Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 15 part 4 novel cewek!!! by esti kinasih

Bima terdiam sesat mendengar keterangan itu, lalu kembali ditatapnya Salsha tajam.
''Lo punya omongan, bisa dipercaya nggak?''
''Bisa! Bisa! Gue nggak tau! Sumpah, gue bener-bener nggak tau! Kalo bohong, biar ntar gue nggak selamet. Ditabrak bus atau kereta!''
Tapi dalam hati Salsha langsung memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh. Tuhan, sumpah saya itu palsu lho. Abisnya saya terpaksa. Daripada nggak selamet.

Baru sikap garang Bima melunak mendengar sumpah fatal itu.
''Oke, kalo lo emang bener-bener nggak tau. Tapi inget ya, Salsha. Kalo lo bohong...,'' diusapnya kepala cewek mungil yang ketakutan itu dengan lembut, ''lo bukannya nggak selamet karena ditabrak bus atau kereta. Jangan. Itu terlalu tragis. Gue nggak tega. Gue kasih alternatif lain.''
''Iy....ya?'' takut-takut, Salsha menatap cowok yang dekat banget di depannya itu.

Bima tersenyum tipis. ''Banyak yang bilang gue vampir....juga kanibal! Lo boleh pilih!''
Salsha kontan ternganga.
Aduh, Tuhan. Saya mendingan ketabrak kereta aja deh. Bener!

Bima lalu berdiri, pergi dari depan Salsha. Diam-diam, cewek itu langsung menarik napas panjang. Lega sudah terlepas dari maut, meskipun mungkin cuma untuk sementara. Paling tidak dia sudah berhasil membohongi Bima.

Ada banyak teman SMA-nya dulu yang doyan naik gunung atau masuk hutan. Tapi dia tidak akan buka mulut lagi. Sudah dikhianatinya dua teman. Dan itu tidak akan termaafkan!
"Oke." Rangga berdiri. Tersenyum puas. "Interogas selesai. Sekarang kita anter lo pulang!"
"Nggak usah!" tolak Salsha mentah-mentah. "Gue bisa pulang sendiri!"
"Oho, tidak bisa! Lo saksi kunci, jadi mesti dijaga ketat!"

Bima ketawa, lalu ikut berdiri. Lagi-lagi dengan pengawalan ketat, Salsha kemudian digiring ke mobil. Bima kembali bertugas jadi sopir.
"Di mana rumah lo?" cowok itu bertanya lewat kaca spion. Salsha menyebutkan satu alamat dan Jeep Wrangler Rangga segera meluncur ke tempat itu. Dua puluh menit kemudian, Jeep itu berhenti di depan sebuah rumah berpagar tinggi yang terlihat sepi.
''Terima kasih!'' jawab Salsha ketus. Tangannya meraih hendel pintu, tapi langsung dicekal Rangga.
''Kita turun sama-sama!'' tegas Rangga. Salsha terbelalak.
''Kenapa sih? Nggak usah repot-repot deh. Ini juga udah cukup!''
''Kita turun sama-sama!'' tegas Rangga sekali lagi. Kali ini dengan nada final. ''Soalnya kamu harus menyerahkan elo langsung ke nyokap atau bokap lo, atau siapa aja yang lagi ada di rumah. Tau kenapa?'' diangkatnya dagu Salsha. ''Pertama, karena kami cowok-cowok yang bertanggung jawab. Dan kedua....karena belom tentu ini rumah lo! So, kami perlu kejelasan, supaya kalo ini sampe bocor, kami tau ke mana harus nguber elo!''
''Tapi ini rumah gue kok!'' Salsha bersekeras.
''Ya, ayo kita turun kalo gitu!''

Salsha bergeming. Semenit, dua menit. Dia tetap duduk di tempatnya. Bima dan Rangga saling pandang.
''Bukan rumah lo kan, sayang?'' desis Bima, menatap Salsha tajam. Di sebelah Salsha, Rangga berdecak dengan ekspresi mengerikan.
''Rumah gue! Rumah gue!'' jawab Salsha buru-buru.
''Cepet turun kalo gitu! Ngapain juga dari tadi lo bengong?''

Rangga membuka pintu di sebelahnya lalu melangkah turun. Salsha mengikuti dengan gerakan lambat. Kemudian, dengan tangan kanan Salsha berada dalam cekalan Rangga, ketiga orang itu melangkah menuju pintu pagar. Tapi baru saja Bima akan menekan bel, tiba-tiba saja Salsha memperagakan adegan seperti yang sering dilihatnya dalam film-film Jet Li atau Jackie Chan. Dicengkeramnya tangan Rangga yang mencekalnya, kemudian dipelintirnya!

Tidak tanggung-tanggung. Rangga sampai berteriak keras karena tangannya diputar sampai sembilan puluh derajat lebih. Dan itu, membuat cekalannya seketika terlepa. Tanpa buang waktu, Salsha langsung mengambil jurus langkah seribu.

Tapi sayang sekali, dia lupa memperhitungkan orangutannya Fani. Jadi jangankan bisa melangkah sampai seribu, baru juga tiba, Bima sudah langsung gerak cepat. Menangkap cewek mungil itu dengan dua tangan lalu mengurungnya dalam dekapan. Usaha terakhir Salsha, akan menjerit keras-keras, juga gagal. Mulutnya keburu dibekap. Matilah si Salsha!
''Jangan menjerit, Sayang!'' bisik Bima tepat di satu telinga Salsha.

Sementara itu Rangga menghampiri sambil memijit-mijit tangannya yang kena pelintir.
''Elo ya!?'' desisnya berang. Dua tangannya akan terulur tapi dicegah Bima.
''Udah! Udah! Buka pintu mobil, cepet! Lo yang bawa sekarang!''

Kacau! Benar-benar adegan penculikan dengan kekerasan! Lagian Salsha bego juga sih. Milih rumah palsu di daerah sepi begitu. Jadi tidak ada yang melihat apalagi datang untuk menolong, meskipun apa yang sedang terjadi benar-benar bisa dikategorikan tindak kriminal.

Rangga bergegas membuka pintu kiri depan Jeep Wrangler-nya, sementara Bima terpaksa menggendong Salsha karena cewek itu berontak hebat dan kedua kakinya menolak bergerak. Dan itu semua justru memperparah keadaannya. Kalau tadinya Salsha duduk di jok belakang, dalam pengawalan ketat Rangga, sekarang cewek itu duduk di jok depan. Di pangkuan dan pelukan erat Bima!

Dan seakan itu masih kurang teraniaya dan terzalimi, sebelum memutar kunci, Rangga mengusap-usap kedua belah pipi tawanannya lalu mendekatkan wajah seperti ingin mengecup. Seketika Salsha memalingkan muka. Tapi ternyata itu seribu kali lebih sial. Gerakan menghindar yang dilakukan dengan cepat itu membuatnya tanpa sengaja malah....mencium Bima!
Tepat di bibir!

Sontak Salsha mematung. Bima juga sempat terperangah sesaat, tapi kemudian cowok itu kembali normal.
''Temen gue nggak dapet?'' tanyanya kurang ajar. ''Dia nggak mau nyium cewek selain bokinnya. Tapi kalo dicium nggak apa-apa. Bukan begitu, Ga?''
''Betul. Hadapin mukanya ke gue, Bim. Lo dicium di mana?''

Tapi ternyata sedikit bagian dari hati Bima, masih ada yang berfungsi. Cowok itu menghentikan godaannya saat dilihatnya wajah Salsha sudah merah padam, seperti menahan tangis. Dilepaskannya pelukannya dan digesernya tubuh sampai merapat di pintu, memberikan tempat untuk Salsha.

''Balik ke persoalan, Ga!'' kata Bima dengan nada wajar, seolah-olah ciuman tadi tidak pernah terjadi.
''Oke, Salsha....'' Rangga menatap lurus cewek yang meringkuk di dekat tongkat persnelling dan dengan wajah merah padam itu. ''Ini kesempatan terakhir! Tunjukin rumah lo! Jangan macem-macem lagi! Sekali lagi kami berenti di depan rumah yang salah,'' Rangga mengusap lembut kepala Salsha, tapi sepasang matanya menyorotkan ancaman serius, ''lo akan balik ke rumah gue untuk seterusnya! Nggak peduli besok di koran ada pengumuman orang ilang!''
''Dan inget, Salsha,'' ganti Bima mengusap lembut kepala gadis yang berbagi jok dengannya itu. ''Jangan berani-berani buka mulut! Jangan coba-coba ngasih tau Langen sama Fani. Karenaaa....,'' Bima menyentuh dagu Salsha dan menengadahkan wajah cewek itu, ''detik ini lo ngomong, detik ini juga lo kami ciduk! Paham?''

Salsha menyerah. Total!
Rangga menghidupkan mesin kemudian Jeep Wrangler itu benar-benar berhenti tepat di depan rumah Salsha!

continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar