download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 15 part 3 novel cewek!!! by esti kinasih
Salsha mendekatkan gelas ke bibir. Meskipun tenggorokannya kering kerontang, dia tidak berani menghabiskan apalagi minta tambah. Soalnya Rangga terus menatapnya dengan mata melotot.
''Udah?'' tanya Rangga. Salsha mengangguk dan gelas di tangannya langsung diambil. ''Oke! Sekarang sebutin nama lo! Jangan sal-sal lagi! Langsung sebutin!''
''Ng.....Sal....sha....''
Aduh. Pasrah deh! Keluh Salsha dalam hati. Apa boleh buat, nggak bisa kabur.
''Salsha? Betul Salsha?'' Rangga menatapnya tajam.
''Iya.''
''Nggak bohong?''
''Nggak.''
''Oke. Liat KTP lo!''
''Ha!?'' Salsha ternganga. ''KTP? Bener kok, nama gue Salsha! Nggak percaya amat sih?''
''Setelah lari-lari kayak tadi, lo mau gue percaya?'' kedua alis Rangga terangkat. ''Jangan goblok!''
''Tapi bener Salsha! Gue nggak bohong!''
''KTP lo! Cepet!'' bentak Rangga.
Sambil cemberut, Salsha mengeluarkan dompetnya. Tapi baru saja akan ditariknya keluar KTP-nya, Ranga lebih dulu bergerak.
''Apa ini?'' serunya. Dan sesuatu dari dompet Salsha tercabut keluar. Kartu Pelajar SMA PALAGAN! Rangga bersiul keras dengan nada penuh kemenangan. ''Coba lo liat ini, Bim!''
Dilemparnya benda itu ke Bima, yang menangkapnya dengan sigap. Cowok itu memerhatikan sejenak dan langsung bangun dari posisi tidur. Di tangannya, kartu pelajar milik Salsha. Kartu yang sama pernah dia lihat sebelumnya___di dompet Langen dan Fani!
Seteklah mengamati kartu itu selama beberapa saat, Bima berdiri lalu menarik kursi. Dan sekarang di depan Salsha ada dua algojo!
''Oke, sayang! Sekarang lo jawab pertanyaan gue. Yang jujur! Oke?'' Bima menatap Salsha tepat di manik mata. Sambil menggigit bibir karena ngeri, Salsha mengangguk.
''Elo....cuma kebeneran satu SMA sama Langen dan Fani, atau kenal juga sama mereka berdua?''
Aduh, ini dia! Salsha menjerit dalam hati. Aduh, gawat banget nih!
''Ng....mungkin kalo.....kalo ngeliat orangnya.... Ya kenal.... Soalnya murid di SMA gue kan banyak.''
''Keluarin fotonya Fani, Bim!'' perintah Rangga. Bima langsung mencabut dompet dari kantong belakang celana jins buluknya. Dikeluarkannya selembar foto lalu diperlihatkannya pada Salsha, foto Langen dan Fani yang sedang berpelukan erat. Terpaksa Bima membiarkannya begitu, karena kalau memaksa digunting untuk menghilangkan foto Langen, maka Fani cuma akan punya satu pipi.
''Ini. Liat yang bener!''
Aduuuh! Untuk kedua kalinya Salsha menjerit dalam hati.
''Kenal, nggak?'' desak Rangga.
''Ng.....kayaknya sih.....gue emang pernah....ngeliat mereka.''
''Kayaknya, ya?'' Rangga manggut-manggut. Salsha langsung merasakan nada berbahaya di satu kata itu. ''Dan gimana caranya lo bisa kenal Ratih? Soalnya dia sama sekali nggak kenal elo!''
Ratih? Salsha mengerut kening. Siapa itu Ratih? Oh, iya! Dia langsung tercekat begitu teringat lagi. Cewek tukang nari itu, ya? Yaikh, lupa gue! Sial!
''Ng....gue nggak kenal sama Ratih.''
''Kalo nggak kenal, gimana bisa lo dateng ke kampus, nyari gue, dan bilang kalo Ratih udah lama nyari-nyari gue?''
''Dia emang nyari-nyari elo kok,'' jawab Salsha. Terpaksa nekat. Asal itu bisa menyelamatkan Langen dan Fani.
Rangga mengertakkan gerahamnya. ''Yang gue tanyaaa....'' desis Rangga, mati-matian menahan emosi, ''gimana caranya lo bisa kenal Ratih!?''
''Oh, ituuu. Yang kenal sama Ratih tuh sodara gue, Saskia. Dia pernah cerita sama gue, cerita sambil lalu sih, katanya Ratih lagi kebingungan nyari-nyari mantan cowoknya. Begitu.''
''Dan gimana lo bisa tau di mana gue kuliah?''
''Ya dari Ratih. Ratih ngomong ke Saskia, kali. Sodara gue itu lho. Terus Saskia ngomong ke gue. Gitu lho.''
''Dan ngapain juga sodara lo itu, si Saskia itu, cerita-cerita soal Ratih ke elo? Sodara lo itu nggak ada kerjaannya, ya?''
''Yaaa.....mungkin Ratih nyariin elonya sampe histeris, kali? Namanya juga baru putus. Sampe bikin semua orang jadi trenyuh terus ikhlas ngebantuin nyariin juga.''
Bima ketawa pelan. Salut juga dia dengan nyali Salsha. Cewek itu masih berani mengajak berputar meskipun posisinya sudah terdesak. Tapi Rangga sebaliknya. Dia jadi naik darah!
''CUKUP!!!'' bentaknya sambil menggebrak keja keras-keras. ''Sekarang jawab yang jelas! Apa hubungan lo sama Langen juga Fani?''
''Kok jadi balik ke mereka lagi?''
Rangga menggeram keras. Sekarang kepalanya benar-benar mendidih.
''Oke, Salsha! Kalo lo nggak mau ngomong terus terang, tetep nekat muter-muter, lo akan tetep di sini, di rumah gue....sampe besok pagi! Dan....'' Rangga memajukan tubuhnya, membuat Salsha seketika melekatkan punggungnya ke sandaran kursi, ''nanti malem lo akan tidur kamar gue!'' Sepasang mata Rangga berkilat.
HAAA!!!? Salsha terperangah amat sangat. Dan seketika menyerah!
''Gimana, Salsha? Hm?''
''Ng.... I-ya....''
''Iya apa?''
''Iya. Gue kenal sama Langen. Fani juga.''
Bima dan Rangga seketika saling pandang.
''Seberapa kenal?'' tanya Bima.
''Kami pernah sekelas,'' jawab Salsha lemah, benar-benar pasrah karena ancaman Rangga barusan. Dua cowok di depannya kontan bersiul keras.
''Gitu, ya? Biar gue tebak.'' Bima mengangguk-angguk sambil mengetuk-ngetukkan kuku jemari tangannya ke lengan kursi. ''Lo pasti bukan cuma kenal karena sekelas.....tapi akrab! Betul!''
''Eee.....iya.'' Salsha semakin pasrah lagi.
''Langen yang nyuruh lo dateng ke kampus gue, trus ngomong yang nggak-nggak soal Ratih?'' tanya Rangga geram.
''Kalo yang nyuruh, emang Langen. Tapi kalo soal Ratih, itu ide gue. Langen sama Fani nggak tau apa-apa soal Ratih.''
Kedua alis Rangga kontan menyatu. Surprise dengan jawaban itu.
''Dan dari mana lo tau soal Ratih?''
''Dari foto-foto perpisahan sekolah lo yang gue pinjem dari Saskia. Sama foto-foto Ratih waktu pentas di Taman Mini, terus di GKJ, terus di mana lagi gitu. Gue lupa. Dia situ kan banyak foto-foto lo sama Ratih. Lo lagi gandeng Ratih, terus lo lagi meluk Ratih, trus....''
''Cukup!'' bentak Rangga, agak salah tingkah.
''Bego juga lo!'' bisik Bima.
''Mana gue tau bisa jadi begini!'' Rangga balas berbisik dengan dongkol. Kemudian tatapannya kembali ke Salsha. ''Kenapa Langen nyuruh lo begitu?''
''Yaaa, katanya biar siapa itu, cewek yang satu lagi iti, mau cs-an sama mereka berdua.''
''Langen! Lagi-lagi Langen!'' desis Rangga berang.
''Cs untuk apa?'' tanya Bima.
''Kalo itu gue nggak tau.''
''Yang bener?''
''Bener! Sumpah sam....'' Salsha menghentikan sumpahnya mendadak. Ingat kalau dia sudah dua kali ngomong ''Sumpah samber geledek''. Jangan sampai tiga kali. Pemali, kata orang. Ntar bisa kesamber geledek betulan!
''Sumpah apa?''
''Nggak. Maksud gue, gue bener-bener nggak tau rencana Langen sama Bima membungkukkan tubuhnya tepat di atas Salsha. Cewek itu kontan menciutkan tubuhnya seciut-ciutnya.
''Lo pernah naik gunung?''
''Belom.....eh, nggak, Bang!''
''Bang?'' Bima melotot. ''Emangnya gue tukang becak? Tadi-tadi nggak manggil bang!'' dengusnya. Rangga ketawa pelan. ''Siapa temen SMA lo yang suka naik gunung?''
''Ng....gue....ngak tau.'' Salsha geleng kepala.
''Jangan bohong!'' bentak Bima. Tubuh Salsha bergetar, bahkan organ-organ di dalamnya.
''Bener! Sumpah! Gue nggak tau!'' jawab Salsha buru-buru. Dia menggelengkan kepala kuat-kuat. ''Gue nggak ngerti soal naek gunung.....''
''Elo nggak perlu ngerti!'' bentak Bima lagi, membuat cewek di bawahnya semakin mengerut. ''Yang gue mau tau, siapa temen-temen SMA lo yang suka naik gunung! Lo ngerti apa nggak, nggak ada urusan!''
''Yaaa....tapi karena gue nggak ngerti, jadinya gue ya nggak tau. Lagian gue sekelas sama Langen dan Febi cuma waktu kelas satu doang kok. Kelas dua sama tiga kami misah. Jadinya gue ya nggak tau temen-temen mereka. Kalo temen-temen gue sih, eh, temen-temen kami waktu kelas satu, kayaknya nggak ada.''
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar