download novel terbaru dan terpopuler, download novel indonesia terbaru ebook, download novel gratis, download novel cinta, download novel teenlit terbaru, download novel remaja terbaru, novel cinta, novel remaja, kumpulan novel, novel gratis, novel terbaru, cerita novel, contoh novel
Sabtu, 15 Maret 2014
Bab 23 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih
Potongan-potongan ayam dalam rak kaca, atau tumpukan sate, barisan roti, dan botol selai, bahkan tumpukan sayur di dalam rak kaca bertuliskan ''gado-gado'', semakin lama tampak semakin memesona.
''Hei! Hei! Mau ke mana?'' Yudhi langsung menyambar tangan Fani yang arah larinya jadi melenceng, menuju gerobak tukang bubur ayam.
''Bentar doang. Gue cuma.....''
''Nggak ada alasan. Balik!'' Yudhi menarik Fani kembali ke lintasan dan memaksanya meneruskan joging, sambil tetap menggenggam erat satu tangannya.
''Mas! Mas! Bubur! Ini serius! Bener!'' jerit Fani ke tukang bubur ayam itu. Dia melambaikan tangan dengan isyarat SOS. Iwan cs ketawa geli.
''Iya dong. Bubur. Setengah mangkok aja deh,'' pinta Langen dengan suara tersengal.
''Nggak ada!'' tolak Iwan tegas. Diraihnya satu tangan Langen, mencegah cewek itu agar tidak berganti arah.
Sementara itu Febi sudah sejak tadi ditarik Rizal dan Evan di kiri-kanan. Memasuki putaran keempat, larinya mulai oleng seperti perahu disapu badai. Dan saat ini, memasuki putaran keenam, sepertinya Febi sudah joging sambil pingsan!
Di detik-detik terakhir selagi tukang bubur ayam yang ganteng dan gerobaknya yang memesona itu masih kelihatan, sekali lagi Fani menjeritkan permohonannya.
''Bubur, Mas! Bener!''
Tapi si mas tukang bubur ayam cuma menatap bingung. Dibikinin apa nggak? Diputuskannya untuk menunggu kemunculan Fani yang berikut. Kalau cewek itu masih minta, berarti serius. Lima belas menit kemudian, sang pemesan itu muncul lagi. Dengan kondisi yang semakin mengenaskan, dan tetap memesan semangkuk bubur, dengan suara terputus-putus dan nyaris tidak terdengar.
''Mas...., bu....bur.....dong..... Laper.....nih.....''
Masih sambil ditarik cowok di sebelahnya, kemudian lagi-lagi Fani menghilang ditelan bulatan Gelora. Sementara Langen menjerit keras ke arah penjual ketoprak.
''Pak! Pak! Ketoprak, Pak! Tolong!''
Sama seperti penjual bubur ayam yan mangkal di sebelahnya, bapak penjual ketoprak itu juga cuma diam dan menatap bingung. Minta ketoprak atau minta tolong?
Tapi kali ini Iwan agak berbaik hati. Setelah lima belas putaran yang benar-benar nyaris mencabut nyawa, dia berikan untuk ketiga cewek yang masing-masing sebuah apel merah asli USA.
''Gue bubur ayam aja deh, Wan,'' Fani memohon dengan mengiba.
''Nggak bisa! Abis ini lo bertiga masih harus push up, pull up, dan sit up, masing-masing dua puluh kali!''
''HAAA!!!?'' ketiga cewek itu kontan terperangah dan apel di masing-masing genggaman lalu menggelinding hampir bersamaan.
***
Sebenarnya Iwan tidak begitu puas dengan hasil olah fisik Langen cs. Tapi Langen tidak mau terlalu lama mengulur waktu. Teror yang dilakukan Rei cs membuat dia dan kedua temannya ingin secepatnya keluar dari pertikaian gender itu.
Sebenarnya tidak ada tindakan Rei cs yang bisa dimasukkan ke kategori ''melakukan teror''. Yang dilakukan ketiga cowok itu hanyalah menatap diam dengan senyum tertahan. Atau menegur dengan sapaan basa-basi, yang diucapkan dengan nada lembut bahkan sangat sopan.
Tapi justru itulah yang telah menciptakan sensasi teror. Ketiga cewek itu merasa seperti akan menemukan segerombolan sniper di balik dinding. Atau serangan monster mengerikan yang akan muncul mendadak dari kolam di taman kampus. Atau disergap pembunuh gelap begitu membuka pintu kelas.
Yag setuju dengan Iwan untuk menunda pengajuan tantangan itu hanya Fani, karena sebenarnya dia tidak sanggup lagi berhadapan dengan Bima face to face. Selama ini sudah setengah mati dia menyembunyikan diri di antara Langen dan Febi setiap kali mereka bertemu, berusaha keras untuk tidak menatap cowok itu.
Malu banget, gila! Topeng leak pun tidak akan sanggup menyembunyikan mukanya dari malu. Tapi Langen dan Febi memaksanya untuk tegar. Soalnya percuma saja tantangan perang terbuka itu diajukan, kalau salah satu dari mereka belum-belum sudah menunjukkam ketakutan.
''Gue bukan takut, La. Gue malu!''
''Sama aja. Tetep aja lo jadi nggak berani ngadepin dia, kan?''
''Aduh.....ck!'' Fani menutupi mukanya dengan kedua tangan. Peristiwa di ruang ganti kolam renang dan di kamar tidur Bima langsung terbayang. Dan belum-belum dia sudah merasa telanjang dan transparan.
''Lo mundur, berarti kita kalah!'' tandas Langen.
Fani memejamkan mata rapat-rapat. Perang terbuka ini justru satu-satunya jalan. Kalahkan Bima, maka malu itu akan terbayar!
Diturunkannya tangan lalu diangkatnya kepala dengan keteguhan. ''Oke. Ayo kita hajar mereka!''
***
Tidak satu pun dari ketiga cewek itu punya nyali untuk mendatangi gedung Fakultas Perminyakan. Gantinya, mereka telepon salah satu. Bima mengerutkan kening saat layar ponselnya memunculkan nama ''Langen''.
''Halo?''
''Ada yang mau gue omongin. Gue tunggu di depan rektorat!'' ucap Langen langsung.
''Gue apa Rei?''
''Lo bertiga!''
Dan ponsel di seberang langsung dimatikan. Kening Bima makin berkerut.
''Ada apa?'' tanya Rei.
''Mantan cewek lo barusan nelepon. Kita ditunggu di depan rektorat.''
''Untuk?''
Bima mengangkat bahu. Ketiga cowok itu segera melompat ke Jeep Rei dan meluncur ke tempat yang dimaksud. Begitu Jeep penuh spotlight yang telah mereka kenal dengan sangat baik itu muncul di kejauhan, ketiga cewek itu langsung panas-dingin. Itu tidak bisa dicegah meskipun mereka telah menyiapkan mental dan fisik selama berhari-hari.
Langen menyambut kedatangan ''musuh-musuh''-nya dengan penuh percaya diri. Dipukul-pukulnya batang kayu di tangan kanannya ke telapak tangan kiri. Seperti biasa, Febi jarang kehilangan ketenangannya. Sementara Fani langsung mengangkat dagu tinggi-tinggi begitu Jeep itu muncul.
Tapi dari kejauhan pun Bima sudah tahu, dagu yang terangkat tinggi juga sikap ready to fight itu sama sekali tidak seseram dan se-ready yang ditunjukkan. Jauh! Dan cowok itu tahu persis, bagaimana cara melepaskan topeng itu. Begitu Jeep berhenti, ketiga cowok itu melompat turun dan langsung menghampiri kelompok lawan.
''Halo? Apa kabar.....calon istriku!'' lembut, Bima menyapa Fani.
Rei dan Rangga kontan menatap Bima dengan mata menyipiy dan kening terlipat. Sementara Fani, meskipun dagunya masih tetap terangkat gagah dan tinggi-tinggi, mukanya langsung memerah. Langen buru-buru mengenyahkan Bima dari depan sahabatnya itu.
''Mundur lo! Awas, sana!'' disentaknya tubuhnya tinggi-besar Bima ke belakang. ''Apa tadi lo bilang? Calon istri? Langkahin dulu mayat gue!''
Bima pura-pura terkejut mendengar itu.
''Gue sih nggak ada limit berapa banyak istri yang gue mau, La. Tapii....'' Bima berdecak, dengan ekspresi seolah-olah itu sangat dilematis. ''Mesti ngomong apa gue sama Rei nih? Jelas gue nggak tega kalo harus ngeliat lo mati. Dan meskipun udah mantan, tetep lo pernah jadi orang terdekat sahabat gue. Bener-bener nggak punya perasaan kalo gue jadiin elo istri gue.''
continue~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar