download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
BAb 11 part 1 novel cewek!!! by esti kinasih
"Ada apa, La?'' tanya Rei.
Langen tergeragap. ''Nggak. Nggak ada apa-apa!'' Cewek itu buru-buru duduk. ''Aku cuma sedih aja.''
''Sama. Aku juga sedih ending-nya harus begini....'' Rei tersenyum lunak. ''Makanya kita minum. Biar sedihnya ilang meskipun cuma sebentar.''
Sebuah gelas diletakkan Rei di hadapan Langen. Cewek itu langsung panik. Buru-buru Langen menghilangkan perasaan itu, karena ketika ia mengangkat kepala, Rei tersenyum tipis menatapnya. Kepanikan Langen telah tertangkap kedua mata cowok itu.
Diam-diam Langen menarik napas panjang. Mempersiapkan diri. Terima kasih banget untuk Adys yang pernah mengajaknya menenggak berbagai macam minuman beralkohol, dulu sekali. Jadi dia sudah bisa mengira-ngira, seperti apa rasanya cairan di dalam botol itu. Dan karena Fani telah datang, perjuangannya tinggal bagaimana caranya supaya tetap sadar.
Rei meraih botol yang tegak di antara mereka berdua. Membuka tutupnya, dan perlahan cairan dalam botol berpindah tempat. Sepasang mata Langen mengerjap saat aroma yang kuat menyengat.
''Untuk awal, setengah gelas dulu,'' ucap Rei. Cowok itu mengira kemenangan akhirnya akan berpindah juga ke tangannya, paling tidak menyamakan kedudukan jadi satu sama, karena itu kemarahannya menghilang. Sekarang dia bersiap-siap menyaksikan kejatuhan lawan. Diangkatnya gelasnya, mengajak toast cewek di depannya.
''Kesedihan kadang perlu dirayakan,'' kata Rei lunak. Perlahan, Langen mengangkat gelasnya. Beberapa saat sebelum gelas itu menyentuh bibir, Rei menyentuh tangannya. ''Satu lagi yang aku mau kamu tau, la. Dan harus kamu ingat ini baik-baik. Aku nggak bisa ngelarang Stella, Josephine, Dian, Nuke, Lia, dan semua cewek yang pernah ikut kegiatan Maranon, agar jangan ikut. Tau kenapa?'' dalam keremangan suasana taman, ditatapnya Langen tepat di manik mata. ''Karena mereka bukan cewekku!''
Langen tertegun. Gelasnya terhenti di udara. Seketika muncul harapan masalah ini bisa diselesaikan. Tapi harapan itu hilang saat Rei bicara dengan nada yang begitu wajar.
''Toast untuk perpisahan kita.''
Dan sedetik kemudian, cowok itu menelan seluruh isi gelasnya tanpa sisa!
Langen terpaksa mengikuti. Dipejamkannya mata rapat-rapat. Dengan cepat dipindahkannya seluruh isi gelas ke dalam lambungnya. Seketika tangan kanannya mencengkeram gelas kuat-kuat. Sepasang matanya mengerjapnya kaget. Badannya sempat tersentak ke belakang saat cairan itu melewati tenggorokan.
Satu menit. Langen berjuang keras melawan bir yang terpaksa harus ditegaknya. Beruntung remangnya cahaya lampu taman, juga rambut ikal panjangnya yang dibiarkan terurai, menyelamatkannya dari sepasang manik hitam Rei yang menyorot tajam.
Tanpa belas kasihan, Rei mengawasi seekor singa keambang kematian.
Tapi akhirnya cewek itu berhasil mengatasi pemberontakan badannya. Diangkatnya kepalanya perlahan, dan diletakkannya gelas itu ke meja. Kedua alis Rei terangkat sesaat. Tangannya meraih botol yang tegak di tengah meja, kemudian lagi-lagi menuangkan isinya. Setengah gelas yang kedua!
Fani, yang diam-diam mengikuti peristiwa itu dari parit tempatnya bersembunyi, terperangah. Tidak percaya!
Kontak batin antara Langen dan Fani memang pantas diacungi jempol. Selepas Langen menelepon, mendadak Fani mendapatkan firasat tidak enak dan ingin sekali pergi ke tempat Langen. Dan di ruas jalan yang menuju rumah sahabatnya itu, ia menemukan Jeep Rei diparkir dalam kegelapan. Hampir dua ratus meter jauhnya. Ini aneh, soalnya Rei itu amat sangat bangga dengan mobilnya. Dan hal yang paling exciting buat cowok itu, melebihi apa pun, adalah memamerkan Jeep penuh spotlight yang telah dimodifikasi habis itu, di mana saja. Jadi kalau di malam yang sudah gelap begini itu mobil masih diparkir di kegelapan bayang pepohonan pula, sudah pasti ada apa-apa.
Fani batal lanjut. Dia putar arah, menunggu di mulut kompleks, dan langsung dikuntitnya diam-diam begitu Jeep Rei muncul tak berapa lama kemudian. Firasatnya semakin memberikan peringatan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, soalnya kecepatan Jeep Rei yang semula normal mendadak jadi tinggi. Membuat usaha penguntitannya jadi setengah mati.
Meskipun dengan nekat cewek itu menerabas lampu merah sampai hampir dicium bus, kena maki banyak orang karena memaksa meminta jalan padahal jelas-jelas jalanan sedang padat merayap, tetap saja akhirnya dia kehilangan jejak. Tidak sanggup mengikuti Jeep Rei yang tetap saja bisa menemukan celah. Cowok itu memang offroader sejati. Kondisi apa pun kalau masih on-road, buat dia sepertinya kecil.
Karena sempat kehilangan jejak, Fani hanya bisa menyaksikan babak terakhir. Buru-buru digantinya arah begitu mengenali siluet Jeep Rei yang diparkir di pinggir taman yang lengang. Cewek itu menghentikan mobilnya di tikungan yang tak terlihat dari taman, lalu melompat turun. Dari balik sebatang pohon, kemudian diamatinya dua orang yang sedang berdiri berhadapan itu.
Dia harus mendekati kancah peperangan. Bukannya mau nguping, tapi dia harus tahu seberapa gawat masalahnya. Kalau tidak terlalu, berarti dia bisa menunggu di mobil. Barangkali saja Langen kemudian tidak mau diantar Rei pulang.
Sementara kalau masalahnya ternyata gawat, itu artinya dia harus siap-siap, mungkin Langen butuh bantuin. Mereka berdua bisa mengeroyok Rei, atau paling tidak mengetok kepala cowok itu dari belakang. Soalnya, selain bertubuh besar, Rei juga memegang sabuk hitam karate. Jadi kalau ingin mengalahkannya mau tidak mau harus keroyokan atau curang.
Fani mulai mengendap-endap di kegelapan. Dari balik sebatang pohon buru-buru dia berlari ke samping tempat sampah. Diam di situ sebentar, mengintip dulu, baru berlari ke arah semak-semak, lalu merunduk di situ diam-diam. Mengintip lagi ke arah taman, lalu berlari ke portal dan meringkuk di balik pondasi tiangnya. Terus begitu sampai hampir mendekati medan perang.
Setelah jaraknya dinilai cukup aman, Fani memberi tanda pada Langen dengan lambaian tangan dan melompat-lompat. Bahwa dia siap membantu kalau terjadi sesuatu. Setelah itu kembali cewek itu mengendap-endap. Dan sampailah dia di benda terakhir yang masih bisa dijadikan tempat bersembunyi, sebatang pohon, sementara taman masih beberapa puluh meter di depan. Terpaksa Fani melompat masuk selokan. Beruntung saat ini sedang kemarau, jadi selokan itu kering kerontang. Sambil membungkukkan badan, dia menelusurinya sampai ke depan taman.
Kepalanya lalu muncul sedikit demi sedikit. Sampai kedua matanya sejajar dengan trotoar. Diperhatikannya dua orang yang duduk berhadapan itu, juga sesuatu yang tegak di tengah meja. Kedua matanya langsung menajam begitu akhirnya mengenali benda itu.
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar