Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 15 part 1 novel cewek!!! by esti kinasih


Febi menganggap usaha unjuk gigi mereka telah berhasil dengan sangat sukses. Soalnya, sekarang Rangga jadi agak-agak tunduk padanya. Hebat, kan?
Turun-temurun, para perempuan dalam keluarga besar Febi harus selalu tunduk, menurut, dan selalu jadi ''yang di belakang''. Betul kata Langen. Ini milenium baru, Mbak, Ibu, Eyang. Dobrak itu tradisi! Tendang itu falsafah kanca wingking jauh-jauh!

Berdiri diam di tengah kamar tidurnya yang luas, Febi tersenyum lebar tanpa sadar dan mengangguk-angguk bangga.
Dirinya adalah pionir gerakan itu. Canggih sekali, kan? Hidup perempuan! Hidup emansipasi! Hidup Ibu Kita Kartini yang top/ hidup Corry Aquaino! Hidup Megawati! Dan satu lagi..... Hidup Langen!

Soalnya setelah berhari-hari diamatinya Langen secara diam-diam (menurut Febi lho. Tapi Langen juga sadar kalau diperhatikan), dilihatnya Langen tetap tetap gagah perkasa. Tetap tegar dan tetap always be happy. Sementara Rei cuma kelihatannya saja tegar. Karena Rangga sudah sempat cerita, bahwa sebenarnya Rei patah hati akut. Alias hampir sarap!
''Febi kenapa sih? Ngeliatinnya kayak gue kena AIDS aja!'' ucap Langen pelan. Ketika untuk yang kesekian kali dipergokinya tatapan aneh Febi.

Fani tertawa pelan, memutar kunci kontak lalu menginjak gas pelan-pelan. Sekarang menyetir mobil jadi tugasnya. Berangkat dan pulang. Soalnya energi Langen sudah terkuras habis di kampus. Berjam-jam berlagak hidupnya tidak berubah. Dan hari semakin terasa berat kalau dia berpapasan dengan sang mantan dan kelompok yang baru saja dia tinggalkan.
''Si Febi nggak percaya kalo lo nggak kenapa-napa....''
Langen merosot di joknya. Menyandarkan kepala di sandaran kursi, lalu menarik napas panjang-panjang.
''Capek banget gue,'' keluhnya.
''Jelas aja. Tiap hari lo bohongin orang sekampus.''
"Trus apa tadi? Febi kenapa?''
''Dia nggak percaya kalo lo nggak kenapa-napa. Masalahnya, waktu ngerencanain unjuk rasa itu lo kan heboh banget tuh. Ngotot. Nekat ngadepin bahaya. Dan kita berhasil. Kita kalahin mereka! Tapi kok nggak ada luapan seneng yang heboh, gitu lho. Nggak ada pesta atau seremoni buat ngerayain. Makanya dia heran trus jadi ragu kalo lo nggak kenapa-napa.''

Mendengar itu, Langen langsung menarik napas panjang lagi. ''Jadi gimana dong?'' tanyanya lesu. ''Nggak sanggup gue. Ini aja kalo bisa gue pengen banget ninggalin kampus. Dua minggu atau sebulan. Atau satu semester sekalian!''
''Ya udah kalo gitu. Kita rayain bertiga aja. Yang ini nggak bisa dihindarin. Nanti biar gue yang bikin ekspresi kalo bubarnya elo sama Rei nggak jadi masalah buat elo. Oke?''
''Iya deh.'' Langen mengangguk lemah.

***

Pesta merayakan keberhasilan mereka mengalahkan Rei cs diadakan di restoran Italia. Langen menumpuk lima potong pizza di piringnya. Makanan bisa mengalihkan pikiran. Itu yang di harapkannya saat ini. Jadi bukan karena rakus apalagi aji mumpung karena Febi yang bayar.
''Gila lo!'' Febi terbelalak menatap piring Langen. ''Segitu banyak emang abis?''

Sepasang mata Fani mengawasi dari belakang punggung Febi dan segera tahu, Langen butuh pertolongan.
''Abis nggak abis, nggak penting, Feb!'' serunya dengan nada riang yang dibuat-buat, yang tidak tertangkap telinga Febi. ''Yang penting kita udah berhasil!'' dijentikkannya jari keras-keras. ''Lo inget, nggak?'' Fani lalu tertawa cekikikan yang lagi-lagi juga dipaksa. ''Waktu kita lagi di puncak? Wah, waktu itu lo pura-pura tidur sih, Feb. Rugi banget lo nggak ngeliat tampang shock-nya!''

Langen tertawa geli. Kesedihannya lenyap mendadak dan dia langsung memeriahkan pembicaraan. Diam-diam Fani menarik napas lega.
Tidak berapa lama kemudian, ketiga cewek itu tenggelam dalam obrolan seru dan cekikikan ramau, sama sekali tak peduli sekeliling.
''Toast! Toast!'' Langen mengangkat gelas softdrink-nya tinggi-tinggi. Fani dan Febi langsung mengikuti. ''Superman bener-bener is dead now!''

***

Tapi sesuatu yang tidak terduga dan akan jadi mimpi buruk Langen cs, terjadi hari ini. Tanpa sengaja, Rangga yang sedang berjalan sendirian di sebuah pusat pertokoan, survei harga beberapa peralatan untuk keperluan Maranon, berpapasan dengan Salsha!

Rangga kontan tersentak. Ditatapnya Salsha yang sedang berjalan santai ke arahnya, tajam-taam. Berusaha meyakinkan diri itu memang cewek yang waktu itu pernah datang ke kampus dan membuat semua belangnya terbongkar habis!
''Bener! Desisnya. Dengan langkah cepat, segera dihampirinya Salsha. ''Ketemu lagi kita!'' Dicekalnya satu lengan Salsha dan ditariknya ke sudut. Cewek itu langsung kaget.
''Eh!? Apa-apaan nih?'' seru cewek itu sambil berusaha melepaskan diri. Jelas Rangga tidak membiarkan.

Nah, di sinilah letak masalahnya! Kalau untuk urusan mengenali muka orang, Salsha itu botol asli. Parah! Tuh cewek nggak bakalan ingat kalau belum ketemu minimal tiga kali. Makanya meskipun di depannya Rangga sudah melotot ganas, Salsha masih belum ngeh juga. Malah kemudian dibentaknya Rangga dengan galak.
''Heh! Lo jangan pegang-pegang sembarangan ya? Lepasin tangan gue! Lagian siapa sih lo? Sok kenal gue! Dasar kurang ajar!''

Rangga terperangah.
''Lo masih berani ngebentak gue!? Nyali lo boleh juga ya!'' dengan berang diketatkannya cengkeraman tangannya sampai Salsha memekik kesakitan. ''Kapok sekarang?'' Rangga menggeram puas. Diambilnya ponsel dari kantong baju. Dia berdecak saat HP Rei ternyata tidak aktif. Dicobanya menelepon cowok itu ke rumah, tapi pembantunya bilang sedang pergi. Tapi untungnya Bima ada. ''Bim, lo ke sini, cepet! Ada yang mau gue tunjukin!''
''Apa?''
''Udah ke sini, cepet! Ini bener-bener penting!''
''Iya. Iya. Ini lo di mana?''

Rangga menyebutkan lokasi sebuah mal. Dengan kening terlipat karena heran, Bima meraih kunci dan langsung cabut. Baru setelah melihat Bima, Salsha tahu berencana apa yang saat ini sedang menimpanya. Saking terlalu jungle look, jarang orang bisa lupa tampangnya Bima.

Yaikh! Kayaknya itu lutungnya Fani! Desis Salsha dalam hati begitu Jeep LC Hardtop Canvas datang dan Bima keluar dari sana.
''Lo kenal nih cewek?'' tanya Rangga langsung.
Dua alis tebal Bima menyatu. Ditatapnya cewek mungil dalam cengkeraman Rangga. ''Ini bukannya yang waktu itu.....''
''Tepat!'' tandas Rangga. ''Emang dia!''
''Ketemu di mana lo?''
''Di sini!''
Bima bersiul. ''Akhirnya ketemu juga biang kerok misterius itu. Bagus! Bagus!'' Dia manggut-manggut. ''Coba oper ke gue!''
''Nih!'' Salsha didorong Rangga ke depan Bima. Cowok itu lalu menarik Salsha semakin dekat ke depannya.
''Karena udah berhasil ditangkep, teroris ini jelas harus kita interogasi!''
''Udah pasti!'' tandas Rangga.



continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar