir cinta pertamanya. Berawal mirip film-film roman, setangkai bunga. Meskipun liar, bunga ungu yang dipetik Rei di tepi jalan itu tetaplah bunga, yang diulurkan padanya tanpa peduli ada begitu banyak mata di sekitar mereka. Disertai kalimat pendek yang dipahami semua manusia, pun mereka yang IQ-nya di bawah rata-rata: wo ai ni, I love you, ich liebe dich. Tapi Rei mengatakannya dalam bentuk lain meskipun sama noraknya.

''Jadi cewek gue, ya? Jangan bilang nggak, kalo lo nggak mau gue loncat ke tengah jalan sekarang juga!''
Meskipun ancaman itu tak mungkin direalisasi, toh Langen mengiyakannya juga, dengan sebentuk senyum malu dan anggukan kepala. Dan akan tetap diingatnya hari itu. Hari di saat ada seseorang berjalan bersamanya. Manis. Indah.

Tapi, setelah diawali sederet tuduhan yang diteriakkan dengan nada tinggi, kenyataan bahwa mereka ternyata tak saling memahami, cinta itu berakhir....dengan satu botol!
Tragis!!!

Bima baru saja membukakan pintu Jeep LC. Hardtop Canvas-nya untuk Fani, saat tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh satu teriakan keras.
''FANI!!!'' Rei berlari menghampiri mereka dengan muka marah. ''LO NGASIH PERINGATAN, KAN!? IYA, KAN!?'' bentak Rei begitu sampai di depan Fani.
''Iya! Trus kenapa!'' tantang Fani.
''Ada di mana dia sekarang!?''
''Jangan bego lo! Kalo emang gue mau ngasih tau, udah dari kemaren-kemaren, tau!''
''Elo....!'' geram Rei. Kalau saja tidak ada Bima, entah sudah diapakan cewek ini.
''Ada apa sih ini?'' tanya Bima, setelah beberapa saat hanya menatap bingung. ''Elo tadi kenapa nggak masuk, Rei? Gue udah bilang, ada kuis. Tau sendiri tuh dosen, mood-nya....''
''Aaaah!'' Rei mengibaskan tangan. Persetan soal itu! Ditatapnya sahabatnya itu tajam.
"Tolong ya, Bim....! Lo suruh cewek lo ini.....ngasih tau.....dimana Langen sekarang!''
''Kenapa? Dia belom pulang, kan?''
''JELAS AJA NGGAK PULANG!'' teriak Rei. ''ADA DI RUMAH DIA!'' tunjuknya lurus-lurus ke muka Fani. Hampir saja tuh jari digigit sama yang yang kena tunjuk.
''Bener Langen ada di rumah kamu, Fan?'' Bima menoleh ke ceweknya, yang langsung melengos ke tempat lain. ''Kenapa nggak bilang? Ada dua hari Rei ikut nggak pulang. Nyari Langen ke mana-mana, takut dia kenapa-kenapa.''
''Biarin aja!'' jawab Fani ketus. ''Biar dia jadi gila!''
''Elo ya!'' kesepuluh jari Rei mengepal. Bima ikut melotot.
''Biarpun kamu sohibnya, aku nggak ngedoain kamu gila juga kok,'' sahut Fani enteng.
''Bukan begitu. Aku sama Rangga jadi ikut repot. Bantuin Rei pontang-panting nyari Langen ke mana-mana. Dari jam dua siang sampe jam tiga pagi! Kalo hasil kuisku tadi jelek, itu berarti gara-gara kamu!''
''Ih!'' Fani mendelik. ''Lagian mau aja. Yang ngilangin Langen kan dia. Ya biar aja dia yang cari sendiri!''
''Nggak bisa begitu. Kamu sendiri gimana? Yang berantem sama Rei kan Langen. Kenapa kamu ikut-ikutan?''
''Langen nggak salah! Emang dia aja nih....'' Fani menunjuk Rei lurus-lurus. ''Dia jahat! Nggak tau diri! Egois!''

Bima menarik napas, geleng-geleng kepala. Ditepuknya bahu Rei sekilas.
''Lo ikut gue. Jemput cewek lo.''
''NGGAK!!!'' seru Fani seketika. Dipelototinya Rei tajam-tajam. ''Gue kasih peringatan, jangan coba-coba lo ke sana!''
''Fan, mereka ada masalah. Biar Rei ketemu Langen.''
''Nggak!'' Fani tetap ngotot. Yang ngomong Bima, tapi tetap yang dia pelototi Rei. Soalnya Fani memang tidak berani memelototi Bima. Cari mati itu namanya! Fani lalu maju selangkah, dan ditentangnya sepasang mata hitam Rei. ''Lo mau deketin dia.....langkahin dulu mayat gue!''

Sepasang mata Bima kontan melebar. Cowok itu memalingkan muka ke tempat lain, menyembunyikan senyum gelinya.
''Udah, Rei,'' kata Bima pelan. ''Jangan dipaksa kalo emang Langen nggak mau ketemu.'' Tapi sementara bicara, sepasang matanya memberikan isyarat. Rei langsung paham.

''Oke,'' Rei mengangguk. ''Awas ntar lo, Fan!'' katanya, lalu balik badan dan pergi.
''Eh!? Lo ngancem!?'' seru Fani
. ''SINI KALO BERANI! NGANCEM-NGANCEM SEGALA! LO KIRA GUE TAKUT, APA!? HEH! JANGAN PERGI LO! KE SINI KALO BERANI! SATU LAWAN SATU!!!''

Meskipun sudah mati-matian ditahan, tawa Bima akhirnya meledak juga.
''Kenapa ketawa?'' Fani meliriknya dongkol.
''Nggak. Nggak apa-apa.'' Bima geleng kepala. ''Makan yuk? Laper banget nih.''

Sengaja Bima mengulur waktu untuk membuat jarak dengan Rei, soalnya diam-diam Rei sedang meluncur ke rumah Fani.
''Nggak,'' tolak Fani langsung. ''Aku mau pulang!''
''Kenapa sih? Nggak bosen terus-terusan deket Langen?''
''Maksud kamu apa ngomong begitu?''
''Heran aja. Aku aja kadang bosen terus-menerus deket Rei sama Rangga. Meskipun bisa dibilang jarang, dibanding kamu sama Langen yang hampir setiap saat.''
''Makanya. Kalo sampe Rei berani nekat, aku bikin dia jadi mayat!''



continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar