download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 16 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih
''Lo kenapa bisa nggak ngenalin Rangga sih, Sha?'' Langen berdecak.
''Yah, elo!'' ganti Salsha berdecak. ''Emang dia itu siapa sih? Indra Brugman juga belom tentu gue langsung ngeh kalo papasan. Apalagi dia!''
''Trus, abis ditangkep lo dibawa ke mana?''
''Ke rumah cowoknya temen lo yang itu....yang kalo ngomong suaranya nggak kedengeran. Yang waktu itu belangnya gue bongkar.''
''ADUH!'' Langen dan Fani langsung melejit dari sofa masing-masing.
''Trus lo ngaku pula, Sha!?'' Langen nyaris menjerit. Salsha melotot, agak marah.
''Lo mau gue ilang tanpa jejak? Vateran jadi manusia? Mereka udah ngancem, gue nggak bakalan bisa ditemuin biarpun udah dilaporin ke Kontras!''
Dua orang di depan Salsha langsung saling pandang dengan panik.
''Gawat, La!'' desis Fani. ''Abis deh kita!''
''Trus cowok lo, Fan, maksa gue ngasih tau siapa-siapa aja yang udah ngebantuin lo bertiga naek gunung. Untung aja gue nggak tau kalo itu Iwan.''
''Aduh, untung! Untung!'' desah Langen. ''Kalo itu ketauan juga, bener-bener kiamat!''
''Jangan merasa aman dulu,'' Iwan buka suara untuk pertama kalinya. ''Sekarang justru itu yang lagi mereka cari tau.''
''Iya, emang....''Salsha mengangguk. ''Ati-ati aja lo dari sekarang, Fan!''
''Kenapa emang?'' tanya Fani.
''Yah....pokoknya dari sekarang lo kudu siap-siap.'' Salsha menepuk-nepuk kedua bahu Fani dengan gaya menenangkan. ''Ntar semua gue yang ngurus deh. Gratis sama temen yang merit ketiban sial!''
''Apa sih maksud lo!?'' Fani hampir menjerit. ''Maksudnya dia nanti menginterogasinya....,'' dibuatnya tanpa kutip dengan jari-jari tangan, ''begitu! Gitu?''
''Naaah, tau juga lo akhirnya!'' Salsha bertepuk tangan keras-keras. Iwan ketawa geli.
''NGGAK AKAN!'' Fani menggebrak meja. ''Gue nggak akan kawinan muda. Apalagi sama cowok kayak gitu. Cita-cita gue jadi wanita eksekutif muda, tau! Gaji tiga puluh juta sebulan!''
''Kalo gitu, lo lawan dia!'' tandas Salsha. Fani kontan meringis ngeri sambil garuk-garuk kepala.
''Jadi gimana dong, Wan?'' Langen menatap Iwan.
''Ini udah urusan intern lo bertiga. Gue nggak bisa ikut campur lagi. Gue cuma ngasih tau kalo ada perkembangan baru.''
''Kok jahat sih lo?''
''Trus gue harus gimana? Bantuin lo langsung di depan mereka, gitu? Nongol di kampus lo? Itu sama aja membenarkan dugaan mereka, La.''
''Hm.....kalo lo jadi mereka, kira-kira lo mau ambil tindakan apa?''
Iwan menatap Langen lurus.
''Mau jawaban jujur?''
''Ng....'' Langen terdiam sesaat. ''Iya.''
''Ya jelas gue harus tau yang sebenarnya!'' ucap Iwan tandas. ''Gue press sampe ngaku, gimanapun caranya. Kalo emang terpaksa harus....,'' diangkatnya kedua alisnya, menahan tawa, ''dengan cara yang agak....'' Dia gantung lgi kalimatnya, membuat dua cewek di depannya jadi menahan napas saking cemasnya. ''Apalagi kalo hubungan gue sama keluarganya udah deket, kayak cowok lo gitu, La. Tinggal minta izin. Bilang kek mau ke mana. Dua atau tiga hari. Risikonya paling pulang-pulang dikawinin!''
''HAAA?'' Langen kontan ternganga. ''Lo kok nggak kompak banget gitu sih!?'' jeritnya. Iwan ketawa geli.
''Tuh, kan? Apa gue bilang!'' seru Salsha, dan dia terbahak keras begitu menyaksikan ekspresi muka Fani.
"You've no choice. Kill or be killed!''
***
Rangga duduk dengan gelisah. Tidak seperti hari-hari kemarin, dia jadi canggung saat tadi dipersilakan untuk masuk dan duduk. Dari sambutan kakak Febi yang tidak ramah, juga tidak seperti hari-hari kemarin, dia bisa menduga sesuatu yang buruk telah terjadi. Dan dugaannya ternyata tepat. Saat Mas Pram pergi ke kamar untuk berganti baju, Jumenem, salah satu andi dalem yang khusus mengurus Febi, buru-buru menghampirinya. Dengan suara pelan, nyaris berbisik, dan dengan sepasang mata yang sebentar-sebentar melirik ke dalam, Jimunem lalu menceritakan dengan cepat.
Ternyata Febi telah membuat seluruh anggota keluarganya gusar. Gadis itu dinilai mulai nakal. Mulai tidak peduli tata krama. Dan itu bisa membuat malu keluarga. Bisa membuat nama keluarga jadi tercemar.
Dan kalau sudah ditegur Mas Pram, berarti persoalannya sudahh termasuk serius. Karena sebagai anak tertua, Mas Pam berada dalam urutan ketiga dalam tatanan birokrasi internal.
Benar saja. Dalam pembicaraan selama hampir satu jam, dengan wajah kaku dan tanpa senyum, Mas Pram memberikan satu peringatan keras untuk Rangga.
''Dimas Rangga sejak awal sudah tau toh kalau kami ini bukan dari kalangan biasa? Jadi tidak bisa seenaknya. Ada norma dan adat yang harus kamu juga. Bukannya sombong, tapi itulah kenyataannya. Jadi tidak bisa sembarangan, tidak bisa semaunya, seenaknya. Siapa pun yang ingin masuk ke keluarga ini harus menyesuaikan diri. Dan bukannya keluarga ini yang harus menyesuaikan dengan anggota baru tersebut. Paham maksud saya?''
''Iya..., Kangmas,'' jawab Rangga patah-patah. Bukan gugup, tapi dia geli dengan sebutan-sebutan yang berlaku dalam keluarga Febi.
''Jadi kalau Dimas Rangga merasa kesulitan untuk mengikuti tata cara keluarga ini, lebih baik dari sekarang dipikirkan. Jangan Diajeng Febi yang harus menyesuaikan dengan Dimas Rangga. Ndak bisa seperti itu, karena Dimas Rangga-lah yang masuk ke keluarga ini. Sekarang ini tingkah Diajeng Febi mulai tidak benar. Mulai ndak patut. Ketawa keras-keras. Nyanyi sambil lonjak-lonjak. Makan sambil ngomong. Ini bagaimana? Kok bisa sampai begitu?''
Rangga tidak bisa menjawab! Dalam hati langsung dia maki-maki Langen dan Fani. Dua oknum yang paling bertanggung jawab membuat Febi jadi rusak. Apalagi Mas Pram kemudian menutup pembicaraan itu dengan satu kalimat yang cukup nyelekit.
''Jadi kalau Dimas Rangga merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri, lebih baik mundur saja dari sekarang. Jangan dipaksakan, karena ini bukan masalah sederhana.''
Walaupun kata-kata itu diucapkan dengan santun, Rangga tahu peringatan itu bukan main-main. Apalagi saat pamit, ''Kanjeng Ibu''-nya Febi yang meskipun selalu bersikap angkuh dan menjaga wibawa, selama ini masih mau bagi-bagi senyum untuknya. Tapi tadi wanita itu sama sekali tak acuh. Sinis malah!
Di perjalanan pulang, Rangga kemudian mengambil satu keputusan. Dia harus menjauhkan Febi dari Langen dan Fani. Sejauh-jauhnya!
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar