Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 17 part 1 novel cewek!!! by esti kinasih


Rencana awal terpaksa diubah. Berakhirnya hubungan Langen dan Rei membuat Langen tak bisa lagi memasuki lingkaran. Jadi, dengan lenyapnya Febi dan terdepaknya Langen, maka Fani jadi satu-satunya yang akan maju ke kancah pertempuran.
''Cuma gue sendiriii!?'' Fani memekik panjang saat Langen memberitahu perubahan rencana itu. ''Nggak! Nggak! Gila lo! Bisa tamat riwayat gue!''
''Abis gimana? Gue nggak ada alasan untuk gabung lagi kayak dulu, Fan. Ntar dikira gue pengen balik, lagi. Gue udah coba nelepon Febi lagi, tapi yang ngangkat masih nyokapnya juga.''
''Aduh!'' Fani garuk-garuk kepala. Mukanya cemas.
''Gue nggak akan jauh-jauh dari elo!'' janji Langen.
''Bener, ya? Awas lo kalo sampe nggak ada!'' ancam Fani.

Jadi, melihat kondisi yang ada, bisa dipastikan game yang akan dipertandingkan hanya tinggal satu partai. Yaitu partai tunggal campuran, Bima vs Fani!

Tapi meskipun hanya satu partai, game ini diprediksi akan menjadi game yang amat sangat mendebarkan. Boleh tanya pada semua pengamat olahraga baik tinju, gulat,smackdown, karate, silat, kempo, yudo, maupun kungfu mereka pasti akan mengatakan, kemenangan mutlak akan berada di tangan Bima. Bahkan dipastikan pertandingannya hanya akan berlangsung satu ronde, dan lamanya cuma satu detik pula!

Tapi, ini yang harus diketahui dan dicamkan, wahai manusia diseluruh jagat raya. Di atas segalanya, tetap semua keputusan ada di tangan TUHAN Yang Maha Esa. Manusia hanya mampu berencana, tapi TUHAN jualan penentunya. Karena DIA-lah penguasa tunggal atas segalanya!

Jangankan cuma lawan Bima, Fani cs Mike Tyson pun, kalau TUHAN mengatakan yang menang Fani, mau ngomong apa?

Itulah keyakinan Langen. Mengacu ke peristiwa perang besarnya dengan Rei saat itu Langen berhasil meraih kemenangan mutlak Langen tetap optimis kali ini Fani juga bisa menang.

Karena itu, mengingat beratnya pertarungan kali ini, persiapan Fani juga tidak main-main. Tiap pagi, sebelum mandi dan berangkat kuliah, cewek itu joging keliling halaman depan-belakang sebanyak sepuluh kali, dan langsung dilanjutkan dengan sit-up, push-up, angkat barbel, dan lompat tali. Selain itu, kalau biasanya tukang gas elpiji meletakkan tabung gasnya langsung di dapur, di dekat kompor, sekarang cukup diletakkan di pintu pagar. Fani yang mengangkat ke dapur!

Tapi cuma sekali doang, karena untuk sampai ke dapur kayaknya perlu waktu satu minggu. Soalnya, dalam satu jam cuma bergeser lima belas senti meter, itu juga pakai acara nyaris ketiban segala. Tapi Salsha punya pendapat lain, yang menurutnya lebih simpel tapi hasilnya dijamin.
''Untuk ngelawan cowok lo itu, lo nggak perlu sampe kayak gitu, Fan. Cukup satu. Lo cuma perlu kesurupan aja! Gue jamin, dia pasti kalah!''
''Ini serius, Sha!'' Langen menyikut pinggang Salsha dengan jengkel.
''Gue juga serius, La!''
Fani garuk-garuk kepala. Sementara Iwan, yang terus mengikuti semua perundingan itu tanpa ikut campur tangan, sampai memalingkan muka ke luar jendela. Menahan tawanya supaya tidak muncrat keluar. Soalnya di depannya sedang ada meeting serius.

Itu persiapan fisik. Untuk persiapan mental, Langen terus-menerus mengingatkan Fani betapa banyak kesempatan (kesempatan hunting cowok pastinya) jadi hilang gara-gara dia terpaksa jadian sama Bima, betapa banyak cowok lebih memilih mundur teratur daripada mati muda.

Hasutannya Salsha lebih parah lagi. Dia mengambil referensi dari koran, majalah, juga berita-berita kriminal di tivi.
''Cowok lo itu, Fan, ntar kalo udah merit, dia itu tipe suami yang bakalan menggunakan kekerasan. Jangankan jadi suami, lo pacaran dua taun lagi aja gitu, bangsa muka bengep atau satu-dua copot sih bakalan kejadian!''

Bukan cuma Fani yang kaget, Langen juga sampai ternganga. Ditatapnya Salsha dengan tampang ngeri.
''Masa, Sha?'' desisnya. Salsha langsung memberikan syarat diam-diam. Langen tersadar. Segera dia ikut memperkisruh. ''Oh, iya! Iya! Kayaknya sih emang gitu, Sha! Dari sekarang aja udah keliatan tanda-tandanya!''

Mendengar semua itu, seketika tampang Fani seperti orang yang sedang menonton film horor dan setannya melompat keluar dari tivi!

***

Bak singa-singa lapar yang mengendap di antara rumput-rumput padang Afrika, Langen dan Fani terus mengawasi setiap gerak-gerik Bima dengan ketat dan sangat saksama. Tanpa lengah sedikit pun. Keduanya siap menyambut serangan Bima yang mereka prediksi pasti akan secara barbar dan biadab sesuai dengan penampilan dan profilnya yaitu teror mental, penculikan, penyanderaan, dan akhirnya....interogasi dengan kekerasan!

Tentu saja mereka tidak akan tinggal diam. Gempuran balik akan langsung mereka lancarkan. Sudah pasti akan secara barbar dan biadab pula!

Tapi menghadapi Bima ternyata memang tidak gampang. Tidak seperti Rei, yang masih bisa dibaca sedikit-sedikit, gorila itu benar-benar blank!

Satu hari lewat tanpa terjadi apa-apa. Lalu dua hari, tiga hari, seminggu, dan akhirnya dua minggu berlalu. Tetap tanpa terjadi sesuatu. Akhirnya Fani, yang harus bangun subuh-subuh tiap hari, jadi kesal.
''Ini perangnya kapan sih? Besok gue libur olahraga dulu deh.''
''Jangan!'' cegah Langen seketika.
''Lo enak aja ngomong gitu. Gue nih! Ngangkat-ngangkat barbel tiap pagi! Emang nggak pegel, apa? Liat dong tangan gue, udah kayak singkong!''
''Tapi jangan, Fan. Ntar kalo mendadak Bima nyerang gimana? Pokoknya lo kudu ready to war setiap saat!''

***

Suasana untuk sementara memang aman dan damai, karena Bima sedang mempelajari medan. Dan yang sekarang sedang menjadi pusat perhatiannya adalah Rei. Dia ingin tahu apa rencana sobatnya itu.

Saat ini kebenaran yang telah terungkap baru cewek imut misterius itu. Salsha. Sisanya masih tetap dugaan. Meskipun dugaan-dugaan itu semakin menguat, tapi selama belum ada bukti konkret, Bima tak ingin bicara apa-apa. Cowok itu tidak ingin dianggap menghalangi niat Rei untuk kembali pada Langen.

Sama seperti keinginan Rangga, target utama Bima sebenarnya juga Langen. 


continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar