Shock yang dialami Rei, Bima, dan Rangga terlalu lama. Begitu yang dikendarai Langen menghilang di tikungan, mereka baru sadar. Rei langsung berlari ke Jeep-nya dan melompat ke belakang setir, diikuti Bima.
"Cek di base camp, Ga! sekalian mintain izin Bang Imenk, kita nggak ikut latihan!" seru Rei sambil memutar kunci. Rangga langsung balik badan, lari ke atas.
Dengan kecepatan tinggi, Jeep itu lalu menyusuri jalan aspal sempit yang berkelok turun. tapi saat mereka tiba di pertigaan jalan besar, Escudo itu tidak terkejar. setelah Rei dan Bima mengawasi kiri-kanan, juga menanyai orang-orang yang ada di sekitar situ, Jeep itu kembali ke atas. sekali lagi melaju dengan kecepatan tinggi. untuk kedua kalinya mereka melewati Teh Neneng yang sedang menampi beras di depan warungnya. dan untuk kedua kalinya pula mereka tidak melihat di jalan tanah samping warung itu tercetak dua jalur jejak ban!
Rangga sedang berdiri gelisah saat Rei menginjak rem mendadak di depannya. melihat ekspresi wajah teman-temannya dia sudah tahu percuma bertanya bagaimana hasilnya.
"Kang Ucup bilang mereka nggak lewat sana.semua yang nongkrong di base camp juga nggak ngeliat. tapi gue udah wanti-wanti dia untuk ngawasin."
Mereka bertiga saling pandang. sama-sama bingung. Bima melompat turun.
"Kita naek sekarang” Dia berjalan masuk ke warung dan keluar dengan sebuah carrier besar di punggung Kedua sahabatnya langsung mengikuti.
Cara membuktikan tantangan itu benar atau tidak, memang hanya satu. secepatnya sampai puncak.dan ketiga cowok itu asli kuaaaget setengah mati amat sangat. saat berhasil mencapai puncak dengan rekor tercepat lima jam! ketiga cewek itu sudah ada di sana!!!
Saking tidak percayanya, Rei cs lalu berdiri persis di hadapan Langen cs. meyakinkan diri kalau sosok-sosok tubuh itu asli dan bukan fatamorgana.
"Udah lama elo di sini?" tanya Rei.
"Heh!" cibir Langen dengan ekspresi malas. "Kasih tau, Fan!"
"Satu jam!" sambil mengunyah biskuit, Fani menjawab seolah sambil lalu.
Lagi-lagi ketiga cowok itu terperangah. satu jam!!!? Tidak mungkin! Impossible! Mustahil! Bohong! Nonsens!
Tapi kenyataannya ketiga cewek itu ada di sini. di tempat tertinggi.
"Jangan di sini!" sentak Langen saat Rei akan menurunkan carrier. "Kita lagi berkompetisi. jadi mesti jaga jarak sampe selesai. lagian kita juga udah bosen deket-deket lo bertiga. sana yang jauh!'
Fani meringis geli. merasa kalah, ketiga cowok itu menjauh. Bima lalu menghampiri iwan cs, yang nge-camp agak jauh dan berlagak tidak peduli. Yudhi dan Theo sedang memfoto pemandangan dengan kamera bertripod. Evan dan Rizal tidur-tiduran. sementara Iwan membaca buku. setelah perkenalan singkat dengan masing-masing menyebutkan nama, Bima langsung ke tujuan.
"Cewek-cewek itu udah lama di sini?"
Iwan mengangkat kepala. menjawab dengan suara datar seolah tidak tertarik. "Nggak tau. kami sampe sini, mereka udah ada."
"Lo udah lama sampe?"
"Sejamlah kira-kira."
Bima terpana. shock mendengar kesaksian itu. juga kedua sahabatnya saat dia laporkan perkataan Iwan itu.
Langen dan Fani yang mengawasi diam-diam, tertawa pelan. kaget kan lo bertiga!? makanya jangan suka ngeremehin cewek! ledek mereka dalam hati.
Sementara itu tanpa kentara Iwan cs berunding. mencari cara untuk membawa Langen cs turun tanpa Rei cs curiga. tak lama Theo berdiri lalu berlari terbirit-birit sambil memegangi perut dan menghilang di semak-semak. Langen, Fani, juga Febi yang baru keluar dari sleeping bag, menunduk menahan taea. kebanyakan makan sih!
Langen yang bingung bagaimana kelanjutan aksinya, menoleh dan jadi tertegun. Iwan tengah menatapnya dari balik punggung Rizal. cewek itu menyipitkan mata. berusaha keras membaca isyarat yang dilempar Iwan secara sembunyi-sembunyi itu. mereka harus turun? sekarang? lewat jalan yang tadi diambil Rei cs?
Langen meminta ketegasan. tapi Iwan sudah tidak menoleh lagi. Langen lalu memberitahu kedua temannya.
"Gimana caranya turun bareng Iwan di depan mereka? Masa kita turun sendiri?" tanya Fani.
"Kayaknya gitu."
"Sendiri!?" Fani terperangah. juga Febi. "Kalo kesasar gimana?"
"Nggak tau. yuk, buruan beresin."
Dengan perasaaan campur aduk, antara tegang, cemas, dan takut, ketiga cewek itu membereskan semua perlengkapan. Fani terus-menerus melirik Iwan cs. beruntung di detik-detik terakhir Iwan menoleh. sekali lagi cowok itu memberi isyarat.
Turun! Sekarang!
Setelah semua beres, dan setelah setengah mati memaksa sleeping bag masuk ke ransel sampai terdengar bunyi "breeeet" dan dengan pasrah ransel itu dibiarkan mangap ketiganya berdiri dan dengan gamang berjalan menuju jalan setapak.
Lima menit sebelumnya Iwan mengirim Evan, Theo, dan Yudhi ke tempat Rei cs, dengan misi untuk mengalihkan perhatian. supaya Langen cs tidak terhambat. begitu ketiga cewek itu lewat, Rei cs memang refleks akan menahan. ketiga cowok itu malah nyaring saja melompat, siap
mencekal cewek masing-masing. tapi suara Theo yang seperti petasan sekardus disundut bersamaan, membuat ketiganya seketika menahan diri. Apalagi si Botak itu juga dengan santai, tanpa minta izin dulu sama yang punya, menjadikan carrier Rei untuk bantal dan carrier Bima untuk guling. gimana orangnya bisa cabut kalau propertinya dipakai untuk tiduran begitu? apalagi ketiga cewek itu juga berlagak tidak peduli pada cowok masing-masing. satu pun tidak ada yang menoleh. lewat begitu saja.
continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar