Seisi kelas makin terpana begitu cowok itu ternyata benar-benat terbirit-birit ke luar kelas, sambil berteriak-teriak panik di sepanjang koridor.
''TOLONG! TOLONG! ADA WANITA TERORIS! ADA WANITA TERORIS!!!''
Kelas kembali jadi ingar-bingar. Banyak yang kemudian ikut berlari keluar. Dan begitu melewati Langen, mereka serempak berteriak....''HIIIYYY, TAKUUUTTT!!!''
Muka Langen benar-benat merah. Di sebelahnya, Rei sampai membungkukkan badan dan memegani perut, tertawa sampai kedua matanya berair.
''Iya! Ketawa aja terus!''
Rei mengangkat tangan kanannya karena mulutnya tidak bisa bicara. Tapi begitu dilihatnya muka Langen, cowok itu mati-matian memaksa tawanya untuk hilang. Kemudian diraihnya wajah cemberut Langen dan dipeluknya di dada.
''Udah nggak usah didengerin,'' bisiknya lembut. Tapi tetap bibirnya meringis lebar-lebar. Tidak bisa ditahan. ''Mereka emang begitu. Jangankan kamu, dosen aja sering dikerjain. Anggep aja mereka-mereka itu orang gila!''
''Emang gila!'' jawab Langen ketus, membuat sepasang bibir Rei yang tidak bisa dilihatnya, meringis semakin lebar.
''TOLONG! TOLONG! ADA WANITA TERORIS! ADA WANITA TERORIS!!!''
Kelas kembali jadi ingar-bingar. Banyak yang kemudian ikut berlari keluar. Dan begitu melewati Langen, mereka serempak berteriak....''HIIIYYY, TAKUUUTTT!!!''
Muka Langen benar-benat merah. Di sebelahnya, Rei sampai membungkukkan badan dan memegani perut, tertawa sampai kedua matanya berair.
''Iya! Ketawa aja terus!''
Rei mengangkat tangan kanannya karena mulutnya tidak bisa bicara. Tapi begitu dilihatnya muka Langen, cowok itu mati-matian memaksa tawanya untuk hilang. Kemudian diraihnya wajah cemberut Langen dan dipeluknya di dada.
''Udah nggak usah didengerin,'' bisiknya lembut. Tapi tetap bibirnya meringis lebar-lebar. Tidak bisa ditahan. ''Mereka emang begitu. Jangankan kamu, dosen aja sering dikerjain. Anggep aja mereka-mereka itu orang gila!''
''Emang gila!'' jawab Langen ketus, membuat sepasang bibir Rei yang tidak bisa dilihatnya, meringis semakin lebar.
Berita Rei dan Langen masuk ke toilet berdua, langsung menyebar. Semua yang diberitahu perihal kabar itu kontan ternganga tak percaya. Kampus jadi gempar. Semua orang mengira, Langen nekat begitu mendatangi gedung fakultas Rei bahkan membuntuti cowok itu sampai ke toilet karena saking inginnya kembali ke pelukan mantan cowoknya itu!
Mati-matian Langen dan Fani berusaha meyakinkan seisi kampus bahwa berita itu sama sekali tidak benar. Asli bohong. Seratus persen fitnah. Tapi bantahan yang mereka teriakkan sampai urat leher nyaris putus itu, juga segala macam sumpah fatal yang mereka umbar, tetap tak mampu membuat satu orang pun percaya.
Soalnya, Rei persis Desy Ratnasari cuma bilang ''No comment'', tapi sambil senyum-senyum. Dia selalu begitu setiap kali ditanya. ''No comment''-nya memang sempat membuat orang-orang yang bertanya padanya jadi ragu, tapi senyum misteriusnya kemudian mematahkan keraguan itu.
Ditambah lagi jawaban Bima dan Rangga yang seperti mengiyakan. ''Tanya sama yang bersangkutan aja, biar kronologinya jelas,'' membuat orang semakin yakin bahwa berita itu bukan sekadar gosip atau kabar angin. Artinya.....berita itu benar!
Dan nama Langen kontan hancur!
Tidak tanggung-tanggung, Langen langsung menggeser posisi Stella. Cewek yang paling ngetop di kampus karena penampilannya yang hampir menyaingi Brithney Spears itu langsung terlihat seperti ''cewek laim'' dibanding Langen. Soalnya, Stella itu cuma ngablak penampilannya aja, dan cuma rada kecentilan aja. Sedangkan Langen, penampilannya sih sopan. Baju-bajunya selalu tertutup, meskipun sering berpotongan seksi dan ketat. Tapi ternyata.....?
***
''Kita dijebak!''
Langen tidak bermaksud menyalahkan, tapi Fani merasa dialah yang paling bersalah. Kalau saja rasa ''cinta kucing''-nya tidak kelewatan, semua ini tidak akan terjadi.
''Sori, La'' ucap Fani lirih.
Langen mengibaskan tangan. ''Bukan salah lo. Rapi banget cara mereka. Bener-bener nggak kebaca. Sampe sekarang gue masih belom bisa nebak, gimana cara mereka ngatur semuanya.''
Fani bangkit berdiri dan meraih tasnya. ''Lo nggak masuk lagi nih?'' tanyanya.
Dengan malas Langen menggelengkan kepala.
''Udah tiga hari lo cabut, La. Akuntansi nih sekarang.''
''Maka gue ini, Fan.''
''Iya. Iya. Sori. Ntar gue absenin lagi deh. Gue jalan dulu ya. Udah mau telat.''
Lagi-lagi hari ini Fani berangkat ke kampus sendiri.
Sepuluh menit setelah sahabatnya itu pergi dan dia dikurung sunyi, mendadak Langen menemukan satu cara untuk mengakhiri bencana ini. Dia harus menemui Rei dan memaksanya mengumumkan apa yang sebenarnya terjadi. Buru-buru cewek itu berdiri, menyambar kunci mobil, dan berlari keluar sambil berseru keras.
''Mama! Langen pinjem mobilnya Mas Radit bentar!''
Terpaksa dibajaknya mobil kakaknya. Soalnya, sejak peristiwa memalukan itu, bukan hanya namanya yang melambung, tapi juga Kijang-nya. Jadi percuma saja bersembunyi di dalamnya.
Diparkirnya mobil di dekat pintu keluar kampus. Dan begitu dilihatnya Jeep Rei muncul dari jalan utama di dalam kompleks kampus, Langen langsung bersiap-siap. Dia rendahkan tubuhnya sementara tangan kanannya memutar kunci. Begitu Jeep Rei melintas di depannya, langsung dikuntitnya dari belakang. Tetap seperti itu selama beberapa saat. Baru setelah gerbang kampus hilang di tikungan belakang, diinjaknya pedal gas dan disejajarinya Jeep Rei.
Rei yang belum menyadari, menggeser Jeep-nya ke kiri, mempersilahkan sedan putih di sebelah kanannya untuk melaju. Tapi sedan itu justru memaksanya menepi dengan bantingan setir mendadak. Gesekan tak terelakkan. Diiringi bunyi benturan keras, sedan putih itu kehilangan spion kirinya.
Rei terperangah. Ditekannya klakson kuat-kuat. Dia menoleh dan siap memaki. Tapi suaranya langsung tersangkut di tenggorokan begitu tahu siapa yang berada di dalam sedan itu dan saat ini tengah menatapnya dengan bara meletup. Buru-buru dibelokkannya mobil, masuk ke sebuah jalan kecil. Sedan di sebelahnya mengikuti dengan posisi tetap merapat. Begitu mereka berhenti di satu sisi jalan, Langen langsung turun dan menutup pintu dengan bantingan. Dihampirinya Rei dengan langkah-langkah cepat, lalu berhenti tepat di depannya.
''Lo harus bilang kalo kita nggak masuk toilet berdua!''
Kedua alis Rei menyatu rapat mendengar perintah yang diberikan dengan bentakan galak itu. Ditundukkannya kepala hingga ujung hidungnya nyaris menyentuh ujung hidung Langen yang mendongak.
''Aku bersihin nama kamu. Tapi dengan satu syarat.'' ditatapnya cewek itu dengan berjuta sinar dalam sepasang matanya. Ada senyum geli, ada kelembutan, ada cinta, ada kerinduan, tapi ada juga tantangan dan sorot kemenangan. ''Kita jalan sama-sama lagi. Aku mau kamu balik!''
Langen terperangah dan mundur selangkah tanpa sadar. Tawaran yang benar-benar manis!
Setelah berita menggemparkan yang membuat seisi kampus guncang dan nama Langen meroket dengan segala macam tudingan negatif, menyatunya mereka kembali hanya akan membenarkan tudingan-tudingam itu. Dan Langen sudah tahu apa yang akan muncul dalam benak setiap orang.
''Jelas aja mereka jadian lagi. Udah masuk toilet berduaan gitu. Jelas aja tuh cewek nggak bakalan ngelepas Rei!'' seperti itulah yang bakalan disimpukan orang-orang.
Dirinya lagi yang akhirnya kena tuduh!
''Nggak! Terima kasih!'' Langen menggeleng tegas. ''Lo boleh ngimpi!''
Ganti Rei terpana. Tak menyangka tekanannya tak mampu melumpuhkan lawan. Dan dia jadi benar-benar gemas.
''Kalo begitu, jangan paksa aku untuk meng-clear-kan soal itu!''
''Tapi itu kan jelas-jelas nggak bener! Gue cuma nunggu lo di luar! Di lorong!'' seru Langen.
''Justru karena itu nggak bener, makanya biarin aja. Nanti juga mereka diem sendiri kalo udah bosen.'' Rei mengangkat alisnya dan tersenyum santai. Melihat sikap Rei yang sangat tenang itu, Langen jadi kalap.
''Elo kurang ajar!''
''Hei! Hei!'' Rei berusaha menghindar dari serangan bertubi Langen. ''Kamu kok jadi kasar begini?''
''Elo yang mulai duluan!''
''Mulai apa?'' Rei menangkap tangan kanan Langen yang mengarah tepat ke dadanya. Berusaha mencegah kelima jari berkuku tajam itu mencubit atau membuat cakaran di sana.
Sial untuk Langen. Segerombolan saksi mata melintas dan sudah pasti mereka menyaksikan apa yang sedang dilakukannya terhadap Rei. Di mata mereka, itu benar-benar penyerangan yang sangat brutal. Serentak gerombolan saksi mata itu berhenti berjalan lalu ramai berkomentar.
''Waaaah! wkwkwk! Ternyata dia emang cewek ganas!''
''Gila banget, ih! Di pinggir jalan aja kayak gitu. Gimana waktu di dalem toilet ya? Pasti seru!''
''Pasti!''
''Jangan-jangan tuh cewek.....maniak?''
''Kayaknya sih gitu. Liat aja tuh!''
Tamatlah sudah riwayat Langen. Berita penyerangan itu semakin memperparah predikat negatifnya, dan justru menempatkan Rei dalam posisi tak bersalah. Semua menganggap betapa malangnya cowok itu, karena dipaksa untuk kembali oleh ceweknya yang ganas dan maniak!
dontinue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar