download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 20 part 1 novel cewek!!! by esti kinasih
Nama Langen hancur total. Bahkan ini untuk pertama kalinya dia sampai kehilangan keberanian untuk muncul di kampus.
Rei, yang diam-diam terus memantau hasil akhir rencananya yang berjalan sangat sukses dan sangat tidak terduga itu, mulai cemas saat tidak lagi melihat Langen muncul di kampus.
Bagaimana inginnya dia menaklukkan Langen dan memaksa cewek itu kembali dengan cara-cara yang dia inginkan, bagaimanapun menyenangkan game yang saat ini dia menangkan, tapi kalau akibatnya mulai serius begini, dirinya pilih mengalah dan meminta untuk bisa kembali. Dia cinta gadis pemberontak itu, yang sebenarnya tidak sepenuhnya salah.
Tapi keinginan Rei itu langsung ditentang keras kedua sahabatnya. Reaksi Bima sama sekali tidak membuat Rei heran. Soalnya menurut Bima, pengkhianatan cewek adalah satu tindak kriminal yang tingkatannya lebih tinggi dari pembunuhan! Tapi penolakan Rangga membangkitkan kembali kemarahan dan kecurigaan Rei yang sudah sempat menghilang.
***
Rangga baru saja menyentuh hendel pintu Jeep Wrangler-nya saat seseorang menepuk bahunya dari belakang. Dia menoleh dan satu hantaman keras langsung menyambutnya di ulu hati. Tubuhnya seketika terdorong mundur dan membentur badab mobil.
''Gue lupa kalo ada urusan kita yang belom selesai!''
''Itu refleks, Rei. Bener! Gue sama sekali nggak....''
''Refleks yang pake perasaan!?''
''Rei, waktu itu.....''
''Waktu itu dia terdesak. Dikurung banyak orang, tapi mereka bukan orang asing, Ga!'' Rei menepuk keras sebelah pipi Rangga. ''Gue kenal mereka semua, dan mereka juga tau gue!''
''Itu kan elo! Yang mereka kurung, Langen. Bukan elo!''
''Sialan lo!'' desis Rei berang. Dengan kedua tangan, dicengkeramnya kerah kemeja Rangga kuat-kuat, sampai membuat Rangga nyaris tercekik.
''REI!!!'' Bima berteriak daru kejauhan, lalu cepat-cepat berlari menghampiri. ''Apa-apaan sih lo? Lepas!''
''Dia....''
''Gue bilang lepas!''
Dengan paksa Bima melepaskan cengkeraman Rei di kerah kemeja Rangga, lalu menyentakkan tubuh Rei sampai terdorong mundur beberapa langkah.
''Lo nggak tau....''
''Gue udah tau!'' potong Bima, nyaris membentak.
''Tunggu sampe gue peluk cewek lo di depan mata. Baru lo bener-bener tau!'' Rei menantang Rangga.
Bima berdecak. Jadi semakin jengkel.
''Pikir dong, lo! Febi dibanding Langen.... Jauh! Ga, sori kalo gue kasar. Ini bukan soal tampang. Rei, cewek lo tuh cantik. Mungkin karena itu lo nggak bisa ngeliat jelas, silau ama kecantikannya!''
''Apa maksud lo!?'' desis Rei tajam. Dia tersinggung.
''Lo masih belom sadar juga?'' Bima menggelengkan kepala. ''Langen itu tukang bikin onar! Cewek pemberontak! Coba liat ulahnya? Lo tonjok temen deket lo sendiri!''
''Ini nggak ada hubungannya....''
''Ada! Nanti gue kasih tau kalo gue udah dapet bukti lengkap!''
Setelah mengatakan itu, Bima balik badan dan pergi. Rei menatapnya tak mengerti.
Rangga menghela napas. ''Lo tau cewek yang pernah dateng ke kampus? Yang ngebongkar abis soal gue sama Ratih?'' Rei menoleh dan Rangga langsung menyambutnya dengan tatapan tepat di manik mata. ''Dia temen sekelas Langen sama Fani di SMA. Dan Langen yang nyuruh tuh cewek dateng ke sini. Gue marah, Rei! Febi sekarang mulai mirip cewek lo. Mulai mirip Fani. Tapi gue nahan diri, karena gue mandang elo!''
Rei terpana. Rangga menepuk pelan bahu sahabatnya itu, lalu masuk mobil dan pergi tanpa bicara lagi.
***
''Ada apa sebenernya? Apa yang lo berdua sembunyiin dari gue?''
Pertanyaan Rei membuat Rangga menatap Bima. ''Lo aja yang ngomong. Gue nggak mau dituduh dua kali.''
Tapi Bima geleng kepala. ''Nanti aja. Gue cari bukti dulu. Gue nggak mau ngomong tanpa bukti. Setelah itu, urusan lo, Rei. Lo mau balik sama Langen, silakan. Gue nggak akan ikut campur. Cuma untuk sekarang ini....,'' Bima menggeleng lagi, ''sebaiknya jangan. Gue mau elo bener-bener tau, siapa mantan cewek lo itu!''
''Dia takut keburu jadi properti orang.'' Rangga melirik Rei.
''Kayak begitu dipikirin.'' Bima berdecak meremehkan. ''Itu masalah gampang. Siapa aja yang deketin Langen....tonjok!''
Rangga menunduk sejenak, menyembunyikan senyumnya.
''Buruan lo kerjanya, Bim.''
''Ini gue lagi mikir, gimana caranya.''
Tapi ternyata Bima kalah langkah. Fani tahu persis, tanpa Langen dan Febi, kampus akan menjadi tempat yang benar-benar berbahaya untuknya. Firasatnya memperingatkan, Bima sedang mencarinya. Maka jadwal kuliahnya kontan berubah. Dalam satu hari, kadang dia masuk kuliah jam pertama, terus jam keduanya cabut. Terus jam pejaran berikutnya nongol lagi. Malah kadang-kadang bolos seharian. Mirip kutu loncat, dia muncul di kampus dan cabut tanpa pola yang tetap.
Hasilnya top! Bima tidak berhasil mengejar apalagi menemukan.
''Sialan!'' Bima mendesis pelan. Senyum tertahan kemudian muncul di bibirnya. Ini tidak akan lagi semudah hari-hari kemarin. Tapi kita lihat saja!
***
Fani duduk termenung di teras kamar. Bingung memikirkan cara agar Langen bisa secepatnya kembali ke kampus. Sudah hampir dua minggu sahabatnya itu bolos kuliah. Masalahnya, ada beberapa mata kuliah yang akan sulit dimengerti tanpa mendengar penjelasan langsung dari dosen. Dan ada beberapa dosen yang gemar mengabsen mahasiswanya satu per satu untuk memastikan jumlah kepala yang hadir sebanding dengan jumlah tanda tangan.
Tapi sampai hari ini, cara itu tidak juga ketemu!
Fani menghela napas lalu menepuk-nepuk kening dengan kesal. Tiba-tiba Ijah datang tergopoh.
''Non Fani! Ada telepon dari Mbak Febi. Suruh cepetan. Katanya penting banget!''
Fani tersentak dan bergegas berlari turun. Disambarnya gagang telepon dan langsung diberondongnya orang di seberang dengan bertubi pertanyaan.
''Feb, lo ke mana aja sih? Gue cari-cariin, juga! Lo masih kuliah nggak sih? Kok gue nggak pernah ngeliat lo lagi di kampus? Lo pulang ke Jawa, ya? Disuruh kawin?'' Telepon di seberang langsung ditutup. Fani tercengang. ''Feb! Febi! Sensitif amat. Gitu aja tersinggung. Balik kayak dulu lagi tuh anak!'' gerutunya sambil meletakkan gagang telepon. Tak lama benda itu berdering lagi. Kalo ini Fani bicara hati-hati. ''Sori, Feb.''
''Sori apaan? Lo tadi teriak-teriak. Gue kaget, tau!''
''Oh....gue kirain lo marah. Kenapa sih lo ngomongnya bisik-bisik?''
''Nanti aja gue ceritain. Gosip itu bener, Fan?''
''Nggak! Itu fitnah! Jebakan! Kita nggak tau....''
''Udah. Udah. Gue cuma mau tau, bener apa nggak aja. Ya udah. Eh, HP lo berdua kenapa sih nggak aktif?''
''Langen kena teror. Gue bosen jawab pertanyaan yang itu-itu melulu. Kayak lo barusan tadi. Nggak brenti-brenti,'' tanpa sadar Fani jadi ikut bicara berbisik.
''Ya udah. Aktifin HP lo sekarang deh. Buruan!''
''Eh, bentar, Feb! Lo sekarang di mana? Masih di rumah lo atau di mana?''
''Di tempat yang tidak terjangkau!''
Telepon di seberang ditutup. Fani termangu-mangu bingung. Buru-buru dia berlari ke kamar dan mengaktifkan ponselnya. Tapi ditunggu sampai tengah malam, Febi tidak menelepon sama sekali. Sementara saar dicobanya untuk menghubungi, ponsel Febi masih seperti dulu, saat cewek itu mendadak lenyap. Mailbox!
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar