BEGITU mendapatkan hot news yang benar-benar hot itu, dengan penuh semangat Langen dan Fani segera meluncur ke rumah Febi. Keduanya sudah sangat yakin bahwa berita menggemparkan itu juga akan membuat Febi tercengang. Dan Febi tidak akan lagi berpihak kepada Rei dan kedua sobatnya, Bima dan Rangga.
Perlu diketahui, sudah lama Langen melancarkan aksi protes soal banyak seringnya Rei cs pergi ke A, B, C, D, E, dan ke banyak tempat lagi, tanpa satu kali pun mau mengajak. Hanya membawa oleh-oleh cerita, itu pun sering kali tidak lengkap. Sangat tidak lengkap malah. Tapi bukannya membela Langen dan Fani yang notabene sesama cewek, Febi Justru selalu berada di pihak Rei cs. Gimana aksi protes kedua cewek itu tidak selalu gagal kalau hasil akhir voting selalu dua lawan empat!
Mending kalau Febi mendukungnya cuma dengan ngomong ''iya'' atau anggukan kepala. Febi tuh selalu saja memberi nasihat. Selalu saja memakai wejangan. Gimana kekalahan tidak menjadi semakin telak, dinasihati panjang-panjang soal kodrat laki-laki dan perempuan di depan cowok-cowok yang justru anti-emansipasi!
"Ternyata mereka selama ini bohong, Feb. Katanya nggak pernah ada cewek yang ikut. Nggak taunya banyak. Apalagi Stella. Tuh cewek nggak pernah absen! Iya kan, Fan?" kata Langen.
"Bener banget!" tandas Fani langsung.
"Dan cewek-cewek yang ikut itu ternyata juga bukan yang model-model Xena atau Laila Ali, gitu. Fisiknya pas-pasan. Makanya selalu aja ada yang sakit. Malah ada yang sampe pingsan!" Langen meneruskan hasutannya.
"Betul!" tandas Fani lagi.
"Dan si Stella itu pakarnya pingsan, Feb. Apalagi kalo di depan cowok yang lagi diincer. Waaah, pingsan mulu dia! Biar ditolongin, diperhatiin, dijagain. Dan lo tau sendiri kan, kalo cowok udah sampe ditaksir sama cewek satu itu? Wassalam! Udah nggak bisa diapa-apain lagi. Tingggal bisa didoain doang, semoga tahan godaan."
"Tapi gue nggak percaya Rangga akan begitu," ucap Febi tenang.
"Kita bukan lagi ngomongin Rangga, Feb. Tapi Stella! Steeeella! Kita kudu jaga-jaga. Itu maksud gue!"
"Jaga-jaga kan bukan berarti kita mesti ikut. Ya kayak yang lo bilang tadi. Didoain. Gue rasa cukup. Malah lebih manjur."
Didoain doang!? Langen melotot. Ini anak udah kayak emak-emak aja!
"Lo nggak takut, Feb?"
"Nggak." Febi geleng kepala.
Langen berdecak. Saling pandang dengan Fani. Sudah waktunya mengeluarkan hot news!
"Gue dapet informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, Feb" katanya, dengan nada sungguh-sungguh dan ekspresi muka sangat serius. "Katanya Stella sampe pernah.....bugil! Di depan Bima!"
Febi kontan ternganga. Tapi hanya sesaat. Setelah itu dia tersenyum geli. Hampir tertawa, tapi buru-buru ditutupnya mulutnya dengan telapak tangan.
"Siapa yang bilang begitu? Nggak mungkin itu. Pasti bohong. Isu, gosip."
"Bima sendiri yang ngomong, Feb. Dia cerita sama gue kok. Bener!"
"Bohong itu, Fan. Jangan percaya."
"Tapi Bima sendiri yang ngomong!" Fani ngotot. Kedua matanya sampai melotot.
Tapi Febi tetap cuma senyum-senyum. Tetap tenang. Tidak terbakar sama sekali. Benar-benar jauh dari perkiraan Langen dan Fani, bahwa dia bakalan shock berat terus pingsan. Ini boro-boro shock apalagi pingsan, percaya seuprit juga nggak!
"Itu udah pasti berita bohong. Kalian berdua mikir dong. Emangnya itu nggak menghancurkan nama dan harga diri?"
"Tapi...."
"Udah. Udah," potong Langen, menghentikan protes sahabatnya. "Okelah, kita anggap itu bohong. Tapi sekarang kita tau, ternyata setiap mereka pergi itu ada ceweknya! Nah, pertanyaannya....." Langen menatap Febi lurus-lurus. "Kenapa mereka nggak pernah mau ngajak kita?"
"Gue punya jawabannya." Febi tersenyum lebar. Agak geli. "Mau denger?"
"Apa?"
Sejenak Febi menatap ke luar jendela. Kedua temannya ini memang tidak tahu batasan. Tidak bisa mawas diri. Meskipun pacar, orang yang paling dekat, tetap ada garis yang tidak bisa dilanggar. Perempuan itu harus tahu kodrat!
continue~
Link Bab 2 part 2: http://chlasmaul.blogspot.com/2014/03/bab-2-part-2-novel-cewek-by-esti-kinasih_9.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar