Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 22 part 5 novel cewek!!! by esti kinasih


Fani membantah sampai nyaris histeris, tapi dua orang di depannya sama sekali tidak percaya. Cewek itu lalu menoleh dan menatap Bima penuh dendam. ''Elo.....!''

Bima menyambut tatapan itu dengan senyum samar dan kedipan sebelah mata. Fani memalingkan lagi mukanya dengan perasaan dongkol yang makin menjadi.
''Kalo udah kena maag, baru kapok kamu, Fan!'' omel mama Fani.
''Iya emang, Nyah!'' Ijah ikut-ikutan lagi.

Fani menepuk dahi keras-keras. Hancur sudah! Lenyap semua harga dirinya dimarahi mamanya dan Ijah di depan drakula sialan ini!
''Beraninya pada keroyokan! Kalo emang gentle, ayo di luar! Satu lawan satu!'' serunya.
''Ini anak kenapa sih!? Nggak tau orangtua kuatir, malah ngajak bercanda!'' Kuping Fani langsung kena jewer. Fani memekik dan buru-buru menyelamatkan kupingnya.
''Aduh, sakiiit.'' Diusap-usapnya kupingnya yang memerah.
''Untung aja ada Nak Bima. Coba kalo nggak? Siapa yang nganter kamu pulang? Siapa yang jaga kamu di jalan?''
''Untung ada diaaa!!!?''Fani menjerit melengking. ''Wah, Mama! Justru untung Fani masih hidup, Ma! Cuma pingsan doang! Sebelom-sebelomnya sampe ada yang jadi kuntilanak gentayangan, saking matinya nggak ikhlas! Penasaran! Malah ada yang.....ADOH!!!''

Kedua telinganya diplintir sang mama kuat-kuat.
''Kurang ajar memang ini anak! Ditolong bukannya terima kasih!''
''Iya, emang!'' Ijah ikut membentak. Lalu dia menoleh ke Bima, yang sedang setengah mati menahan tawa. Saking bibirnya sudah tidak bisa lagi ditahannya untuk tidak meringis, cowok itu terpaksa melepaskan ikatan rambutnya lalu menyembunyikan muka di balik uraiannya. ''Udah, Mas. Lain kali kalo Non Fani pingsan lagi, biarin aja dia nggeletak di jalanan. Nggak usah ditolongin!''
Bima cuma bisa mengangguk-angguk.
''Sekarang makan sana!''
Fani mendengus mendengar perintah mamanya itu. Mana ketelen!
''Ogah! Fani mogok makan!''
''Nah, kan? Coba aja itu!'' seru sang mama gusar.
''Emang hari ini Mama masak apa?''
''Banyak, Non. Saya yang masak,'' Ijah yang menjawab. ''Kan tadi temen-temennya Tuan pada rapat di sini. Ada kesenengannya Non, sop sosis sama sosis goreng pedes.''
''Sosis sapi, ya? Kuno! Sekarang udah nggak ngetren sosis sapi. Sekarang yang ngetop tuh.... Sosis monyet sama burger lutung!''

Mama Fani tidak sabar lagi. ''Udah! Udah, Jah! Nggak usah kamu ladeni dia! Malah ngelunjak!''
''Tau tuh, Nyah! Ijah kirain serius!'' dengus Ijah.
''Sekarang makan sana! Cepet!'' Mama Fani memelototi anaknya. Segera saja Bima memafaatkan peluang itu.
''Makan yuk, Fan?'' bujuknya lembut. ''Nanti makin sakit lho. Kamu kan baru aja terkapar di kampus. Untung....''
''Yang mengaparkan gue itu elo, tau!'' bentak Fani.
''FANI!!!''
Cewek itu mencelat dari sofa begitu melihat mamanya menjulurkan tangan.
''Bener, Ma! Fani nggak bohong! Ini semua gara-gara dia!''

Bima segera menghentikan rentaan kalimat Fani yang bisa membahaykan dirinya itu, dengan mengeluarkan sesuatu dari kantong baju.
''Tadi saya mampir ke apotek, Tante. Beli multivitamin. Kalo Fani masih susah disuruh makan, ini bisa untuk menjaga kondisinya. Supaya nggak ambruk lagi kayak sekarang ini.''

Ah, busa banget nih lutung! Pikir Fani.

Langen saja di mata mama Fani, Bima menjelma menjadi pria sejati. Calon menantu sempurna. Apalagi di zaman sekarang ini, rasanya tidak mungkin lagi bisa menemukan laki-laki yang bisa dipercaya dan bertanggung jawab seperti Bima ini.
''Aduuuh, terima kasih lho, Nak Bima. Maaf ya, sudah dibuat repot sama Fani. Ini anak memang agak susah diatur.''
''Nggak apa-apa, Tante.'' Bima langsung menampilkan wajah bak malaikat, yang selalu siap menolong.

Rentetan kalimat panjang Fani memang jadi terhenti karena itu. Dengan kening berkerut, diperhatikannya plastik bening berisi vitamin yang disodorkan Bima dan baru saja diterima mamanya dengan sangat terharu.
''Itu pasti obat pelet!'' seru Fani.
''Ih, nih anak!'' desis sang mama berang, dan dicubitnya lengan anaknya keras-keras.
''Iyaow!'' Jerit Fani dan buru-buru menjauh. ''Bener, Ma! Kalo nggak obat pelet, itu pasti vitamin penjilat!''

Bima tertawa pelan dan menahan mama Fani yang sudah bersiap menghampiri anaknya dengan gulungan majalah di tangan.
''Jangan, Tante. Dia cuma bercanda kok.''
''Bercanda kok keterlaluan kayak begitu. Kayak nggak pernah sekolah aja!''
''Tau emang!'' Ijah ikut membentak nona majikannya.
''Apa lo!?'' balas Fani seketika. Jengkel banget dia karena Ijah ikut-ikutan.
''Udah sana makan, cepet!'' perintah mama Fani. ''Udah, Jah! Jangan kamu ladeni dia!''

Meskipun telah menang mutlak, Bima tetap meneruskan aktingnya. Lembut, dibujuknya Fani untuk makan. Dan dengan lembut juga dibawanya cewek itu ke ruang makan. Maka makin jatuh cintalah sang mama, saat dilihatnya betapa sayangnya Bima pada anak tunggalnya itu.

Apalagi saat Bima menyendokkan nasi buat Fani, mengambil lauk, merayu-rayu supaya makan. ''Ayo dong, dimakan. Sedikit nggak apa-apa. Daripada perut kosong. Lagi pula kasian sedikit sama Ijah. Dia udah masakin makanan kesenengan kamu. Jangan dikira masak itu nggak capek lho, Fan. Coba deh kamu sekali-sekali gantiin tugasnya Ijah. Biar tau capeknya orang masak.''

Bisa pas juga Bima ngasih nasihat. Padahal dia sendiri seumur-umur belum pernah menyentuh panci atau penggorengan. Langsung saja di mata Ijah, cowok itu menjelma jadi ''Pahlawan Pembela Rakyat Kecil''!

Dan supaya semakin terlihat sebagai cowok yang santun dan tahu tata krama, Bima mempersilakan mama Fani.
''Silakan makan, Tante.''
''Oh, iya. Iya. Tante sih gampang. Kalian aja makan dulu.''
''Ih, iya, Tante.... Oom mana?'' tanya Bima dengan ekspresi pura-pura sok perhatian.
''Oh, Oom pergi lagi sama teman-temannya,'' jawab mama Fani.

Dan, selain santun dan bertata krama. Bima juga harus terlihat berbudi luhur dong. Biar komplet! Karena itu dia persilakan juga si Ijah.
''Kamu udah makan, Jah? Ayo makan sekalian.''
''Oh! Saya sih gampang, Mas. Mas Gen.....eh, Mas Bima makan aja dulu,'' jawab Ijah buru-buru.

Ijah langsung terharuuu sekali. Ternyata selama ini dia salah sangka! Ternyata Mas Bima itu orangnya baik sekali. Mau memerhatikan dia juga. Apalah arti dirinya yang cuma PKRT ini. Karena itu dia bertekad, akan sekuat tenaga berusaha supaya Mas Bima dan Non Fani-nya tetap awet sampai kapan juga!


continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar