Bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, Langen cs melintas di depan base camp yang saat itu sedang ramai.
"Hei!" panggil Ronni. "Abis dari atas?"
"Kelihatannya gimana?" Langen balik bertanya.
"Masa sih!?" kedua mata Ronni membelalak. langsung dihadangnya ketiga cewek itu. "Kok Rei nggak pernah cerita? Bima juga. Rangga apalagi!"
"Emangnya mesti diceritain-ceritain?"
"hebat!" sepasang mata hitam yang suka jelajatan itu sontak berbinar. cewek-cewek begini nih idaman hatinya! "Gimana kalo kapan-kapan kita naik bareng?"
"Liat gimana nanti aja deh," jawab Langen malas. didorongnya cowok itu ke pinggir. "Minggir kenapa sih? kami mau lewat, tau!"
"Heeeiiiii! Mampir dulu dong!" teriak Andreas.
"Buru-buru nih!" balas Fani, juga teriak. “terima kasih deh!” Andreas itu pengen kayak Yang Mulia Sri Paduka Maharaja, kali kiri-kanannya sudah diapit "Selir Kurang Gizi" dan "Selir Kebanyakan Silikon", masih menyuruh yang lain mampir.
Ketiga cewek itu buru-buru pergi. Takut Rei cs mendadak muncul. yang penting tujuan mereka tercapai. banyak yang melihat mereka lewat. tak berapa lama kemudian Rei cs memang sampai di base camp, terengah-rengah dan mandi keringat karena habis berlari jauh.
"Oi, barusan aja lewat!" lapor Andreas langsung.
"Sama siapa aja?" tanya Bima.
"Bertiga aja."
Ketiga cowok itu langsung cabut. Andreas bilang, Langen cs barusan saja lewat. tapi biar sudah diubek ke sana kemari, ketiga cewek itu sudah tidak terlihat sama sekali.
"Cepet banget sih mereka ilangnya?" Rangga geleng-geleng kepala. Bingung tapi juga takjub. sementara kedua sobatnya menatap ke segala penjuru tanpa bisa bicara.
Sebenarnya Langen cs hanya bersikap tenang saat melintas di depan base camp. tapi begitu melewati tempat itu, ketiga langsung lari terbirit-birit. dan sekarang mereka sudah berada di rumah Mang Asep. berkumpul lagi dengan Iwan cs.
Langen sedang dikerumuni Iwan cs. saat melihat cewek itu mengeluarkan botol minuman keras dari Escudo Evan, Iwan jadi antusias ingin tau rencana selanjutnya.
"Isinya gue buang. tapi yang dua botol gue sisain dikit, buat bau-bauan. terus botol yang satu gue cuci bersih-bersih.ntar diisii teh manis. makanya gue pilih botol yang gelap, biar nggak kelihatan...... terus, biar tambah meyakinkan, kita kudu meraih mata kita. caranya, pelototin deh kompornya Teh Neneng. mata kita kan kena asap tuh, terus kita ucek-ucek!"
Senyum-senyum geli mulai muncul saat Langen mengstone-kan kedua matanya, meraih salah satu di depannya, lalu mendekatkannya ke mulut sambil menengadahkan kepala. berakting sedang menenggak minuman keras. setelah itu dia goyang-goyangkan tubuhnya, pura-pura sempoyongan. dan akhirnya...... bruk! cewek itu mengaparkan diri di atas dipan!
Kontan semuanya tertawa riuh.
"Lo sarap, La!" kata Rizal, tapi nadanya salut.
"Gila banget si lo!" Evan geleng-geleng kepala.
"Oke banget, La! Canggih!" seru Theo. sementara itu Yudhi mengacungkan kedua ibu jarinya tanpa bicara, karena mulutnya sedang mengunyah pisang goreng. cuma Iwan yang tidak takjub. dia sudah hafal dengan semua kelakuan Langen. ini termasuk masih mending dibandingkan masa-masa SMA dulu.
Iwan cs kemudian pamit. mereka sebenarnya ingin menyaksikan akting mabuknya Langen cs. ingin tahu bagaimana ending-nya, Rei cs tertipu atau tidak. tapi karena menurut rencana yang telah disusun kelimanya cuma eksis sampai di sini saja, cuma membantu untuk urusan kebut gunung dan turunnya lagi, di samping sifatnya yang agak-agak pribadi, terpaksa kelima cowok itu hanya bisa mengucapkan "Selamat berjuang dan semoga sukses". mereka kemudian cabut, pulang duluan.
"Hei!" panggil Ronni. "Abis dari atas?"
"Kelihatannya gimana?" Langen balik bertanya.
"Masa sih!?" kedua mata Ronni membelalak. langsung dihadangnya ketiga cewek itu. "Kok Rei nggak pernah cerita? Bima juga. Rangga apalagi!"
"Emangnya mesti diceritain-ceritain?"
"hebat!" sepasang mata hitam yang suka jelajatan itu sontak berbinar. cewek-cewek begini nih idaman hatinya! "Gimana kalo kapan-kapan kita naik bareng?"
"Liat gimana nanti aja deh," jawab Langen malas. didorongnya cowok itu ke pinggir. "Minggir kenapa sih? kami mau lewat, tau!"
"Heeeiiiii! Mampir dulu dong!" teriak Andreas.
"Buru-buru nih!" balas Fani, juga teriak. “terima kasih deh!” Andreas itu pengen kayak Yang Mulia Sri Paduka Maharaja, kali kiri-kanannya sudah diapit "Selir Kurang Gizi" dan "Selir Kebanyakan Silikon", masih menyuruh yang lain mampir.
Ketiga cewek itu buru-buru pergi. Takut Rei cs mendadak muncul. yang penting tujuan mereka tercapai. banyak yang melihat mereka lewat. tak berapa lama kemudian Rei cs memang sampai di base camp, terengah-rengah dan mandi keringat karena habis berlari jauh.
"Oi, barusan aja lewat!" lapor Andreas langsung.
"Sama siapa aja?" tanya Bima.
"Bertiga aja."
Ketiga cowok itu langsung cabut. Andreas bilang, Langen cs barusan saja lewat. tapi biar sudah diubek ke sana kemari, ketiga cewek itu sudah tidak terlihat sama sekali.
"Cepet banget sih mereka ilangnya?" Rangga geleng-geleng kepala. Bingung tapi juga takjub. sementara kedua sobatnya menatap ke segala penjuru tanpa bisa bicara.
Sebenarnya Langen cs hanya bersikap tenang saat melintas di depan base camp. tapi begitu melewati tempat itu, ketiga langsung lari terbirit-birit. dan sekarang mereka sudah berada di rumah Mang Asep. berkumpul lagi dengan Iwan cs.
Langen sedang dikerumuni Iwan cs. saat melihat cewek itu mengeluarkan botol minuman keras dari Escudo Evan, Iwan jadi antusias ingin tau rencana selanjutnya.
"Isinya gue buang. tapi yang dua botol gue sisain dikit, buat bau-bauan. terus botol yang satu gue cuci bersih-bersih.ntar diisii teh manis. makanya gue pilih botol yang gelap, biar nggak kelihatan...... terus, biar tambah meyakinkan, kita kudu meraih mata kita. caranya, pelototin deh kompornya Teh Neneng. mata kita kan kena asap tuh, terus kita ucek-ucek!"
Senyum-senyum geli mulai muncul saat Langen mengstone-kan kedua matanya, meraih salah satu di depannya, lalu mendekatkannya ke mulut sambil menengadahkan kepala. berakting sedang menenggak minuman keras. setelah itu dia goyang-goyangkan tubuhnya, pura-pura sempoyongan. dan akhirnya...... bruk! cewek itu mengaparkan diri di atas dipan!
Kontan semuanya tertawa riuh.
"Lo sarap, La!" kata Rizal, tapi nadanya salut.
"Gila banget si lo!" Evan geleng-geleng kepala.
"Oke banget, La! Canggih!" seru Theo. sementara itu Yudhi mengacungkan kedua ibu jarinya tanpa bicara, karena mulutnya sedang mengunyah pisang goreng. cuma Iwan yang tidak takjub. dia sudah hafal dengan semua kelakuan Langen. ini termasuk masih mending dibandingkan masa-masa SMA dulu.
Iwan cs kemudian pamit. mereka sebenarnya ingin menyaksikan akting mabuknya Langen cs. ingin tahu bagaimana ending-nya, Rei cs tertipu atau tidak. tapi karena menurut rencana yang telah disusun kelimanya cuma eksis sampai di sini saja, cuma membantu untuk urusan kebut gunung dan turunnya lagi, di samping sifatnya yang agak-agak pribadi, terpaksa kelima cowok itu hanya bisa mengucapkan "Selamat berjuang dan semoga sukses". mereka kemudian cabut, pulang duluan.
Kejutan babak kedua!!!
Malam telah turun. warung Mang Asep sepi. cuma ada sang pemilik dan Langen cs. tapi suasananya justru meriah. ramai dengan suara tawa cekikikan disana-sini. Mang Asep dan Teh Neneng ikut bersemangat, membantu ketiga cewek itu menpersiapkan aksi unjuk rasa mereka. tadi sebelum pergi Iwan memang sudah berpesan, sebaiknya Mang Asep dan Teh Neneng dilibatkan. biar aman. karena mau tidak mau warung harus dalam keadaan sepi pada saat sandiwara itu dipentaskan. agar ending-nya sesuai naskah dan bukannya jadi diarak massa ke kantor kepala desa. dan kebetulan juga Mang Asep dan Teh Neneng itu orangnya asyik untuk diajak kayak gitu-gitu.
Tiga botol minuman keras keluar dari ransel Fani. untuk memunculkan efek "mabuk berat", dia cipratkan sisa-sisa isinya ke permukaan meja, bangku, dan baju yang dipakainya, juga ke baju Langen cs dan Febi. bahkan beberapa bagian tubuh mereka yang terbuka seperti tangan, leher, dan muka, juga ikut kebagian. meskipun semua itu membuat ketiga cewek itu sempat mual dan hampir muntah.
Dua botol yang sudah benar-benar kosong lalu diletakkan Fani di tengah-tengah salah satu meja. sengaja ketiga cewek itu memilih meja yang paling dekat dengan ruangan dalam. tempat Teh Neneng memasak. juga tempat dia dan suaminya tidur kalau sedang menginap di warung. karena di salah satu sudut ruangan, terdapat sebuah dipan kayu.
Botol ketiga, yang isinya teh manis diletakkan Fani di depannya persis, supaya bisa cepat-cepat diselamatkan kalau ada yang berusaha menyambar.
Menyusul keluar dari dalam ransel Langen, satu set kartu dan setumpuk uang kertas seribuan. dari zaman dahulu, pasangan paling serasi untuk mabuk memang judi.
Tugas Mang Asep berikutnya adalah mencari Rei cs dan membawa ketiganya ke sini untuk dibikin shock lagi. berbekal ciri-ciri yang disebutkan Langen, Mang Asep berangkat dengan penuh semangat. soalnya ini bakalan lebih meriah dari acara wayang goleknya Asep Sunarya.
Teh Neneng segera membuatkan Langen cs masing-masing segelas bandrek. kesempatan terakhir untuk para pemain teater itu menghangatkan perut.
continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar