SEBENARNYA Rei cs sudah memutuskan untuk tidak mempersoalkan masalah kebut gunung yang diikuti peristiwa mabuk yang benar-benar mengagetkan itu. Mereka sadar, kesalahan ada pada mereka. Tapi akhirnya ketiga cowok itu jadi penasaran setelah melihat bagaimana Langen cs jadi happy berat. Merasa menang. Merasa di atas angin. Sikap ketiga cewek itu malah seperti sudah tidak butuh lagi. Malam Minggu ketiganya kini sering menghilang tanpa pemberitahuan sebelumnya.
"Kayaknya ada yang salah nih!" desis Rei, yang sedang mengamati Langen cs dari balik deretan pohon asoka. Ketiga cewek itu duduk saling merapat di bangku semen di taman utama kampus. Entah apa yang sedang dibicarakan, yang jelas topik itu membuat ketiganya tertawa-tawa terus sejak tadi.
"Gue bilang dari awal juga apa?" sergah Bima agak jengkel. Dia memang sangat bernafsu untuk menyelidiki keanehan di balik peristiwa unjuk gigi Langen cs, tapi terpaksa mengalah karena kedua sobatnya menolak keras. "Udah jelas ada yang salah lah! Karena itu emang jelas-jelas nggak mungkin!"
"Kalo kebut gunung, gue juga yakin emang ada rekayasa. Tapi mabok itu mungkin bener. Soalnya gue inget Langen cs pernah cerita, dia sering minum Mansion waktu SMA.''
Bima ketawa geli. ''Lo tau kayak apa yang dia sebut es Mansion, heh?'' Bima mengangkat alis. ''Dawet, tau!''
"Dawet?'' Rei tidak mengerti.
"Cendol!''
Rei ternganga.
"Jangan bercanda lo!''
''elo! Makanya kalo punya cewek itu, biar cinta kayak apa pun, jangan ditelen aja semua omongannya. Tampang-tampangnya kayak begitu udah jelas nggak mungkinlah sanggup nenggak alkohol!''
"Gimana lo bisa tau?''
"Investigasi.''
Rei menjauhkan badannya dari daun-daun asoka. Masih tidak percaya. ''Jadi gimana sekarang?''
''Dari awal gue udah bilang, selidikin sampe tuntas, karena udah pasti banyak rekayasanya! Lo berdua yang nggak setuju, kan? Pada takut bener ditinggal cewek. Heran!''
"Bukan mabok beneran, begitu maksud lo?'' Rangga juga menyudahi pengamatannya. ''Berarti mereka sadar waktu itu?''
''Itu yang harus kita pastikan!'' Bima menjentikkan jari.
''Waktu itu lo sempet nyicipin kan, Rei? Lo bilang asli?'' Rangga menatap Rei.
''Waktu kita dateng, yang dua botol udah kosong. Dan kita nggak pernah tau isi botol yang ketiga,'' Bima yang menjawab pertanyaan itu.
''Terus, itu bau alkohol?'' tanya Rangga.
''Untuk bau kambing, lo nggak perlu harus makan sate kambing atau tidur sama kambing. Cukup nggak mandi dua hari!'' jawab Bima kalem.
***
Sesampainya di rumah, Rei termenung memikirkan ucapan Bima. Cowok itu terbakar omongan temannya.
"Nggak ada kebut gunung tanpa latihan fisik sebelumnya. Dan untuk yang nggak pernah nginjek gunung sama sekali, mungkin perlu dua atau tiga bulan untuk persiapan fisik. Jadi udah selama ini pula ada mysterious guys di sekitar mereka!''
Rei cs tersentak dengan kata-kata Bima itu, sehingga rencananya untuk ke rumah Langen sontak batal. Dan sekarang, di teras belakang rumahnya yang lampunya sengaja dipadamkan, otaknya sedang menelaah kebenaran omongan Bima setengah jam barusan.
Bukan lewat jalur pendakian biasa!
Memang bukan. Karena tidak ada yang melihat, juga nama ketiga cewek itu tidak terdaftar. Nama Langen cs juga tidak ditemukan di base camp jalur-jalur pendakian lain, yang diselidiki Rei cs pascaperistiwa kebut gunung tersebut.
''Poin pertama....,'' Rei bergumam, meneguk Cola-Cola di tangannya dengan tegukan besar, ''ada jalur pendakian lain!''
Dan kenal gunung dari SMP membuat Rei juga tahu, tidak mungkin cewek-cewek itu menempuhnya tanpa bantuan. Apalagi kalau ingat, bagaimana ketiganya masih terlihat fit saat bertemu si puncak. Masih kuat turun dengan cara berlari pula. Dan masih dilanjutkan dengan mabuk-mabukan sambil berjudi pula!
Karena terlalu shock atas dua kejutan yang diberikan Langen, Rei tidak cepat menyadari kejanggalan-kejanggalan itu. Dia baru benar-benar tersadar setelah mendengar ucapan Bima setengah jam barusan.
"Jadi poin kedua...," sisa Cola-Cola diteguknya sampai tandas, "ada mysterious guys!'' kaleng itu dilemparnya dengan perhitungan yang benar-benar tepat. Jatuh tepat di pinggir kolam, nyaris mengenai lampu taman.
Dan kenapa ketiga cewek itu mempunyai stamina yang begitu hebat? Karena sudah pasti para mysterious guys itu tidak akan membiarkan ketiga cewek itu kecapekan!
''SIALAN!!!'' Rei berteriak menggelegar. Satu kaleng Cola-Cola lagi melayang. Masih utuh. Dan lampu taman yang tadi sudah bernapas lega karena cuma benjol-benjol, sekarang tewas!
Digandeng? Itu sudah pasti! Dirangkul? Itu juga sudah pasti kalo cewek-cewek itu mulai nggak sanggup jalan! Tapi kalo sampai ada yang pingsan....? Kedua rahang Rei mengatup berang. Dipeluk?
Cowok itu mengangguk-angguk tanpa sadar. Jadi begitu ya? Digandeng, dirangkul, dipeluk! Hebat! Hebat!
"Mas Rei?"
"APA!?'' bentak Rei seketika.
Pembantunya kontan mengkeret ketakutan. ''Itu.... Ada telepon.... Dari Mbak Langen," jawabnya terbata.
Rei balik badan, berjalan masuk menuju meja telepon. "Halo?" suaranya mendadak lembut, membuat pembantunya jadi bengong.
''Halo. Nanti ke sini, nggak?'' tanya Langen.
''Kenapa?"
''Kan malem Minggu?'' Langen jadi merasa aneh mendengar pertanyaan Rei itu.
Rei tertawa dengan nada aneh. ''Trus kenapa?"
Kok kenapa? Dateng apa nggak?''
''Nggak bisa, La! Aku ada urusan. Penting!''
Kening Langen berkerut. Duilah, galak amat ngomongnya!
''Urusan apa?''
"Aku nggak bisa bilang!''
''Ng....ya udah kalo gitu.''
''Kamu nonton tivi aja. Malem Minggu biasanya kan banyak acara bagus. Oke? Bye!''
Rei langsung menutup telepon, agak dibanting. Kening Langen mengerut lagi. Langen langsung tahu ada sesuatu yang tidak beres. Karena Rei berubahnya terlalu drastis.
''Wah! Jangan-jangan Rei tau sesuatu, lagi?'' cewek itu tersentak.
Soalnya ini mendadak banget, Rei jadi ketus begitu. Padahal kemarin-kemarin tuh cowok sudah seperti yang akan segera bunuh diri kalau sampai hubungan mereka terakhir. Sampai mengumbar janji-janji rayuan kampungan yang bikin kupin gatal. Jadi kalau sekarang jadi begitu sombongnya, jangan-jangan dia tau sesuatu!
continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar