Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 11 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih


Botol!?
Ya Tuhan! Fani terperangah. Nggak mungkin! Masa Rei tega ngajak ceweknya nge-drink? Kejam banget tuh orang!

Tapi dari cara kedua orang itu menenggak isi gelas masing-masing, sudah tidak diragukan lagi. Itu minuman keras!
Fani terduduk di dasar selokan. Benar-benar terkejut. Gawat! Berarti dia harus siaga karena Langen dipastikan akan butuh pertolongan.

Dengan badan membungkuk, buru-buru Fani berlari menelusuri selokan kembali ke arah semula, dan langsung melompat keluar setelah selokan itu menikung. Sekarang dia berdiri bingung di sebelah mobilnya. Tetap diparkir di sini sebenarnya tidak apa-apa. Tidak kelihatan dari taman. Tapi yang dia takutkan adalah kalau dia dan Langen tidak bisa langsung pergi. Orang yang sedang mabuk biasanya tidak kooperatif. Malah suka bikin ulah. Mudah-mudahan saja Langen tidak sampai mabuk. Tapi kalaupun tidak, sudah pasti dia tidak akan sadar seratus persen.

Lagi pula, kalau Langen raib dan Rei melihat ada sedan diparkir di pinggir jalan, sudah pasti cowok itu bisa menebak. Dan kalaupun mereka sempat melarikan diri, dengan gampang Rei bisa mencari tahu. Cowok itu tahu di rumah Fani ada dua sedan dan di rumah Langen ada satu. Cuma dua alternatif itu. Rei tidak akan mencari ke rumah Febi, karena sedan-sedan yang terparkir di sana adalah produk Eropa yang format bodinya jelas berbeda dengan sedan keluaran Jepang.

Fani makin kebingungan. Kelamaan berpikir bisa keburu kacau. Tiba-tiba matanya tertancap ke sebuah rumah tidak jauh dari situ. Rumah itu sepertinya sedang kedatangan banyak tamu, sebab pintu gerbangnya terbuka lebar dan ada kira-kira tujuh atau delapan mobil terparkir di halamannya yang luas. Di sarangnya, sang satpam sedang bersantai sambil merokok. Buru-buru Fani masuk mobil lalu menghidupkan mesin.
''Selamat malam, Oom satpan,'' disapanya satpam itu dengan ramah.
''Selamat malam juga.'' satpam setengah baya itu tersenyum ramah. ''Jemput Papa?''
''Iya. Oom satpam tau aja!'' Fani tertawa, geli sungguhan. Soalnya dia masih bingung. Mau menjawab apa kalau nanti ditanya. Eh, ternyata malah dikasih jawaban!
''Ya tau dong. Barusan ada juga yang datang, mau jemput papanya juga. Silakan....''
''Terima kasiiiih....'' Fani mengangguk sopan. Untung aja dia nggak nanyain bbe gue yang mana, desahnya lega. Setelah memarkir mobil di tempat yang gampang keluar, buru-buru dia turun dan berjalan keluar. ''Jalan-jalan dulu, Oom satpam.''

Bapak satpam itu tidak memberikan jawaban, karena Fani sudah keburu menghilang. Dari balik sebatang pohon, cewek itu lalu berdiri menunggu. Meskipun tidak bisa melihat jelas, sepasang matanya mengawasi dua orang di taman itu tajam-tajam.

Sementara itu, pertarungan hampir usai. Botol di tenggah meja telah kosong dan bir terakhir baru saja melewati tenggorokan. Langen meletakkan gelasnya di meja dengan entakan. Ditatapnya Rei dengan sepasang alis terangkat tinggi.
''Udah? Cuma satu botol ini aja? Gue kirain satu kraf!'' cewek itu masih bisa sesumbar meskipun perutnya berontak hebat.

Rei terkesima. Benar-benar tidak menyangka! Tadinya dia pikir dia akan terpaksa memulangkan Langen dalam keadaan fly, bahkan bisa jadi tidak sadar. Karena itu dia telah menyiapkan sederet alasan untuk menghadapi orangtua juga empat kakak Langen yang cowok semua.

Tapi ternyata.....! Langen masih tegak di hadapannya dan tidak ada tanda-tanda akan tumbang!
''Masih ada, nggak? Kalo nggak, gue mau pulang! Minum kayak beginian, cuma bikin gue cepet ngantuk aja, tau!'' Langen bangkit berdiri. Dia harus secepatnya pergi. Kepalanya mulai sakit dan matanya mulai susah melihat terfokus. Rei ikut berdiri. Tapi Langen langsung memberikan penolakan tegas. ''Elo nggak usah nganter. Gue bisa pulang sendiri!''
''La....''
''Nggak! Gue udah bosen sama lo, tau! B-O-S-E-N! Gue mau pulang sendiri! Sendiri!''

Kembali Rei terkesima. Cowok itu berdiri diam menatap Langen yang kemudian berjalan pergi tanpa menoleh lagi.
Fani langsung bersiap-siap. ''Kuat nggak ya tuh anak?'' desisnya khawatir. Tapi kalau dilihat dari cara jalannya yang masih lumayan gagah meskipun agak meliuk-liuk, kayaknya sih masih kuat. Dan begitu Langen melewati tikungan, Fani bergegas menyambut.
''Lo jauh banget sih jemputnya?'' keluh Langen begitu mendapati sahabatnya.
''Deket-deket ntar ketauan, lagi.'' Fani meraih tubuh Langen yang oleng ke sana kemari lalu memapahnya. Tapi suara orang berlari membuatnya terpaksa menggeletakkan Langen di tengah jalan. ''Sori, La. Bentar!'' bergegas Fani berlari ke tikungan lalu mengintip ke arah taman. Rei sedang berlari menuju mereka!

Gawat! Desis Fani panik dan buru-buru kembali ke tempat Langen.
''La, bangun cepet! Rei lagi ke sini!'' ditariknya Langen sampai berdiri. ''Jalan dong, La! Buruaaaan!'' desisnya, gemas melihat kedua kaki Langen tidak bergerak.
''Kepala gue pusing banget, Faaan. Rasanya mau copooot!''
Yah, gawat! Mabok nih anak!
''Tapi tadi lo bisa jalan?''
Tiba-tiba Langen terkekeh-kekeh geli.
''Dikiranya gue bakalan pingsan! No way! Nggak bakalan! Gue kan Xena! Superwoman! Belom taaau dia!''
Aduh! Fani tambah panik. Terpaksa ditariknya Langen ke pinggir selokan.
''Lompat cepet! Rei udah deket!''

Langen melompat masuk selokan, itu juga karena Fani mendorongnya. Yang pasti sih gaya melompatnya orang teler, jadi mendaratnya dengan bunyi ''gedebuk''. Fani yang terus memegangi satu tangan Langen, tak ayal ikut tertarik dan mendarat di dasar selokan dengan bunyi yang sama. Dapat bonus malah. Benjol!

Sambil meringis menahan sakit, ditariknya Langen sampai terduduk.
''Sst! Rei ada di sini!'' bisiknya. Dibekapnya mulut Langen, takut dia mengeluarkan suara. Suara langkah berlari Rei akhirnya tiba, tepat di atas mereka. Cowok itu berjalan mondar-mandir, kemudian lari ke arah taman beberapa meter, lalu kembali lagi. Fani semakin memeluk Langen kuat-kuat dan meringkuk dalam-dalam.

Untungnya tidak lama Rei mondar-mandir. Begitu suara langkah kakinya yang berlari kembali ke arah taman telah hilangm Fani buru-buru melompat ke atas. Langen terpaksa dia tinggal, karena tidak mungkin dia membawa masuk orang teler ke halaman rumah orang, lewat di depan satpam pula.

Baru saja Fani akan berbasa-basi pada Oom satpam yang rupanya cinta banget dengan gardu kecilnya itu, deru mesin sebuah mobil yang dipacu kencang terdengar di tikungan. Rei!

Seketika Fani bereaksi seperti jagoan-jagoan di tivi. Melompat ke rumput lalu tiarap di situ. Diam tak bergerak. Di posnya, satpam itu menatap bingung. Fani baru berdiri setelah suara Jeep Rei sudah benar-benar hilang.
''Kesandung, Oom. Licin sih,'' jelasnya sambil meringis. ''Saya jalan-jalan dulu ya, Ooh? Abis Papa lama banget sih.''
''Oh, iya. Silakan.''



continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar