download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 23 part 1 novel cewek!!! by esti kinasih
''Kita harus perang terbuka. Dan mau nggak mau.....harus menang!''
''Caranya?''
''Yaaa.....'' Langen meringis. ''Makanya kita ke sini.'' Iwan menatapnya. Pura-pura tidak paham.
''Ya sekarang kasih tau gue, gimana caranya?''
''Wan, jangan gitu dong, Wan. Help us. I beg you banget, Wan. Please, help us? Please? Please? Please?'' Langen berlutut lalu menyembah-nyembah Iwan dengan begitu mengenaskan.
''Gue lagi kan yang kena? Kenapa nggak stop aja sih, La? Lo juga yang tewas ntar!''
''Nggak bisa, Wan. Justru kalo nggak perang terbuka, mereka nggak bakalan brenti nyari tau.''
''Tuh, kan? Apa gue bilang? Makin runyam, kan?''
Langen membalas tatapan Iwan dengan sorot mata seperti anak kucing di gambar-gambar kalender. Membuat Iwan jadi menghela napas.
***
Theo ketawa geli.
''Mendingan mereka lo suruh pada bubaran aja. Salah satu biar jadi cewek gue. Pacaran udah kayak turnamen Grand Slam. Berseri begini pertandingannya.''
Juga sambil tertawa, Evan, Rizal, dan Yudhi seketika menyerukan kata setuju.
Iwan mengumpulkan teman-temannya memang bukan untuk meminta saran mereka, karena itu tidak ditanggapinya omongan Theo. Setelah mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi lewat cerita Langen (tentu saja minus kejadian Bima dan Fani berbikini berdua), dia tahu, kali ini dia dan keempat temannya tidak bisa berbuat banyak untuk membantu.
Begitu tantangan itu nekat diajukan, mereka hanya bisa menunggu. Kapan dan di mana lokasi tantangan, Rei cs yang akan menentukan. Karena itu untuk sementara hanya ini persiapan yang bisa dilakukan. Memaksa ketiga cewek itu untuk mengikuti latihan fisik yang rutin dia dan teman-temannya lakukan.
''Udah gue susun materi plus porsinya.'' Iwan membagikan lembaran kertas kepada teman-temannya, yang kontan mengangkat alis tinggi-tinggi begitu membaca isinya.
''Ini yang sanggup cuma cewek-cewek Taman Lawang, Wan,'' kata Theo. Yang lain mengiyakan sambil ketawa.
''Apa boleh buat? Ordernya, harus menang!''
Langen, Fani, dan Febi langsung ternganga begitu keesokan harinya Iwan meminta mereka untuk berkumpul. Ketiganya masing-masing telah memegang selembar kertas berisi jadwal latihan fisik yang harus mereka lakukan bersama Iwan cs.
Lari keliling Gelora Bung Karno yang terus bertambah satu putaran di setiap pertemuan. Sit up, push up, pull up, dan palang rintangan!
Untuk Febi, ini benar-benar a big, big disaster! Sementara Langen dan Fani yakin, mereka akan mampu menyingkirkan Ade Rai begitu latihan-latihan ini selesai.
''Nggak ada protes!'' tandas Iwan sebelum ketiga cewek di depannya sempat membuka mulut. ''Gue juga nggak mau denger alasan apa pun. Kalo mau menang, itu syaratnya!''
***
Nama lainnya.....wajib militer!
Hari pertama olah fisik itu hasilnya:
Untuk lari mengelilingi gedung Gelora: Langen dan Fani tiga putaran. Febi satu putaran.
Untuk sit up: Langen lima belas kali, Fani dua belas kali, dan Febi lima kali.
Untuk push up: Langen dan Fani kompak tiga kali. Febi satu kali.
Untuk pull up: Langen dan Fani kompak lagi. Hanya sanggup satu kali. Sementara Febi, boro-boro! Dia menggantung di palang besi tanpa sanggup mengangkat tubuhnya sama sekali.
Untuk palang rintangan: dari sepuluh palang yang di pasang, Langen melompat empat dan menabrak enam sisanya. Sementara Fani cuma berhasil melompati dua palang. Febi yang yang paling mencetak sukses. Tak satu pun palang yang dia tinggalkan dalam keadaan berdiri tegak. Semuanya jatuh bergelimpangan, dan ditutup oleh sang pelari sendiri. Fani jatuh terkapar bersama palang terakhir.
Hasil akhir itu benar-benar parah. Iwan dan keempat temannya sesaat saling pandang. Mereka kemudian berunding dan hasilnya.....porsi latihan harus ditambah, jadi nyaris setiap hari! Dan Iwan benar-benar tidak menolerir alasan apa pun untuk mangkir.
Senin sampai sabtu. Start jam empat sore. Benar-benar tidak bisa dihindari. Semua orang di rumah Langen, juga seisi rumah Fani, telah mengenal Iwan sejak empat tahun lalu, saat kedua cewek itu masuk SMA. Karena itu mereka tidak curiga saat keduanya dipaksa pergi dan selalu pulang dalam keadaan awut-awutan. Berantakan, kehabisan tenaga, dan seribu satu keluhan.
Pura-pura sedang tidur bahkan tidur sungguhan pun ternyata tidak membantu. Kepada pihak-pihak yang punya otoritas, Iwan minta izin untuk menggedor pintu kamar. Maka sering juga Langen dan Fani latihan tetap dalam baju tidur, tapi pakai sepatu kets!
Cuma Febi yang selamat dari kerja paksa itu. Beliau dimohon kehadirannya dengan sukarela. Iwan dan keempat temannya tidak berani memaksa. Menyeret cewek itu ke Gelora tiap sore, bisa menimbulkan insiden serius. Karena itu Iwan cs telah menyusun rencana lain. Febi akan tetap ikut dalam perang terbuka itu, tapi tidak secara langsung.
***
Sebutannya sekarang berubah jadi.....kamp konsentrasi!
Yang ada cuma lari, push up, pull up, sit up, dan lompat-lompat. Itu harus mesti, kudu, dan wajib, sebanyak jumlah yang telah ditentukan Iwan. Kalau kurang, meskipun hanya satu hitungan, kedua cewek itu akan diberi waktu untuk sejenak beristirahat, tapi kemudian mengulang siksaam itu dari hitungan pertama.
Meskipun Langen dan Fani kadang pergi ke pusat-pusat kebugaran, mereka belum pernah berolahraga sampai hampir tewas begitu. Tanpa imbalan pula!
Maksudnya, untuk melakukan sitp up, push up, dan lain-lainnya itu, jelas tubuh harus membakar sejumlah kalori. Dan kalori yang dibakar itu jelas harus diganti dong, soalnya tubuh mereka tidak kelebihan lemak alias nggak gendut. Jadi kalau jumlah kalori yang dibakar gila-gilaan begitu, jelas saja akibatnya mereka jadi kelaparan, dan membayangkan setelah semua siksaan itu berakhir mereka bisa makan sekenyang-kenyangnya.
Namun Iwan dengan kejam ternyata tidak mengizinkan. Alasannya, mereka datang ke Gelora adalah untuk penempaan fisik, bukan JJS atau hangout. Jadi yang ada cuma olahraga, olahraga, dan olahraga, serta air putih, air putih, dan air putih!
Sementara Gelora bkan hanya tempat berolahraga, tapi juga tempat mangkal para pedagang makanan. Jadi saat melewati mereka berkali-kali, dengan tenaga yang terkuras dan perut yang menjerit-jerit keroncongan, Langen dan Fani hanya bisa memandang tanpa bisa mendekat apalagi memesan barang setengah piring. Benar-benar penderitaan yang mendahsyatkan!
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar