"Kok dateng? Ini kan malem Selasa? Nggak punya kalender ya?"
Bima menatap wajah sang nona rumah yang sama sekali tidak welcome itu.
"Ada yang mau aku omongin, Fan. Coba tolong duduk," ucapnya lembut. Fani duduk ogah-ogahan. Bima berdeham. Menyete. Tampang sedih dulu, biar lebih meyakinkan. "Malem Minggu besok aku kayaknya nggak bisa dateng lagi, Fan. Soalnya......"
"Aaaah, nggak apa-apa....."
Belum juga Bima selesai bicara, sudah dipotong. Tapi disabarkannya hati dan diteruskannya kalimatnya yang terpenggal.
"Maranon ada acara....."
"Iya. Nggak apa-apa...."
Dipotong lagi! Cowok itu mendesis jengkel. Dua mata elangnya mulai menajam. Tapi Fani menentang tatapan itu berani. Iyalah, di rumah. Coba di luar? Tidak bakalan cewek itu punya nyali!
"Bisa aku ngomong sampe selesai?"
"Nggak usah. Aku udah tau. Maranon ada acara kan malem Minggu besok? Makanya elo, eh, kamu nggak bisa dateng. Mau acaranya apa kek, pokoknya ada acara aja!"
"Nggak pengen tau acaranya?"
"Nggak!"
"Tapi aku pengen ngasih tau!" tandas Bima.
"Tapi aku nggak kepengen tau, tauuu!" tolak Fani. Tandas juga.
Sepasang mata Bima berkilat. Tapi dia tidak menyerah. Cewek di hadapannya ini harus tahu dengan siapa dia pacaran. Cowok yang digilai banyak cewek! Kurang ajar benar kalau matanya terbuka satu pun tidak!
"Jangan kamu kira kalo pergi-pergi begitu aku enjoy, Fan" katanya bohong. "Nggak sama sekali. Soalnya, selalu aja ada cewek yang harus aku jaga. Lia, Nuke, Silvi, Dian. Banyak. Apalagi Stella. Dia nggak pernah absen. Selalu ikut setiap kegiatan Maranon dan selalu aja sakit."
"Kenapa?" tanya Fani tanpa minat."Macem-macem keluhannya. Pusing, perut mual, dada sakit. Malah tuh cewek sering pingsan."
"Ya nggak apa-apa. Namanya juga temen lagi sakit. Masa mau dicuekin?"
"Bikin repot, Fan. Karena harus selalu dijaga."
"Ya nggak apa-apa. Nolongin orang itu banyak pahalanya. Ntar kalo mati, kamu bisa langsung masuk surga." Fani tetap tidak terbakar cemburu sedikit pun.
"Tapi aku jadi ingat cewek yang kutinggal di rumah."
"Aku rasa mama kamu pasti setuju. Kakak kamu juga. Adik kamu juga pasti."
"Aku nggak lagi ngomongin cewek di rumahku! Nggak usah pura-pura bego, Fan!" akhirnya Bima tidak bisa menahan geram.
"Oh.....jadi maksud kamu tuh aku?" Fani menunjuk dadanya. "Aaaah, kalo aku sih kayak gitu-gitu no problem. Aku orangnya santai kok. Fleksibel, pengertian. Semua tindakan kamu nolong-nolong tadi, aku dukung seratus persen!"
Bima menarik napas panjang. Lagi-lagi berusaha menyabarkan hati. Tapi wajah menjengkelkan di depannya membuat cowok itu akhirnya mengarang satu cerita yang benar-benar panas.
"Kalo masih wajar-wajar kayak gitu sih emang nggak masalah. Tapi kalo udah sampe nggak wajar.....?" Diangkatnya alisnya tinggi-tinggi. "Bukan cuma cewek yang mesti bisa jaga diri. Cowok juga!"
"Maksudnya?" Fani tidak mengerti.
"Maksudnya....." Bima memajukan badannya. Ditatapnya Fani lurus-lurus. "Sampe ada yang nekat bugil di depanku!"
"HAAAAA!?" Bima berhasil kali ini. Cewek di depannya kontan kaget banget. Gila asli! "Siapa!? Siapa!?" seru Fani seketika.
"Nggak penting itu siapa."
Bima tidak bohong. Memang pernah ada cewek yang melakukan aksi bugil di depannya. Mantan istri Bruce Willis, Demi Moore. Dan si pirang seksi yang memang tidak tahu malu. Madonna.
Tapi cowok itu jelas tidak bersedia memberitahu. Dibiarkannya Fani tercengang dengan dugaannya sendiri. Dan orang yang ketiban sial disangka bugil adalah Stella. Soalnya cewek satu itu memang sudah kondang. Centil, suka overacting, dan kalau pakai baju selalu ngablak. Perutnya adalah pemandangan yang sudah biasa di kampus. Belahan dadanya apalagi.
"Stella pasti!" desis Fani. "Iya, kan?"
Stella tripleks begitu? Siapa yang tertarik melihat, walaupun dipampang di depan mata? Soalnya sudah bisa dipastikan, tidak ada pemandangan yang bisa menyehatkan saraf mata.
"Tapi nggak mungkin. Bohong kamu! Ngarang! Aku tau tuh cewek emang gila. Tapi nggak mungkinlah otaknya sampe korslet banget gitu!"
"Kenapa aku mesti bohong?" tanya Bima kalem. "Kenapa mesti ngarang cerita? Tanya aja sama orangnya kalo nggak percaya!"
Maksud Bima, tanya sama Demi Moore atau Madonna. Tapi karena dari awal memang sudah miskomunikasi alias mis-objek pembicaraan, kalimat itu membuat Fani yakin Stella-lah yang telah melakukan aksi bugil di depan Bima. Dan makin shock-lah dia tanpa bisa menyembunyikan ekspresinya. Dengan puas Bima menikmati keterperangahan itu.
"Sampe begitu, Fan! Tapi aku tetap inget cewek yang kutinggal di rumah. Yang sekarang ini duduk di depanku. Yang selalu aku bawain edelweis tapi nggak pernah bilang terima kasih. Yang kalo aku telepon sering dibilang nggak ada. Yang kalo aku dateng jarang disambut dengan manis. Tapi tetep....," sepasang mata Bima berubah lembut, "Aku nggak akan bikin dia menangis!"
continue~
Link Bab 1 part 3: http://chlasmaul.blogspot.com/2014/03/bab-1-part-3-novel-cewek-by-esti-kinasih.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar