download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 23 part 3 novel cewek!!! by esti kinasih
Langen terbelalak dan kontan jadi berang.
''Emang siapa yang mau jadi istri lo? Dasar kera!''
''Eh, La! La! Jangan, La! Jangan!'' Fani dan Febi buru-buru memegangi Langen. Cewek itu sudah siap menghantamkan batang kayu di tangannya ke tubuh Bima.
Bima tertawa pelan. Tetap berdiri di tempatnya, meskipun kayu di tangan Langen sudah pasti akan mendarat di tubuhnya seandainya tidak dihalangi. Rei dan Rangga geleng-geleng kepala.
''Ada apa, La? Katanya ada yang mau lo omongin ke kami bertiga?'' Rei menghentikan pandang marah Langen pada Bima, dengan jalan berdiri tepat di depan mantan ceweknya itu. Tepat dan dekat.
Langen mundur selangkah dan menatap Rei dengan sikap percaya diri dan keangkuhan yang berlebihan. Satu-satunya cara untuk mencegah dua lengan di hadapannya yang mungkin saja akan memeluknya.
''Apa mau lo bertiga sekarang?'' tanyanya.
''Mau apa maksudnya?'' sepasang mata Rei menyipit.
''Nggak usah pura-pura!''
Rei bersiul panjang lalu mengangguk-angguk. ''Apa nih? Tantangan perang terbuka?''
''Terserah apa kata lo!''
Ketiga cowok itu saling pandang. Terlihat kaget dengan tantangan itu. Benar-benar berani sama sekali tidak mereka duga. Rei kembali menghadapkan tubuhnya ke Langen.
''Jam berapa kalian selesai kuliah?''
''Jam dua. Kenapa?''
''Nanti kami ke sana!''
Ketiga cowok itu kemudian balik badan. Tanpa bicara lagi, mereka melompat ke dalam Jeep dan pergi dari situ.
***
''Gila dia!'' desis Rei sambil geleng-geleng kepala.
''Sadar juga lo akhirnya!'' bahunya langsung ditepuk Bima.
''Jadi gimana sekarang?''
''Ya jelas harus dijawab! Pengkhianatan, penghinaan. Dan sekarang gue merasa telah dilecehkan!''
''Caranya?''
Bima tidak menjawab. Dia menatap ke luar jendela kelas, tangannya mengetuk-ngetuk dinding. Beberapa saat kemudian ditatapnya kedua sobatnya dengan pandang lurus.
''Cara apa pun. Yang jelas, abisin mereka!''
***
Langen, Fani, dan Febi, yang sedang menanti tegang di kelas, buru-buru menghilangkan ekspresi itu dari wajah mereka, saat sosok Rei, Bima, dan Rangga muncul di ujung tangga. Mereka menggantinya dengan ekspresi seperti di tempat parkir tadi pagi. Tenang, angkuh, dan tentu saja, ready to fight!
Setelah beberapa saat kedua kubu berbeda jenis kelamin itu berhadapan tanpa bicara, Rei membuka mulutnya.
''Ini jawaban untuk tantangan kalian tadi pagi.....'' dia diam sejenak. Menikam tajam-tajam tiga wajah di depannya, terutama Langen. ''Dua minggu lagi kita climbing..... Sama-sama!''
''Di mana?'' tanya Langen.
Rei tersenyum tipis. ''Itu kami kasih tau nanti. Untuk cewek-cewek superwoman seperti lo bertiga ini, yang sanggup mengalahkan kami kebut gunung, naik lewat jalur kayak apa pun pasti bukan soal. Jadi nggak masalah mau dikasih tau sekarang atau nantu dadakan. Iya, kan?''
Langen terpaksa mengiyakan dengan sombong. Mau gimana lagi?
''Emang bukan masalah! Tau juga lo!''
''Jelas gue tau!'' sambar Rei seketika. ''sangat tau!''
Sekali lagi Rei melumat Langen dalam tatapan tajam. Kemudian dibaliknya badan dan diberikannya isyarat pada kedua sahabatnya untuk pergi dari situ. Tapi Bima tidak beranjak. Cowok itu malah mendekati Fani. Ditatapnya cewek itu lekat, lalu berkata dengan nada serius.
''Ehm, waktu itu aku ngeliat yang bener-bener bagus, Fan. Tapi terpaksa aku beli merek lain, soalnya kamu sekarang kan udah jadi wonderwoman. Udah jadi ranger. Jadi aku beli dua. Yang satu mereknya Carrimore, yang satunya Berghouse. Biar sesuai.''
Bima berhenti sejenak. Berlagak mengingat-ingat.
''Yang satu talinya silang di belakang. Aku pilih yang talinya kecil. Manis kayaknya kalo kamu pake. Kalo yang satunya, ada rendanya. Mudah-mudahan aku bisa ngeliat waktu kamu pake nanti....''
Sikap gagah dan ready to fight Fani kontan runtuh. Seketika lenyap!
Dalam waktu kurang dari satu detik, mukanya sudah lebih merah dari kepiting yang baru dikeluarkan dari dalam panci. Cewek itu lalu menunduk dan menutupi mukanya dengan kedua telapak tangan. Bima ketawa geli. Diraihnya Fani, sejenak dipeluknya kuat-kuat, lalu dengan gemas diciumnya puncak kepalanya. Baru kemudian cowok itu menyusul Rei dan Rangga, yang berdiri bingung di ambang pintu.
''Ngomongin apa sih lo?'' tanya Rei.
''Carrier,'' jawab Bima kalem.
''Carrier? Kok berenda?''
''Keluaran terbaru. Khusus cewek.''
Rei dan Rangga masih menatapnya dengan kening berkerut.
''Carrier. Pembawa!'' tegas Bima. ''Alat untuk membawa kan nggak harus ada di punggung, kan? Tergantung di mana dia dibutuhkan!'' dia menoleh dan tersenyum geli saat dilihatnya Fani masih menunduk dengan muka tertutup rapat. ''Duluan ya.....calon istriku!''
''Kenapa lo panggil dia begitu?'' Rangga tak bisa menahan rasa penasarannya.
''Karena gue suka film..... Bulan Tertusuk llalang!'' Bima sengaja memberikan jawaban yang agak berlabirin. Dia lalu menoleh ke Fani, yang masih menunduk dalam-dalam. ''Kamu tonton film itu nanti ya, Sayang. Kalo kamu nggak suka, paling nggak harus kamu camkan judulnya baik-baik!''
''Bulan.....,'' desis Rei terputus. Dia lalu saling pandang dengan Rangga, dan sedetik kemudian kedua cowok itu berseru keras. ''GILA LO, BIM!!!''
Bima terbahak-bahak.
''Gila nih orang!'' Rei menarik kucir rambut Bima. ''Tanggung jawab lo, Bim!''
''Makanya sekarang gue panggil dia, calon istriku.....'' Bima menoleh ke arah Fani. Dan berhubung wajah cewek itu masih tenggelam di balik kedua telapak tangan, Bima lalu mengedipkan satu matanya untuk Langen dan Febi.
''Calon istriku!''
Ketigan cowok itu kemudian meninggalkan tempat itu. Sesudahnya, Bima dihujani bertubi pertanyaan dari Rei dan Rangga.
''Ini bener, Bim? Lo nggak lagi bercanda?'' tanya Rei.
''Lo tebak aja sendiri! Hehehe.''
''Lo kenapa bisa sarap gitu sih?'' ucap Rangga.
''Waktu itu si Fani pake bikini secara sukarela atau dengan menggunakan intimidasi?'' tanya Rei lagi.
''Tampang kayak dia udah pasti pake intimidasi!'' Rangga yang menjawab. ''Tapi, Bim, bener-bener bulan telah tertusuk ilalang?'' sambungnya penasaran.
Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya sudah tidak terdengar jelas karena jaraknya semakin jauh. Tapi tidak satu pun dari ketiga cewek itu melihat Bima menjawab rentetan pertanyaan itu. Cowok itu hanya tertawa-tawa geli.
''Laknat banget emang tuh orang! Jahanam!'' desis Langen emosi. Sementara Febi hanya bisa tercengang.
''Udah pergi dia?'' tanya Fani dari balik jemarinya.
''Udah,'' jawab Febi dengan nada iba dan prihatin.
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar