Langen dan Febi langsung berdiri, sementara Fani kayu, kemudian bertiga dengan Theo membakar sosis. Membakar sambil mengunyah, membuat Theo sebentar-bentar berteriak, dan akhirnya sosis-sosis itu ditumpuk
di piring yang diletakkan di depannya persis.
"Bagi dong, Yoooo," rayu Fani sambil mengedipkan mata.
"Nggak!" tolak Theo langsung. "Dari tadi lo udah makanin melulu, tau!"
"Atuuu aja. Yang keciiil....."
"Nggak!"
Fani mengambil sebatang kayu bekas memanggang sosis. Diacung-acungkañya kayu yang ujungnya telah menjadi bara itu ke arah Theo.
"Bagi nggàaak.... atau mau gue bikinin tato baru di tangan lo? tapi gue nggak jamin jadinya bisa keren kaya tato lo yang laen!"
"Eh? Eh? Tolong! Iya! Iya nih!" Theo buru-buru memberikan apa yang diminta oleh rampok cewek di depanya. "Van! Panggilin yang laen gih, buruan! keburu abis nih sosis!"
Evan pergi sambil cengengesan. tak lama dia kembali bersama Yudhi, Rizal., Lagen, dan Febi. Mereka langsung menyerbu tumpukn sosis di piring di depan Fani. berebut mengambil paling banyak. tarik-tarikan. dorong-dorongan. saling berusaha menyikat sosis milik yang lain, tapi berjibaku mempertahankan milik sendiri. makan sambil tertawa cekakakan dan berteriak-teriak riuh. pesta metiah itu langsung terhenti begitu Iwan muncul dengan muka tegang.
"Mereka datang!" serunya tertahan.
ketiga cewek itu tersentak. lansung berdiri dan lari ke tempat yang telah disiapkan Yudhi untuk mereka, lalu buru-buru duduk diatas bentangan ponco. sosis di mulut buru-buru ditelan tanpa sempat dikunyah sampai lembut. setelah itu mulut dan tangan dilap smpai benar-benar bersih. pakai cologne sedikit biar bau daging panggangnya hilang. setelah itu mereka men
arik napas panjang-panjang. menenangka diri. tiba-tiba Iwan datang menghampiri.
ingat ya!" desisnya tegang. "jangan sekali-sekali mau diajak turun bareng. ngerti?" ketiga cewek itu menganguk. "dan jangan dikasih kalo mereka maugelar ponco deket lo bertiga. usir jauh-jauh! terus., ransel-ransel itu nggak memadai untuk naek gunung. jadi jangan sampe mereka ngeliatin terlalu lama. bisa curiga. tutupi badan atau jaket. ngerti?" ketiga cewek itu mengangguk lagi. mereka jadi semaki tegang melihat Iwan seperti itu. "ingat itu! dan jangan keliatan nervous semua serahin ke gue good luck!" Iwan melejit dari hadapan Langen cs bergabung kembali dengan teman-temannyanya.
"Gue mau pura-pura tidur deh. Febi masuk ke satu-satunya sleeping bag yang ada.
"Iya.... " Langen mengangguk. "sekarang lo pura-pura tidur aja. yang gampangan. tapi ntar malem rencana kita kudu sukses ya Feb!"
di piring yang diletakkan di depannya persis.
"Bagi dong, Yoooo," rayu Fani sambil mengedipkan mata.
"Nggak!" tolak Theo langsung. "Dari tadi lo udah makanin melulu, tau!"
"Atuuu aja. Yang keciiil....."
"Nggak!"
Fani mengambil sebatang kayu bekas memanggang sosis. Diacung-acungkañya kayu yang ujungnya telah menjadi bara itu ke arah Theo.
"Bagi nggàaak.... atau mau gue bikinin tato baru di tangan lo? tapi gue nggak jamin jadinya bisa keren kaya tato lo yang laen!"
"Eh? Eh? Tolong! Iya! Iya nih!" Theo buru-buru memberikan apa yang diminta oleh rampok cewek di depanya. "Van! Panggilin yang laen gih, buruan! keburu abis nih sosis!"
Evan pergi sambil cengengesan. tak lama dia kembali bersama Yudhi, Rizal., Lagen, dan Febi. Mereka langsung menyerbu tumpukn sosis di piring di depan Fani. berebut mengambil paling banyak. tarik-tarikan. dorong-dorongan. saling berusaha menyikat sosis milik yang lain, tapi berjibaku mempertahankan milik sendiri. makan sambil tertawa cekakakan dan berteriak-teriak riuh. pesta metiah itu langsung terhenti begitu Iwan muncul dengan muka tegang.
"Mereka datang!" serunya tertahan.
ketiga cewek itu tersentak. lansung berdiri dan lari ke tempat yang telah disiapkan Yudhi untuk mereka, lalu buru-buru duduk diatas bentangan ponco. sosis di mulut buru-buru ditelan tanpa sempat dikunyah sampai lembut. setelah itu mulut dan tangan dilap smpai benar-benar bersih. pakai cologne sedikit biar bau daging panggangnya hilang. setelah itu mereka men
arik napas panjang-panjang. menenangka diri. tiba-tiba Iwan datang menghampiri.
ingat ya!" desisnya tegang. "jangan sekali-sekali mau diajak turun bareng. ngerti?" ketiga cewek itu menganguk. "dan jangan dikasih kalo mereka maugelar ponco deket lo bertiga. usir jauh-jauh! terus., ransel-ransel itu nggak memadai untuk naek gunung. jadi jangan sampe mereka ngeliatin terlalu lama. bisa curiga. tutupi badan atau jaket. ngerti?" ketiga cewek itu mengangguk lagi. mereka jadi semaki tegang melihat Iwan seperti itu. "ingat itu! dan jangan keliatan nervous semua serahin ke gue good luck!" Iwan melejit dari hadapan Langen cs bergabung kembali dengan teman-temannyanya.
"Gue mau pura-pura tidur deh. Febi masuk ke satu-satunya sleeping bag yang ada.
"Iya.... " Langen mengangguk. "sekarang lo pura-pura tidur aja. yang gampangan. tapi ntar malem rencana kita kudu sukses ya Feb!"
continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar