Kali ini mau tidak mau mereka harus mberistirahat agak lama. Baru setelah wajah-wajah pucat ketiga cewek itu sudah berkurang dan ketiganya juga sudah mulai tenang, perjalanan diteruskan.
Selanjutnya, barisan pita merah berliku yang mereka ikuti membawa mereka ke satu tempat yang cukup unik. Tegak di depan mereka, sebuah dinding cadas tinggi. Hampir sepanjang sepuluh meter. Seluruh permukaannya basah dialiri air. Sebuah langkan atau teras, selebar hampir satu meter yang sepertinya terbentuk karena aliran air, membentang di hadapan. Langkan itu juga basah dialiri air, berliku mengikuti dinding tebing. Menitinya sudah pasti akan sangat menyenangkan, seandainya jurang tidak menganga di sebelah kiri. Jurang yang kedalamannya tidak bisa siketahui karena dasarnya tak terlihat, tertutup pepohonan rapat.
Mereka berhenti. Iwan menatap Langen, Fani, dan Febi yang sedang termangu menatap pemandangan di depannya. Cowok itu menunggu beberapa saat, baru bicara.
"Siap?" tanyanya. pelan, tapi efeknya seakan-akan dia baru sàja berteriak. ketiga cewek di depannya serentak menoleh kaget. "Jangan pelan-pelan. nggak usah buru-buru pengen sampe seberang. Ayo. Waktu kita nggak banyak.
Mereka mulai meniti langkan yang basah dialiri air itu. Merapatkan diri ke dinding tebing dalam jarak aman yang tidak tersentuh air. Untuk pengaman, Iwan cs telah menancapkan beberapa piton yang merentangkan seutas tali, di sepanjang permukaan tebing.
Dari seluruh perjalanan, ini satu-satunya bàgian di mana mereka tidak berani mengejar waktu. mau tidak mau harus melangkah perlahan dan satu-satu. segalanya seperti akan berjalan baik, sampai kemudian Febi tiba-tiba tergelincir. tubuhnya terhuyung ke sisi jurang menganga. Refleks tàngannya berusaha meraih tali pengaman, tapi tidak berhasil. Rizal, yang berada dibelakangnya, seketika mengulurkan tangan kirinya. Tak duga, dia mengalami hal yang sama. kaki kirinya kepeleset. beban berat dipunggung membuat tubuhnya kemudian terbanting. kelima jarinya yang tidak menggenggam sepenuhnya, membuat tali pengaman terlepas dari genggaman.
Dan semuanya terjadi dalam hitungan detik. permukaan langkan yang licin menyeret tubuh Rizal yang terbanting, langsung ke mulut jurang. tangan kiri cowok itu yang sudah sempat meraih tubuh Febi, seketika menyentakkan tubuh itu ke dinding tebing. Febi terhuyung membentur dinding, dan aliran air seketika membuatnya basah kuyup.
Theo, yang sempat terpana selama beberapa detik, langsung bertindak. disambarnya tubuh Rizal yang sudah sampai di bibir langkan. sayangnya.....terlambat!
Disaksikan semua mata yang hanya bisa terkesima, Rizal terjatuh ke dalam jurang. menghantam sebuah dahan pohon. terdengar bunyi ''krak" keras. dahan itu nyaris patah jadi dua. sedikit sisa kayunya yang masih menyambung membuat dahan rapuh itu mengayun-ayunkan Rizal di atas ketinggian yang tidak diketahui jaraknya.
Febi yang pertama tersadar. dia berlutut di tepi langkan dan menyeritkan nama Rizal dengan lengkingan panjang. seketika yang lain tersadar seperti ditampar.
"Yo! keluarin tali!" seru Iwan dengan suara tercekat. sambil menurunkan carrier, dipandangnya Evan dan Yudhi sekilas. "Tolong lo bawa nih cewek-cewek!"
Yudhi segera membimbing Langen dan Fani meneruskan meniti langkan. sementara Evan terpaksa menarik Febi yang terus menatapnya ke bawah sambil terisak-isak dan memaksanya pergi dari situ.
Theo mengeluarkan segulung tali dari dalam carrier-nya, sementara Iwan mengeluarkan seat belt dan beberapa peralatan lain.
"Elo belayer!" kata Iwan sambil mengenakan seat belt. sementara itu di bawah, Rizal benar-benar bersyukur dia tidak terluka, karena carrier-nyalah yang menghantam dahan pohon sampai nyaris jadi dua. masalah besar yang dihadapinya sekarang, dia hanya punya waktu beberapa detik untuk menyelamatkan diri sebelum dahan ini benar-benar jadi dua, dan patahannya melemparnya ke kedalaman yang tidak terlihat.
Semuanya menyaksikan dalam ketegangan yang menikam, saat Rizal berusaha menggapai sebuah tonjolan tebing, sementara Iwan dan Theo menyiapkan usaha penyelamatan. dan semuanya langsung menarik napas lega saat akhirnya Rizal berhasil.
Sepertinya melekat di dinding cadas yang dibasahi aliran air jauh lebih aman daripada terayun-ayun di dahan rapuh. Sepertinya! Tapi air akan mengikis cadas sekeras apa pun, dan membuat permukaan-permukaan tajamnya jadi tumpul. Rizal berjuang mati-matian untuk bertahan. Kesepuluh jarinya mencengkeram tonjolan tebing yang tumpul kuat-kuat. kedua kakinya menjejak juga di tonjolan tebing tumpul kuat-kuat.
Tapi tonjolan permukaan tebinh yang hanya beberapa sentimeter dan tumpul pula, tidak mampu mengalahkan beban berat di punggung yang beratnya puluhan kilogram, apalagi masih ditambah dengan tarikan gravitasi. Perlahan badan Rizal mulai melengkung. Dan itu membuat kedua tangannya bergerak liar mencari pegangan lain yang lebih kuat.
Setelah beberapa saat mati-matian mencoba bertahan, akhirnya Rizal menyerah. diiringi jeritqn Langen, Fani, terlebih lagi Febi, dan teriakan keempat temannya, Rizal terjatuh. tubuhnya melayang turun, lali hilant ditelan kelebatan pohon dibawah!
Semuanya terkesima, tak bisa percaya atas hilangnya salah satu teman mereka. Iwan yang sebenarnya sudah separuh jalan, seketika menggantung diam ditengah tebing.
"RIZAAAAAAL!!!!!"
continue~
Link Bab 7 part 4: http://chlasmaul.blogspot.com/2014/03/bab-7-part-4-novel-cewek-by-esti-kinasih.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar