Sabtu, 15 Maret 2014

Bab 8 part 2 novel cewek!!! by esti kinasih


"Cewek-cewek hebat!" puji Theo dengan ekspresi kagum banget. "jarang gue liat ada cewek berani naek gunung tanpa cowok. belum pernah malah!"
"Udah kenalan?" tanya Bima. suaranya terdengar ringan, tapi di otaknya langsung muncul satu daftar perkakas pembunuhan.

Yudhi, yang sebodo teuing cowoknya siapa kera berbulu di depannya itu, menjawab santai, "Oh, jelas dong! barang bagus begitu!"

Kalimatnya membuat tiga pasang mata di depannya seketika berkilat tajam.
"Kalo elo milih yang mana?"Evan memperkisruh keadaan. "Gue suka sama si Langen. udah lucu, kece, lagi!"
"Fani!" jawab Yudhi cepat. "Manis banget tuh cewek! Gila!" Yudhi geleng-geleng kepala. Bima sudah bergerak akan menghajar tapi langsung ditahan Rei.
"Kalo gue tiga-tiganya!" seru Theo nyaring. "cakep-cakep sih. milihnya jadi susah.

"Kalo elo sih memang maruk!" Evan menepuk bahu Theo. "Dia emang playboy nih!" katanya, memberitahu Rei cs. "Mantan-mantannya berjibun! siapa aja Yo? yang gue inget cuma, Yuli, Aulia, Dian,, sama Tia. yang laennya gue udah lupa."

Theo menggangguk-angguk. mengiyakan dengan roman bangga. padahal nama-nama yang disebutkan Evan tadi memang akrab denga Theo.mereka sering pergi bersama.peluk-pelukan sambil jalan. kadang Theo suka memeluk keempatnya sekaligus. dua di kiri: si yuli atau Yulianto, dan Aulia atau Aulia Taufano. Dan dua si kanan: si Dian atau Dian Nugraha, dan Tia, yang nama lengkapnya Tiandri Baron. kepalanya botak juga, kayak Theo!

Yudhi setengah mati menahan tawa menyaksikan ekspresi-ekspresi dendam di depannya. Mana Rei cs tahu bahwa empat nama yang disebutkan tadi......asli cowok!

Sementara itu Langen cs berjalan seperti anak ayam kehilangan induk. mereka ketakutan. apalagi saat jalan setapak itu mulai memasuki daerah berhutan. dengan pohon-pohon yang tinggi dan rapat, dan bukan lagi rumpun-rumpun edelweis dan semak-semak rendah.

"Bener ini jalannya, La?" tanya Febi. suaranya juga bergetar.

Radius kira-kira dua ratus meter, tiba-tiba mereka menemukan seutas pita merah terikat di ranting pohon. ada secarik kertas diselipkan di ikatannya.

IKUTI PITA MERAH! LEPAS LAGI DAN JANGAN SAMPAI ADA YANG TERCECET! (THEO)

Takut-takut ketiga cewek itu mengikuti barisan pita merah yang diikatkan tiap jarak satu meter itu. berliku-liku menembus pepohonan rapat. kira-kira dua puluh meter, mereka berhenti di depan pita terakhir, yang diikat di satu ranting pohon yang berdiri dekat batu besar. ada selembar kertas juga di ikatannya.

Semuanya lalu mencari tempat untuk duduk dan meluruskan kaki. itu memang hal biasa. kak, yang sudah diforsir untuk naik, memang jadi terlalu lemah untuk menopang badan saat berlari di jalan menurun. karena itu diperlukan teknik tertentu agar tidak terjatuh, meluncur tak terkendali seperti Febi. untungnya Iwan tidak terluka, jadi Febi bisa tenang lagi.

Belum lama beristirahat, samar-samar mereka mendengar suara-suara orang berlari. semua serentak menegakkan badan dan memasang telinga tajam-tajam.

"Cepet bangun! itu mereka!" desis Iwan sambil buru-buru memakai lagi kausnya. "Sekarang kita harus lari. Bener-bener lari!"
"Nanti kalo kayak Febi, gimana?" tanya Fani cemas.
"Nanti kami jagain!" tegas Evan.
"Ayo cepet! cepet!" seru Langen tertahan.

Mereka bergegas. Langen, Fani, dan Febi berusaha menghilangkan rasa takut mereka. berlari secepat mungkin. di sekitar mereka, Iwan cs membayangi.

Febi tersandung. Rizal buru-buru merentangkan satu tangannya di depan cewek itu. tubuh yang sudah limbung itu tidak jadi ambruk. sepuluh menit kemudian ganti Langen terpeleset. Iwan langsung melompat. menyambar pinggang cewek itu bersamaan dengan Evan yang menarik tangan kanannya. Langen berhasil diselamatkan. tak lama Febi lagi, tidak bisa belok. kebablasan. Rizal bergegas meraih satu tangannya dan menarik cewek itu ke jalan setapak.



continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar