download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 20 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih
''Nggak cerita apa-apa. Cuma nanyain gosip lo itu bener apa nggak. Yang bikin gue heran, ngomongnya itu, La. Pelan banget. Bisik-bisik. Udah gitu, waktu gue tanya dia dimana, dia cuma bilang di tempat yang tidak terjangkay. Bingun, kan? Di mana coba tuh?''
''Di bulan!'' dengus Langen. ''Kalo nggak, tuh anak lagi ada di kutub atau Puncak Everest!''
Bunyi SMS masuk terdengar dari ponsel Fani yang menggeletak di meja, tapi si pemilik tidak mengacuhkan. Bosan. Paling soal gosip itu lagi. Terdengar lagi bunyi SMS masuk. Dan lagi, tidak berapa lama kemudian. Dan lagi dan lagi dan lagi. Terus berturut-turut.
Langen dan Fani saling pandang lalu langsung berlari menghampiri benda itu. Lima belas SMS masuk, dari nomor yang sama. Nomor yang tidak dikenal.
''Bener dari Febi, La. Ternyata dia ganti nomer!''
Febi menceritakan dengan singkat kenapa dia mendadak menghilang. Keluarganya gusar dengan tingkah lakunya yang dianggap mulai melanggar norma dan adat, yang dikhawatirkan akan membuat nama keluarga jadi tercemar lalu rusak. Rapat keluarga kemudian memutuskan, gadis itu harus diawasi. Bukan saja dengan siapa dia bergaul, tapi juga tempat-tempat yang didatangi. Ponselnya disita dan setiap telepon masuk untuknya, disaring.
Dan selama di kampus, Rangga-lah yang bertugas sebagai sipir pribadi Febi, untuk mengawasinya.
''Kurang ajar si Rangga!'' desis Langen.
''Abis ini langsung kita calling Febi, La!''
Tapi keinginan itu terpaksa dibatalkan karena bunyi SMS Febi yang terakhir.
Jngn bales SMS gw. Ini pnjem hp orng. Tlng keluarin gw secptnya. GW STRES!!!
***
Langen dan Fani langsung gerak cepat. Malamnya Fani menelepon Salsha.
''Sha, please banget. Tolong keluarin Febi.''
Salsha langsung memekik nyaring.
''Kenapa emangnya? Dia dipenjara? Gue nggak percaya dia masuk sel! Orang nggak ada tampang kriminal gitu. Lo sewa pengacara dong!''
''Apa sih lo?'' Fani berseru dongkol. ''Keluarin dia dari rumahnya!''
''Emang rumahnya kenapa, sampe dia nggak bisa keluar sendiri? Kelelep banjir? Apa roboh? Kan gempa sama tsunaminya di Aceh?''
''Aduuuh!'' Fani mengentakkan kaki dengan jengkel. ''Gue nggak lagi bercanda, Sha!''
''Sama. Gue juga nggak!''
''Yah, yang bener dong lo ngasih responsnya!'' di seberang, Salsha meringis.
''Iya, iya. Apaan?''
Fani menceritakan permasalahan yang saat ini sedang dihadapi Febi. Sementara Langen mem-forward semua SMS cewek itu ke ponsel Salsha.
''Ah, elo! Kayak beginian apa pake panik-panik nelepon gue. Ini sih keciiil!''
''Itulah bedanya. Otak gue waras, sementara otak lo kan sakit. Makanya buat elo ini soal kecil.''
''Ah, elo!'' seru Salsha. ''Udah minta tolong gratis, ngatain gue, lagi!''
''Iya, sori. Maap.'' Fani terkikik. ''Jadi gimana?''
''Oke, sip! Kebeneran, gue juga punya dendam pribadi sama cowoknya tuh cewek!''
''Tapi yang profesional dong. Jangan sampe ketauan lagi.''
''Sori banget soal itu, Fan. Gue bener-bener terdesak waktu itu. Janji, kali ini nggak bakalan gagal!''
***
Salsha benar-benar bekerja dengan spirit dendam. Lima hari kemudian dia menelepon.
''Fan, besok kita mau ke perpus PPHUI, Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. Lo berdua ke sana juga. Tapi pake baju agak out of date, ya? Takutnya sopirnya Febi ikutan naik. Bener-bener ketat tuh anak diawasinya.''
''Out og date? Maksud lo, pake kain sama konde, gitu? Atau pake baju zaman kerajaan?''
Salsha ketawa geli.
''Bukan. Itu sih parah banget. Jins sama kaus juga nggak apa-apa. Tapi kausnya yang biasa-biasa aja, Fan. Yang longgar. Jangan yang ketat. Jangan yang gambar atau tulisannya aneh-aneh. Trus, anting lo yang berendeng tuh lepasin. Pake satu aja. Bilangin juga si Langen. Eh, ke mana tuh anak?''
''Stres. Trus?''
''Anting cuma di kuping. Laen di situ, lepas! Trus, pake cincin satu atau dua aja. Dan jangan yang modelnya aneh-aneh. Bilangin Langen, rambutnya dikucir atau dijepit, gitu. Pokoknya yang rapi. Jangan dibiarin berantakan kayak biasanya. Kayak gitu-gitu deh. Lo kan temennya. Masa nggak tau?''
''Iya. Iya. Tau.''
''Ya udah kalo gitu. Sampe ketemu besok di Kuningan.''
***
Langen dan Fani sampai di perpustakaan PPHUI lima belas menit sebelum Salsha dan Febi. Keduanya baru berganti baju di toilet perpustakaan. Biasa tampil trendi dan funky ala VJ-Vj MTV, eh sekarang harus pakai kaus longgar yang dimasukkan ke pinggang celana, benar-benar kemunduran parah.
Apalagi Langen juga bangga banget dengan rambut-nya yang ala Beyonce. Menyisirnya rapi-rapi lalu mengikatnya menjadi ekor kuda benar-benar penindasan hak asasi.
Sesuai instruksi Salsha, mereka akan berpura-pura ''kebetulan'' ada di situ. Dan juga akan berpura-pura ''sibuk membaca'', sehingga Febi yang akan melihat mereka lebih dulu. Setelah itu akan dilanjutkan dengan berpura-pura ''sangat terkejut'', karena setelah menghilang sekian lama, tidak menyangka bisa bertemu lagi.
Itu semua soal kecil. Salsha hampir tidak bisa menahan tawa melihat akting kaget kedua temannya, saat Febi menyerukan nama mereka. Terdengar ''Sst! Sst!'' para pengunjung perpus dan pandang marah dari segala penjuru, membuat keempat orang itu terpaksa keluar lalu bicara di depan lift.
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar